Senin, 04 Maret 2013

NASIB BURUH KEBUN

Jhon Rivel Purba. Foto Ist FB
 
Tadi malam (3/3/2013), dalam Malam Penganugerahan Juara Lomba Cipta Puisi Jogja II 2012/2013 yang diselenggarakan Ernawati Literary Foundation di gedung PKKH UGM, saya diumumkan menjadi salah satu nomine. Selain mendapatkan hadiah yang sangat berharga, puisi sederhana saya dibukukan dalam antologi puisi berjudul "Sebab Cinta".
 
NASIB BURUH KEBUN
Oleh: Jhon Rivel Purba

Nak, bangunlah dari mimpimu
karena mimpi palsu tak akan membebaskanmu
mimpi hanyalah obat penenang sementara
menenangkanmu dari lapar dan sengsara

nak, mari bergegas kembali mencari sesuap nasi
pengganjal sejengkal perut melawan mati
kita tak punya pilihan hidup lagi
selain berlari mengejar yang tak pasti

nak, maafkan ibu memaksamu ikut bekerja
mengumpulkan brondolan di perkebunan kelapa sawit ini
kau ikut menumpahkan butir-butir keringat dan darah
demi recehan-recehan dari si tuan kebun

nak, dulunya tanah perkebunan ini milik kita
tapi kita tergusur dan kini dijadikan buruh lepas
aku tak mengerti mengapa itu bisa terjadi
kita yang kecil selalu salah di depan hukum

nak, usiamu masih muda, baru tujuh tahun
seharusnya kau belajar dan bermain dengan mereka
tapi kau terpaksa memikul beban seberat ini
atas keterpaksaan hidup yang tak kita inginkan

nak, tak perlu kau menangisi seseorang yang hilang
ayahmu telah pergi ke tempat yang tak kita tahu
berhentilah menangis dan hapus air matamu
sudah begitu banyak air mata mengalir dihisap sawit ini

nak, matahari sudah sangat panas
mari berteduh sambil menikmati nasi sayur
tak usah dulu ingat utang kita pada majikan
untuk membeli beras yang semakin mahal harganya

nak, mari kita bekerja keras lagi
mengumpulkan brondolan-brondolan itu
sebelum kita pulang ke gubuk
di mana kita bisa sejenak bermimpi

nak, besok kita akan tetap ke kebun sawit
karena tahun ini kau tak bisa sekolah
mungkin selamanya kau tak bisa sekolah
sebab daun sawit tak bisa disulap jadi uang

nak, nasib kita sama
nanti kau akan tetap menjadi buruh lepas
mengikuti jejak ibumu yang kurus ini
membayar utang-utang kita yang makin menumpuk
(Yogyakarta, 3 Agustus 2012)

Tidak ada komentar: