Selasa, 19 Maret 2013

Sekjen HKBP Tinjau Sanggar Belajar Suku Orang Rimba di Desa Pemayongan Tebo

Sekjen HKBP Pdt Mori Sihombing MTh didampingi Kadep Marturia HKBP Pdt Marolop P Sinaga MTh di  PESTA SENDING HKBP JAMBI 17-03-2013. Foto Rosenman Manihuruk HP 0812 747 7587

Kepala Biro Sending HKBP, Pdt. C.O.R Silaban, STh, (ketiga dari kiri) dan Anton Panjaitan, tokoh masyarakat (pakai jaket), menyaksikan Kepala Suku SAD, Buyung, meletakkan batu pertama pembangunan rumah tinggal pelayan Sending HKBP dan Sanggar Belajar SAD di Desa Pemayongan, Kabupaten Muaratebo, Provinsi Jambi 13 Juni 2012.

Gr. P. Situmorang, perintis Sanggar Belajar dari Sending HKBP, di antara anak-anak Suku Anak Dalam di Desa Pemayongan, Kabupaten Muaratebo, Provinsi Jambi, Januari 2012. 

(Kiri ke kanan) Praeses HKBP Distrik XXV Jambi Pdt  Manuarang Hutabarat STh, Kepala Biro Sending (PI) HKBP Pdt. C.O.R Silaban STh, Kepala Departemen Marturia HKBP Pdt Marolop P Sinaga MTh saat wawancara dengan DNT di HKBP Jambi, Minggu (17/03/13).


Jambi, DNT

Sekretaris Jenderal (Sekjen) HKBP, Pdt Mori Sihombing MTh didampingi Kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt Marolop P Sinaga MTh dan Kepala Biro Sending (PI) HKBP, Pdt. C.O.R Silaban, STh meninjau sanggar belajar Suku Orang Rimba di Desa Pemayongan Tebo, Provinsi Jambi, (15-16/03/13). Sanggar belajar itu diprakarsai HKBP Distrik XXV Jambi untuk memberdayakan suku Orang Rimba dari keterbelakangan social.

Pdt Mori Sihombing MTh didampingi Kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt Marolop P Sinaga MTh, Kepala Biro Sending (PI) HKBP, Pdt. C.O.R Silaban, STh dan Praeses HKBP Distrik XXV Jambi, Pdt Manuarang Hutabarat STh di ruang Konsistori HKBP Kotabaru Jambi, Minggu (17/03/13) kepada DNT mengatakan, di Jambi ada Suku Anak Dalam (SAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Orang Rimba, sudah tertinggal sejak ratusan tahun lalu.

“Di Jambi ini ada SAD sejak ratusan tahun silam. Mereka sangat tertinggal dengan etnik lain. Kalau tidak ada yang menyentuh, memperhatikan dan memperjuangkan mereka, maka satu abad lagipun keadaan mereka akan tetap demikian. Justru itulah HKBP terpanggil. Bukan untuk mengkristenkan tetapi mencoba sekuat mungkin, sekecil apapun daya, dana HKBP, tapi HKBP mau menunjukkan kepeduliannya kepada mereka,”katanya.

Disebutkan, HKBP mau mendidik mereka lewat Biro Sending HKBP membuka sanggar belajar untuk SAD atau lebih dikenal dengan komunitas Orang Rimba di Desa Pemayongan, Tebo, Provinsi Jambi. 
Program tersebut menorehkan bahwa HKBP juga peduli dengan insan sesama, khususnya suku terpencil di pedalaman Provinsi Jambi. Program pemberdayaan lewat sanggar belajar merupakan langkah awal terhadap komunitas SAD di Provinsi Jambi.

 “Jika komunitas SAD itu terpelajar, maka hidup mereka akan berobah. Suatu saat satu atau hingga sepuluh orang SAD ada yang terpelajar, tidak mustahil mereka akan bisa masuk PNS atau pejabat nantinya. Maka etniknya oleh mereka yang terpelajar akan dibawa ke alam yang lebih maju. Sehingga di Indonesia ini tidak ada lagi suku yang tertinggal,”katanya.

Menurut Pdt Mori Sihombing MTh, SAD juga adalah warga Indonesia yang serupa haknya dengan etnik lain dan mereka juga merupakan anak bangsa asset dari Negara tercinta ini.

“Itu sebabnya HKBP bukan konteks penginjilan untuk mengkristenkan, tapi mission empower atau misi untuk memberdayakan mereka. Supaya mereka menjadi orang-orang terpelajar dan terhormat suatu saat. Nanti kalau mereka memutuskan mau masuk agama Kristen abtudate, dan mereka memutuskan masuk agama Islam itupun keputusan meraka jika mereka sudah terpelajar,”katanya.

Disebutkan, memang sudah banyak pihak-pihak yang memberdayakan SAD seperti Warsi dan bahkan dari Luar Negeri. Namun HKBP ingin berbuat untuk SAD semampu HKBP.

“Butet (Marsaulina) Manurung itu terkenal, dan beliau sudah meninggalkan SAD mungkin ada tugas yang lain yang sama. Kita sangat hormat dengan Butet Manurung. HKBP bukan mau menjadi seperti Butet Manurung, tidak sama sekali. Tapi HKBP ingin berbuat. Maka itu sebabnya ada mimpi kami saat ini, bagaiman agar SAD menjadi orang terpelajar. HKBP dengan sekuat tenaganya akan mencoba untuk membangun Sekolah Dasar di  komunitas SAD di Desa Pemayongan Tebo,”kata Pdt Mori Sihombing MTh.

Menurut Pdt Mori Sihombing MTh, guru-guru akan dikirim oleh HKBP. Kelanjutannya juga tergantung kesediaan Pemerintah Kabupaten Tebo dan Pemerintah Provinsi Jambi.

“Nanti kalau ada koordinasi kerjasama selama 6 tahun mereka SD, SAD bisa ditompangkan mengikuti ujian di SD yang lain, walaupun mereka sekolah di hutan-hutan. Nanti kalau ada SAD yang cerdas bisa lanjut ke SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Itu hitungannya hanya 16 tahun yang akan datang,”katanya.

Pdt Mori Sihombing MTh juga membantah kalau ada pihak yang menilai kalau HKBP ingin mengkristenkan SAD di Jambi. “Itu tidak benar, HKBP pemberdayaan pendidikan formal dan non formal agar SAD terpelajar dan bisa hidup lebih maju kelak,”katanya.

Sementara Kepala Biro Sending HKBP, Pdt. COR Silaban, STh mengatakan, peletakan batu pertama pembangunan sanggar belajar itu telah dilakukan Biro Sending HKBP di Desa Pemayongan, Kabupaten Muaratebo, Provinsi Jambi, 13 Juni 2012 lalu.

Pdt. COR Silaban, STh juga mengucapkan apresiasi kepada Pdt Bernat Siagian MTh (kini melayani di Jaya Pura) yang berjuang merintis  sanggar belajar Suku Orang Rimba di Desa Pemayongan Tebo.

Disebutkan, peletakan batu pertama pembangunan sanggar belajar khusus SAD guna sarana belajar membaca, menulis dan berhitung (Calinstung) Orang Rimba, dihadiri Anton Panjaitan, tokoh masyarakat setempat dan Kepala Suku SAD, Buyung.

Pada lokasi yang sama juga dibangun pembangunan rumah tinggal pelayan Sending HKBP dan Sanggar Belajar SAD Tebo.


Pdt. COR Silaban, STh mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak peduli yang telah mendukung program tersebut. Dirinya juga mengajak yang lain untuk turut serta mendukung dan mendoakan. Karena masih banyak  kebutuhan dan rintangan untuk kelanjutan pelayanan di sanggar belajar tersebut. (Rosenman Manihuruk)

Tidak ada komentar: