FOTO:
KAHARUDDIN/HARIAN JAMBI. MENJAHIT: Kegiatan
peserta didik BPTT Jambi, saat berlatih menjahit baru-baru ini.
|
Upaya dalam
Mengatasi Jumlah Pengangguran
Untuk
mengatasi jumlah pengangguran yang tidak kunjung tuntas, Balai Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(BPTT), melakukan pelatihan bagi masyarakat yang berpotensi. Pelatihan ini
diadakan, agar masyarakat bisa memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi
tenaga kerja yang profesional, hingga memiliki usaha mandiri.
KAHARUDDIN, Jambi
Perkembangan
ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan struktur ekonomi dan industri.
Hal ini, tentu akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja, sebagai sumber
daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga kerja pun perlu dipertimbangkan. Baik
dari kemampuan maupun kualifikasinya, yang cenderung pada kompetensi yang
semakin tinggi. Agar mampu bersaing di pasar nasional, regional, maupun
internasional.
Indonesia
saat ini menghadapi banyak masalah ketenagakerjaan yang sangat kompleks. Dengan
jumlah pengangguran secara akumulatif terus meningkat tajam, sejalan dengan
meningkatnya jumlah lulusan pendidikan sekolah. Hal ini harus segera
ditanggulangi, agar tidak terus menambah jumlah pengangguran yang ada di
Indonesia dan meningkatkan angka kemiskinan penduduknya.
Berbagai
upaya telah dilakukan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans) untuk menyelesaikan permasalahan ini. Salah satunya
dengan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), agar kualitas tenaga kerja
di Indonesia pun semakin meningkat. Tidak kalah dengan kualitas tenaga kerja
asing. Dengan meningkatnya kualitas tenaga kerja Indonesia, maka kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri semakin
terbuka lebar. Sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.
Balai Latihan Kerja (BLK), yang kini berubah nama menjadi Balai Pelatihan Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (BPTT), memiliki peran dalam melatih masyarakat dengan
pendidikan Non formal. BPTT dalam hal ini, menawarkan berbagai bentuk pleatihan
dengan sarana dan pra sarana yang telah disediakan. Pelatihan ini dilakukan,
untuk menciptakan tenaga kerja yang ahli di dalam bidangnya masing-masing. Ini
disampaiakan Syamsurizal, Ketua UPTD BPTT Jambi.
Syamsurizal
|
“Balai
latihan ketenaga kerjaan ini berguna untuk mengurangi tingkat pengangguran yang
ada di Provinsi Jambi. Karena di dalam balai ketenaga kerjaan ini, bertujuan untuk
menciptakan tenaga kerja ahli di bidangnya masing-masing. Jadi BPTT ini dapat
memberikan skill kepada masyarakat,
untuk bekal mencari pekerjaan," ujarnya.
Ragam Keahlian
Melalui
BPTT ini, seseorang akan diberikan keterampilan dan keahlian tertentu. Bagi masyarakat
dan pencari kerja di berbagai kejuruan, akan dilatih dan diberikan kemampuan, untuk
mengisi lowongan kerja sesui kebutuhan pasar kerja. Selanjutnya, diharapkan
kepada masyarakat yang bergabung di dalam BPTT, untuk dapat dan menciptakan
lapangan pekerjaan mandiri dan produktif. "Jadi, dengan bergabungnya
masayarakat dalam pelatihan BPTT ini, diharapkan dapat mengurangi angka
pengangguran yang ada di Provinsi Jambi," ujarnya.
Adapun
syarat-sayat untuk menjadi peserta pelatihan tersebut menurutnya pertama, para
pencari kerja. Kedua umur minimal 17 tahun. Ketiga, foto kopi ijazah terakhir satu lembar. Keempat, foto kopi KTP
satu lembar. Kelima, foto kopi kartu kuning satu lembar. Keenam, pas foto 3x4 dan 4x6 masing-masing
satu lembar. Ketujuh, tempat
pendaftaran di kios 3 In di BPTT. Kedelapan sehat jasmani dan rohani. “Terakhir,
bagi yang sudah pernah mengikuti pelatihan, tidak dibolehkan lagi untuk
mendaftar. Karena, tidak dibolehkan dua kali mengikuti pelatihan ini,"
tegasnya.
BPTT
ini beralamat di Jalan Yulius Usman No 09 Kota Jambi. BPTT ini, akan melatih
masyarakat dalam bidang yang berbeda. Terserah kepada peserta berminat
mengikuti pelatihan yang mana.
Adapun
jurusan yang ada dalam BPTT. Pertama, Jurusan
Otomotif, yang terdiri dari beberapa bagian. Seperti mobil bensin atau disel,
sepeda motor dan ketok duko. Pelatihan ini dilakukan selama 30 hari dengan 240
jam latihan. Kedua, Jurusan Listrik,
yang terdiri dari Elektronika TV, Teknisi HP, Istalasi Listrik, Teknisi Pendingin
(AC), Menggulung Dinamo atau wikel dan teknisi Audio. Ketiga, Jurusan Teknik yang terdiri dari, las listrik,
las karbit dan bubut. Keempat, Jurusan
Bangunan seperti, mebel, bangunan batu, bangunan kayu, memasang keramik dan
memasang comblok. Kelima, Jurusan
Tata Niaga seperti, akutansi komputer, operator komputer, dan administrasi perkantoran.
Keenam, Jurusan Tata Niaga, seperti jahit
dan bordir, serta pengelolahan hasil pertanian.
"Jadi
masyarakat tinggal memilih jurausan mana yang disukai. Untuk saat ini sudah
banyak masyarakat yang datang mendaftar sendiri, tanpa disuruh lagi. Selain itu,
kita juga ada program untuk magang ke Jepang selama tiga tahun," ungkapnya.
Kekurangan
Tenaga Pengajar
Dikatakannya
saat ini, bahwa BPTT Jambi masih kekurangan tenaga pengajar dan istruktur. Ia
mengungkapkan, dari sekian banyak anak didik yang ada, instruktur yang tersedia
hanya terdiri dari 20 instruktur. Ini dinilainya sangat kurang, karena
pelatihan menjadi tidak efektif.
“Saat
ini, kejuruan tata niaga instrukturnya hanya satu orang. Akutansi komputer satu
orang, Operator komputer satu orang. Kejuruan menjahit satu orang, sedangkan
untuk bordir kosong. Untuk kejuruan listrik, teknisi handphone satu orang, Teknisi AC tidak ada gurunya. Teknisi TV satu
orang, teknisi komputer juga tidak ada gurunya. Teknisi listrik 3 orang guru,
menggulung dinamo satu orang guru dan audio satu orang guru,” ungkapnya.
“Sementara
kejuruan teknologi mekanik, las 2 orang guru, mesin bubut satu orang guru.
Kejuruan otomotif, sepeda motor satu orang guru, mobil bensin satu orang guru,
mobil disel tidak ada guru. Kejuruan bangunan, mebel satu guru, kontrusi kayu
satu orang guru, konblok dan keramik satu guru. Kejuruan pengolahan hasil
petanian dua orang guru. Untuk saat ini kita masih kewalahan untuk melayani peserta
dengan jumlah tenaga pengajar masih sangat minim," tambahnya.
Senada
dengan hal tersebut, salah satu Instruktur BPTT yang enggan menyebutkan namanya
juga mengaku kewalahan dalam menghadapi peserta didiknya. Karena, selain tenaga
pengajar yang masih sangat minim, latar belakang peserta didik juga bervariasi.
Sehingga dibutuhkan kerjasama serta ketekunan yang ekstra dari instruktur.
“Karena,
para pesarta kebanyakan adalah anak-anak putus sekolah. Jadi kami masih harus
bekerja keras untuk membiasakan peserta untuk belajar di dalam lokal. Mungkin
karena mereka lama menganggur, sehingga agak susah. Jadi kita memang harus
tekun dan penuh kesabaran dalam mengajarnya. Itu makanya, instruktur juga harus
ditambah," ujarnya.
Dikatakannya,
bahwa jumlah peserta dalam satu lokal sebanyak 16 orang di setiap jurusan.
Tidak semua peserta yang diajarkan tersebut berumur muda. Ini juga menjadi
kendala bagi instruktur dalam melakukan pengajaran.
“Pelajaran
biasanya dimulai dari 8 pagi hingga sore hari. Jadi dalam pengajaran, bagaimana
kita harus membuat peserta faham dengan materi-materi yang disampaikan. Karena
waktunya singkat. Jadi peserta harus benar-benar memperhatikan materi yang disampaikan,
agar dapat mempraktekkannya setelah diberi materi," ujarnya.
Masuk dalam Program Samisake
Di
tahun 2013 yang lalu, BPTT Jambi telah banyak melakukan pelatihan. Termasuk di antaranya,
dengan memasukkan program BPTT ke dalam program Samisake, yang merupakan
program Gubernur Jambi. Yang mana, pihaknya masuk memberikan pelatihan di
setiap kecamatan yang ada di Provinsi Jambi dan di tahun 2014 ini.
“Kami
masih bekerjasama dalam program pelatihan di setiap kecamatan. Jadi, pelatihan
kita nantinya banyak diadakan di kecamatan-kecamatan yang ada di Provinsi Jambi,"
ujarnya.
Dikatakan
Syamsurizal, bahwa anggaran pelatihan BPTT bulan Januari hingga Februari saat
ini belum cair. Meski demikian, BPTT tetap melaksanakan pelatihan sesuai dengan
program yang telah dijalankan.
“Pelatihan
tetap dilaksanakan. Pelatihan itu dilakukan kepada pegawai Dinsosnakertran yang
belum lancar dalam menggunkana komputer. Maka kami melatihnya agar karyawan Dinsosnakertran
dapat mengoperasikan komputer untuk kelancaran kerja mereka. Jadi pegawai Dinsonakertran
diberi pelatihan berupa pelatihan komputer dan pelatihan menjahit. Ibu-ibu yang
sudah mencapai pensiun, kami ajarkan menjait. Karena di sinilah tempat
memberikan pelatihan," ujarnya.
Pelatihan
yang diberikan BPTT tersebut banyak berguna oleh berbagai kalangan. Seperti
yang dikatakan Anas, Alumni pelatihan BPTT. Melalui pelatihan BPTT tersebut, ia
sekarang sudah mampu memperbaiki handphone
yang rusak. Sehingga, ia pun sudah bias membuka usaha sendiri.
“Pelatihan
yang saya ikuti sangat berguna. Karena dengan mengikiti pelatihan, saya dapat
ilmu baru seperti dapat memperbaiki handphone
yang rusak. Jurusan yang saya ambil saat menjadi peserta pelatihan adalah Jurusan
Teknisi handphone. Dan sekaran, saya
sudah bisa meperbaiki handphone yang
rusak. Banyak sekali keuntungan mengikuti pelatihan itu, karena dapat menambah
ilmu baru bagi saya," ungkapnya.
Ditambahkannya,
bahwa di dalam pelatihan tersebut, ia bersama teman-temannya mendapatkan materi
selama dua minggu dan dua minggu selanjutnya melakukan peraktek. Namun
menurutnya, materi yang didapatkan dalam pelatihan, hanyalah materi secara umum
saja. Tidak terfokus dalam satu materi. "Di pelatihan itu, kita cuma
diajarkan materi dasar tentang hanphone.
Namun untuk belajar lebih dalam lagi, kita dianjurkan untuk belajar di
luar," katanya.
Minim
Pendampingan
Dia
berharap setelah mengikuti pelatihan BPTT akan ada bimbingan dari Balai
Pelatihan Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi para alumni pelatihan tersebut.
Namun selama ini, ia merasa BPTT tidak memberikan jalan keluar yang baik
setelah mengikuti pelatihan itu.
"Seharusnya
ada Follow Up dari BPTT, untuk memantau apakah para alumni pelatihan bekerja
atau tidak. Artinya, suport dari BPTT
itu harus ada. Jangan cuma mengadakan pelatihan saja. Jadi setelah keluar dari
pelatihan, kami merasa kurang didampingi," keluhnya.
menanggapi
permasalahan ini, Mukhtar Latif selaku pengamat pendidikan mengatakan, BPTT
merupakan badan mitra pemerintah yang bersifat otonom, yang dibina oleh
pemerintah dan dibiayai. Sehingga, menjadi fasilitas pemberdayaan masyarakat.
“Sebenarnya
lembaga BPTT ini merupakan lembaga yang sangat efektif bagi masyarakat, jika
pemerintah dapat memfungsikan badan tersebut untuk pemberdayaan masyarakat.
Jika seperti itu, pemerintah hanya menggunakan pola hulu hilir. Hulu
hilir artinya, mereka dilatih kemudian hilirnya pembinaan lanjutannya yang seperti
apa," ujarnya.
Menurutnya
selama ini, peserta pelatihan BPTT dibina, namun mereka tidak diberi jalan
keluar. Contohnya, mereka telah dilatih dalam perbengkelan TV. Setelah mereka
tahu memperbaiki TV, mereka tidak difasilitasi untuk membuka bengkel TV.
Sehingga mereka dapat melayani masyarakat dengan ilmu yang mereka miliki.
"Yang
menjadi persoalankan bukan dari kecakapan, namun dari kemandirian mereka. Dari
awal mereka dikemas menjadi tenaga ahli. Namun mereka tidak diantarkan hingga
kepada pekerjaanya," ujarnya.
Seharusnya
ia melanjutkan, mereka dikawal dari awal hingga akhir. Jika mereka berkeinginan
untuk membuka bengkel, hal yang bias dilakukan setyelah lulus di BPTT, seperti
memberikan modal kepada mereka. Masalah perizinannya seperti apa, itukan semua
perlu arahan dari BPTT itu sendiri. Setelah dibimbing secara teknis, bimbingan
material juga harus dilakukan.
“Seharusnya
mereka juga diberikan bimbingan biaya. Itu yang perlu dikawal hingga selesai. Jika
hal itu telah dilakukan dengan benar, makan masyarakat dapat memberdayakan
sumberdaya manusia yang telah diperolehnya dari pelatihan tersebut. Jadi bagaimana
BPTT dapat membekali kecakapan, membekali keterampilan. Namun setelah mereka
dibekali, tidak diberi solusi sehingga para peserta pelatihan bingung untuk menyalurkan
bakat yang telah diperolehnya. Setelah mendapat sertifikat, mau dibawa ke mana
sertifikat itu. Iya pula kalau orang mau menerimanya," ujarnya.
Seharusnya,
ia mengatakan, bahwa program magang ke jepang tersebut, tidak melibatkan
peserta didik dalam jumlah yang banyak. Namun hanya dari sebagian peserta didik
yang memiliki keseriusan dan potensi yang tinggi saja.
“Karena
melalui seleksi yang sangat ketat untuk pemberangkatan itu. Setelah mereka dibina
dengan bahasa, karakter, moralnya, disiplinnya, kemudian mereka diberikan peluang
untuk magang ke jepang. Seharusnya, proses seperti ini yang harus ditempuh oleh
pemerintah. Jadi pemerintah membimbing hingga tuntas pelatihan yang
dilakukannya," ujarnya.(*/poy) (Sumber: Harian Jambi Edisi Cetak Pagi Selasa 4 Februari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar