Halaman

Senin, 03 Februari 2014

Gairah Petani Disaat Harga Karet Naik



Perkebunan Karet di Dusun Rasau Kabupaten Batanghari.Foto Rosenman M 

Perkebunan Karet di Dusun Rasau Kabupaten Batanghari.Foto Rosenman M 
Para petani karet di Provinsi Jambi, kini bisa bergairah. Setelah hampir satu tahun mengalami harga karet turun drastis, sejak dua bulan belakangan harga karet di Jambi terus naik. Sebelumnya harga karet berada di kisaran Rp 6 ribu-Rp 8 ribu per Kg, sekarang sudah menyentuh harga Rp 12 ribu per Kg.

ROSENMAN M, Jambi

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia  (Gapkindo) Provinsi Jambi, Hatta Arifin mengatakan, kenaikan harga karet ini masih belum normal dan kemungkinan akan terus melar.

Normalnya, harga karet itu adalah 3 dollar dan untuk bokar Kadar Karet Kering (KKK) 50 persen. Artinya, jika US$3 dollar saat ini sekitar Rp 33 ribu, maka idealnya harga bokar KKK sebesar Rp 15 ribuan per Kg.Disebutkan, penyebab kenaikan harga karet dipengaruhi beberapa faktor yakni globalisasi keuangan, cuaca, harga migas, dan pengaruh valas. “Jika terkait harga keuangan negara tetangga dan indek saham bagus, maka harga naik,” jelasnya.

Kriteria harga karet termasuk karet KKK 50 persen, jika lebih dari itu maka harga akan naik lagi. Dikatakan, kalau untuk harga resmi impor dipotong 50 persen itulah harga untuk di petani. Jika bokar KKK 60 persen harga bisa Rp 16 ribu per Kg, dengan catatan cuka yang digunakan adalah deorap, agar kualitas karet lebih bagus dan tidak bau.

“Rata-rata jumlah produksi karet di Provinsi Jambi mencapai 280 ribu-327 ribu ton per tahun. Tapi jika sering terjadi hujan, akan mempengaruhi produksi. Musim penghujan, pengaruhi produksi karet dan bisa berkurang sekitar 20 persen,” ujar Hatta.

Sementara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi menyebutkan, harga indikasi karet untuk hari kemarin berada di angka Rp 23.600. Harga ini cukup mengalami kenaikan dari 2 minggu sebelumnya yang masih di kisaran Rp 22.500.

Kabid Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi Jambi, Filda Deviarni mengatakan, kenaikan ini tak hanya disokong dari harga dolar yang terus merangkak, namun juga efek dari permintaan yang semakin banyak dari negara pengimpor.

“Tentunya ini menjadi momen yang menyenangkan bagi petani di mana harga tersebut sudah termasuk harga yang tinggi. Sebagian besar produksi karet diekspor ke Cina dan negara Eropa. Namun tingkat ekspor ke negara tersebut kian menurun mengingat krisis yang terjadi di negara tersebut,” katanya.

Untuk meningkatkan nilai harga karet di kalangan petani, Disperindag Provinsi Jambi terus mengampanyekan penggunaan deorap kepada petani. Ini dimaksudkan agar petani turut mendulang hasil yang sepadan dan produksi karet yang baik.

“Sekarang bayangkan saja, harga karet petani yang menggunakan deorap dengan yang tidak, selisihnya bisa mencapai 40 persen,” katanya.
 
Potret Ekspor Import Jambi

Pelemahan nilai rupiah saat ini terhadap dollar AS mengakibatkan masalah perekonomian. Importir membutuhkan valuta asing lebih banyak jika nilai rupiah melemah terhadap dollar AS. Sehingga tingginya biaya impor juga akan mengakibatkan harga barang impor ikut naik. Kondisi neraca transaksi berjalan juga mulai tertekan.
Kuswan Gunanto.IST
Pengamat Ekonomi di Jambi, Kuswan Gunanto mengatakan, paket kebijakan ekonomi pemerintah yang diluncurkan beberapa waktu yang lalu, diharapkan dapat mengatasi kondisi perekonomian yang goncang setelah melemahnya rupiah.

Paket kebijakan tersebut berupa mendorong ekspor melalui pemberian “additional deduction tax” sekaligus menurunkan impor, memberikan insentif industri padat karya, mengubah tata niaga impor daging dan sapi dan produk hortikultura, dan penyederhanaan perizinan dalam hal investasi.
Disebutkan, disaat seperti ini, pengendalian impor dan peningkatan ekspor memang dirasa paling efektif untuk mengatasi permasalahan neraca transaksi berjalan ini. Untuk itu menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana potret ekspor-impor Indonesia khususnya di Provinsi Jambi.

Produk dari Provinsi Jambi apa saja yang diminati oleh konsumen di luar negeri? Negara mana saja yang menjadi sahabat Provinsi Jambi dalam melakukan ekspor dan impor? Bagaimana kualitas ekspor yang ada di Provinsi Jambi? Ketiga pertanyaan tersebut sangat menarik untuk dikaji sehingga ekspor-impor kita bisa memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

“Dewasa ini, tidak ada satupun negara/daerah didunia ini yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Begitu juga tidak semua produksi dalam negeri yang melimpah disuatu negara akan terserap habis oleh penduduknya,” kata Kuswan Gunanto.

Oleh sebab itu, diantara negara/daerah akan terjadi simbiosis dalam pemenuhan kebutuhan domestiknya ataupun untuk daerah pemasaran produksinya. Beranjak dari situlah kita mengenal istilah ekspor dan impor.

Disebutkan, ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan internasional. Kegiatan ekspor impor merupakan salah satu faktor penentu roda perekonomian suatu negara/wilayah. Impor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari negara lain karena ketidaksanggupan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya.

Impor yang dilakukan adalah untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan diharapkan juga dapat untuk proses produksi sehingga menambah pemasukan di usaha ekspor. Dengan demikian impor tetap sejalan dengan produksi orientasi ekspor.

Komoditas Andalan

Karet kertas, CPO, Batubara dan Pinang merupakan komoditas andalan Provinsi Jambi selain minyak dan gas bumi. Karet, didominasi oleh SIR yang merupakan gumpalan-gumpalan karet mentah. SIR ini akan diolah menjadi ban, sarung karet, dll di luar negeri.

“Batubara digunakan untuk menghidupkan pabrik-pabrik dan pembangkit tenaga listrik di luar negeri. Komoditas non migas diatas merupakan produk pertanian dan pertambangan yang ada di Provinsi Jambi,” Kuswan Gunanto.

Dengan peningkatan produk pertanian dan pertambangan ini diharapkan kesejahteraan produsen (petani) juga meningkat. Akan tetapi yang menjadi fokus tambahan adalah bagaimana rantai perdagangan dari petani sampai ke eksportir. Jangan sampai mata rantai perdagangan yang berliku-liku tidak merefleksikan peningkatan kesejahteraan petani.

Ekspor Impor

Dari data ekspor yang ada, pengusaha kita dapat mengetahui di negara-negara mana saja produk kita sangat diminati. Selain itu, juga bisa memperkirakan arah ekspansi ekspor yang perlu dikembangkan kedepannya.

Menurut Kuswan Gunanto, selama lima tahun terakhir negara tujuan ekspor dari Provinsi Jambi didominasi negara-negara di benua Asia. Sebagian besar produk-produk dari Provinsi Jambi meluncur ke negara Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, dan Cina.

Negara Singapura menjadi berlabuhnya pinang, karet olahan (SIR), kopi dan rempah-rempah, CPO, dan batubara dari Provinsi Jambi. Negara Thailand menjadi negara yang juga meminta CPO, kopra serta kertas/pulp.

Disebutkan, Negara Malaysia menampung kopra, CPO, batubara, pinang, kertas/pulp, kopi, arang dan kayu lapis. Negara Jepang sangat membutuhkan karet olahan (SIR) dan kayu lapis dari Provinsi Jambi. Negara Cina menjadi tujuan ekspor kertas/pulp, karet olahan (SIR), batubara, kayu lapis, dan CPO.

Produk dari negara yang paling banyak menjadi sumber impor Provinsi Jambi adalah Cina, Singapura, Malaysia, Amerika dan Jepang. Produk-produk yang diminta digunakan untuk proses produksi sehingga menambah pemasukan di usaha ekspor. Dengan demikian impor tetap sejalan dengan produksi orientasi ekspor.

Negara Cina menyuplai kebutuhan Provinsi Jambi adalah turbin untuk mesin pembuat kertas dan bahan kimia berupa sodium hydroxide. Dari negara Singapura kita mengimpor petroleum bitumen dan mesin-mesin.

“Negara Malaysia kita juga mengimpor petroleum bitumen dan mesin-mesin, serta bahan makanan berupa soya bean. Negara Amerika menjadi sumber impor bahan baku untuk industri berupa acrylic polymer. Selain itu, juga suku cadang dan peralatan yang digunakan di mesin pembuat kertas,” Kuswan Gunanto.
Kualitas Ekspor-Impor

Ekspor yang berkualitas adalah ekspor yang tidak sebatas menyalurkan bahan mentah ke luar negeri tetapi sudah menjual produk hilir. Atau dengan bahasa sederhana adalah jika produk ekspor tersebut diperoleh dari kegiatan industri, khususnya industri hilir dan berupa komoditas hasil olahan akhir.

Kualitas impor dikatakan lebih baik bila kita lebih banyak mengimpor produk-produk yang tidak akan menyebabkan peningkatan ketergantungan kita terhadap komoditas tertentu.

“Selain hanya meningkatkan volume dan nilai ekspor, Provinsi Jambi harus mengamati bagaimana kualitas ekspor kita. Juga bagaimana meningkatkan rasio ekspor produk manufaktur kita terhadap ekspor barang mentah,” Kuswan Gunanto.
Kita juga harus mengamati di negara mana saja produk-produk kita diminati. Semoga dengan peningkatan kualitas ekspor yang dilakukan juga berimbas kepada terealisasinya kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jambi. (*/lee)
 
(BERITA INI NAIK DI HARIAN JAMBI EDISI CETAK SENIN 3 FEBRUARI 2014 PAGI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar