Kamis, 09 Januari 2014

JELANG GONG XI FA CAI, Mal dan Toko Ramai Jual Pernak-pernik Imlek


HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI KAMIS 9 JANUARI 2014


H-23 Imlek 2565, warga Tionghoa akan merayakan Tahun Baru Cina, yang jatuh pada 31 Januari 2014. Berbagai ornamen berwarna merah yang identik dengan Imlek mulai terlihat di beberapa pusat perbelanjaan dan toko di Kota Jambi. 

ROSENMAN MANIHURUK, Jambi

Selain itu, beberapa rumah etnis Tionghoa di Jambi juga tak mau ketinggalan mulai ikut menyambut Gong Xi Fa Cai 2565 dengan menyiapkan berbagai acara serta program lainnya. 

Suasana perayaan sudah mulai tampak, meski hari H masih 23 hari lagi. Sejumlah pusat perbelanjaan dan toko-toko di Kota Jambi kini sudah banyak menjajakan asesoris Imlek.

Pengamatan Harian Jambi menunjukkan, di sejumlah pusat perbelanjaan dan toko di Kota Jambi menunjukkan, asesoris yang dipajang mulai dari lampion, lilin, gambar Shio Kuda Kayu, dupa,   parcel Imlek hingga kue-kue kering.

Asesoris Imlek juga banyak ditemukan sebagai hiasan mal, seperti di mal Trona Jambi Thehok Jambi, Jamtos Mayang Kota Jambi, Matahari Dept Store Pasar Jambi, Mal Meranti Talangbanjar, Mandala Pasar Jambi,  dan Mal WTC Batanghari Angsoduo Jambi.

Selain pusat perbelanjaan, hotel-hotel berbintang di Jambi juga memasang hiasan Imlek. Seperti di Hotel Grand Pasar Jambi, Aston Jambi Telanai, Abadi Suite Hotel Pasar Jambi, Novita Hotel Pasar Jambi dan lainnya.

Lince, karyawan Toko Serba Ada (Toserba) Mandala Pasar Jambi mengatakan, aksesoris Imlek kini sudah banyak dipesan konsumen. Ragam asesories Imlek juga mulai diserbu etnis Tionghoa Jambi yang merayakan Imlek.

“Harga asesories bervariasi tergantung bentuk asesoriesnya. Asesoris lampion-lampion mulai dari harga Rp 25 ribu hingga Rp 75 ribu. Kemudian pernak-pernik Imlek harganya mulai dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 150 ribu. Pernak-pernik Imlek stoknya sudah cukup jelang Imlek tahun ini,” kata Lince.
Hal yang sama juga dikemukakan Linda, karyawan Mal Meranti Talangbanjar Kota Jambi. Menurutnya, pernak-pernik Imlek cukup lengkap dipajang di Meranti. Harga aksesoris atau pernak-pernik Imlek yang identik dengan warna merah itu bervariasi.

“Pernak-pernik Imlek yang dijual di Meranti cukup beragam. Gambar-gambar Shio Kuda Kayu juga ada. Kemudian lampion-lampion mini hingga parcel Imlek yang isinya cukup beragam,” ujar Linda.
Terpisah, Sherly, pegawai Toko Pulo Mas Jelutung Kota Jambi mengatakan, kini aksesoris atau pernak-pernik Imlek sudah diburu masyarakat etnis Tionghoa di Jambi. 

Benny Lestio, tokoh muda etnis Tionghoa Jambi yang juga sebagai anggota DPRD Kota Jambi mengatakan, perayaan Imlek tahun ini, dirayakan sebagai tahun kerukunan. Dirinya juga meminta etnis Tionghoa di Jambi merayakan Imlek tidak berlebihan.

“Kita juga harapkan komunitas etnis Tionghoa di Kota Jambi saling membantu sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Momen Imlek 2565 ini kita wujudkan sebagai tahun kerukunan,” katanya.


Kue Nastar Buatan Sendiri Jadi Pilihan saat Imlek

Perayaan Imlek 2565 tinggal 23 hari lagi, namun kini masyarakat etnis Tionghoa di Jambi sudah sibuk buat kue kering. Jenis kue nastar yang terbuat dari selai nanas dibalut adonan tepung terigu ini menjadi pilihan pada Imlek 2565.

Serly alias Cing-Cing, warga etnis Tionghoa Jambi kepada Harian Jambi mengatakan, dirinya lebih tertarik buat kue kering sendiri dibandingkan beli dari toko kue.

“Ibu lebih memilih buat kue nastar sendiri daripada beli dari toko kue. Buatan sendiri lebih enak dan bangga. Sementara kalau dibeli, selai nanasnya hanya sedikit, kalau ini nggak, selai nanasnya banyak kita buat,” katanya.

Menurut istri dari David Chandra ini, harga kue kering nastar satu kilogram mencapai Rp 250 ribu. “Sedangkan kalau buat sendiri biaya untuk satu kilo nastar dengan rasa yang enak hanya bermodalkan Rp 75 ribu. Jadi lebih baik kita buat sendiri. Selain kita bangga menyuguhkan ke tamu, biaya juga hemat,” katanya. 

Nanas Tangkit Laris Manis

Pedagang nanas Tangkit, Muarajombi juga menangguk rejeki jelang perayaan Gong Xi Fa Cai  2565 yang jatuh pada 31 Januari 2014 mendatang. Penjual nanas Tangkit ternyata mendulang rezeki. Nanas Tangkit kini banyak diminati masyarakat etnis Tionghoa di Jambi untuk selai nanas untuk kue nastar.

Harga nanas Tangkit Muarojambi pun kini dibandrol pedagang nanas keliling Rp 6 ribu per buah. Kemudian jumlah penjualan pun bertambah hingga 100 persen, dari hari biasa 75 buah, kini bisa mencapai 150 buah per hari.

Adalah Kohar (52), seorang pedagang nanas Tangkit, Warga Desa Tangkit Lama, Kabupaten Muarojambi mengatakan, setiap harinya, Kohar bisa menjual nanas minimal 75 hingga 100 buah. Namun jelang Imlek, dirinya mampu menjual hingga 150 buah dengan harga Rp 6 ribu per buah.

 “Saya biasa hanya mampu menjual maksimal 100 buah. Namun jelang Tahun Baru China, saya bisa jual hingga 150 buah. Nanas Tangkit sangat cocok dibuat selai nanas untuk kue nastar. Saat ini warga etnis Tionghoa membuat kue nastar sebagai kue kering Imlek,” kata Kohar.

Menurut Kohar, dirinya mengayuh sepeda ontel nanas dengan jarak 120 km setiap pagi. Jarak tempuh yang lumayan jauh ternyata bukan kendala bagi pria kelahiran 1965 ini. Menempuh jarak sekitar 120 km dari Desa Tangkit Lama, menuju Pasar Angsoduo Kota Jambi setiap hari, tak membuatnya Kohar patah semangat.

Dengan harga nanas yang lumayan mahal, Kohar menangguk rejeki jelang Imlek. Kohar tahun 1992 saya melakoni profesi ini sebagai pedagang nanas Tangkit. Setiap hari saya membawa 100 buah nanas dalam sepeda ini. Jarak yang saya tempuh pulang pergi setiap harinya sekitar 120 km,” kata Kohar yang sudah berprofesi sebagai pedagang nanas keliling sejak tahun 1992 itu.

Kata Kohar, dirinya tak punya kebun nanas. “Saya hanya membeli dari petani dengan harga Rp 2 ribu per buah dan saya jual kembali di Pasar Angsoduo Rp 6 ribu per buah,” katanya.

Kue Bakul Jadi Incaran

Kue keranjang atau kue bakul atau juga disebut Nian Gao atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee yang terbuat dari beras ketan dan gula merah ini menjadi kue primadona Imlek yang jatuh pada tanggal 31 Januari 2013. Aneka ragam jenis kue mulai dijajakan di sejumlah toko milik warga Tionghoa di Jambi. 

H-23 Imlek 2565, kue keranjang tersebut jadi incaran konsumen, khususnya warga Tionghoa. Sementara aksesoris atau pernak pernik hiasan Imlek di Jambi kini juga mulai marak dijumpai di pusat perbelanjaan dan toko-toko. Bahkan pernak-pernik Imlek ini sebagian besar didatangkan dari Singapura, Malaysia, Jakarta. 

Sekitar 5000 KK warga etnis Tionghoa yang berdomisili di Jambi sudah memburu toko-toko aksesoris Imlek. Aguan, pemilik toko Anugerah Bintang Terang (ABT) di Jalan Gajah Mada, Jelutung, Cempaka Putih mengatakan, kini pernak-pernik Imlek banyak diburu warga Tionghoa di Jambi. Kata dia, seluruh aksesoris Imlek yang ada di tokonya dipesan dari Singapura, Malaysia dan Jakarta.

 “Seluruh aksesoris Imlek ini saya beli dari agen di Tungkal. Aksesoris seluruhnya buatan Singapura dan Malaysia. Tapi ada juga dari Jakarta. Harganya bervariasi, mulai dari harga Rp 10.000 hingga Rp 400 ribu. Harga tersebut sesuai dengan harga pasaran,” ujarnya.

Disebutkan, untuk satu aksesoris hiasan gantungan Imlek dijual dari harga Rp 10.000 hingga Rp 20.000. Sementara aksesoris lampion dijual dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 400 ribu.

“Selain aksesoris Imlek, kue keranjang juga banyak menjadi incaran warga Tionghoa. Kue keranjang ada dua jenis, produk lokal Jambi dan kue keranjang dari Malaysia. Harga kue keranjang lokal Jambi satu buah dipatok Rp 20.000, sementara impor Rp 40.000 per paket (satu paket enam kue ukuran kecil),” kata Cory, pegawai toko ABT Jambi.

Aan, pemilik toko di Kota Jambi yang menj ual ragam jenis kue Imlek mengatakan, ukuran kue keranjang bervariasi dan menjadi sajian utama saat Imlek.

Menurut pemilik Toko Sri Mulia yang terletak di Jalan Dr Wahidin No 72 Pasar Jambi ini, kue keranjang merupakan kue khas Imlek. Katanya, selain disajikan untuk tamu, kue keranjang dikirim sebagai bingkisan untuk keluarga yang lebih tua. 

 “Misalnya orangtua, mertua atau paman. Bingkisan kue keranjang dimaknai sebagai ungkapan rasa hormat terhadap orang yang dituakan,” katanya.

Menurut Aan, dari segi bentuk kue keranjang tidak jauh berbeda dengan dodol, salah satu kue asal Garut Jawa Barat tersebut. Warna kue juga kecoklatan dan memiliki daya tahan hingga beberapa pekan. Namun, Aan tidak menjelaskan komposisi kue keranjang tersebut.

Ditempat terpisah, Ny Ling, seorang pembuat kue keranjang mengatakan, membuat kue keranjang bukan hal mudah. Pasalnya, ada pantangannya yang tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar kue tidak mau matang.

Menurut ibu yang tinggal di Jalan Orang Kayo Itam, Kecamatan Pasar Kota Jambi ini, pantangan saat membuat kue keranjang tidak boleh diganggu anak kecil. Menurutnya, makna dari kue keranjang melambangkan kecukupan hidup atau mengharapkan di tahun baru tidak mendapatkan masalah.

“Menyajikan kue keranjang sudah menjadi keharusan bagi warga Tionghoa jika Imlek tiba. Kue keranjang ini juga sudah musim di jual di toko-toko kue di Pasar Kota Jambi,” katanya. 

Selain kue keranjang, sajian saat Imlek juga ada juga kolang-kaling, agar-agar, manisan, mi, ikan bandeng dan buah-buahan. “Buah atep atau buah kolang-kaling disajikan saat Imlek mempunyai arti agar kehidupan keluarga lebih mantap.(lee)

Tidak ada komentar: