Kamis, 19 Juli 2012

Harga Anjlok, Petani Sawit-Karet di Jambi Resah

 Giling Slab (getah karet yang sudah dibentuk petak-petak) oleh Slamet AT dan Slamet KA  Petani Karet di Dusun Suka Damai-Desa Pondok Meja-Kecamatan Mestong-Kab Muarojambi, Rabu (18/7). Kini petani karet resah akibat harga karet anjlok tiga bulan terakhir. Foto batakpos/rosenmna manihuruk

Jambi, BATAKPOS

Anjloknya harga produk unggulan perkebunan, seperti sawit dan karet di Provinsi Jambi yang kini hamper berlangsung tiga bulan mulai menggoyahkan perekonomian masyarakat. Para petani kini mulai resah. menjerit. Pertumbuhan ekonomi Jambi 2012 juga terancam melambat akibat merosotnya harga sawit dan karet tersebut.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Jambi, Prof Amri Amir kepada wartawan, Rabu (18/7/) mengatakan, masyarakat petani kini lesu karena memasuki tahun ajaran baru menyusul lebaran. Sementara pendapatan tak lagi bisa diharapkan dari sawit dan karet.

Menurut Amri Amir, jatuhnya harga karet hingga bulan ini jelas akan berpengaruh ke perekonomian secara umum. Apalagi jika sampai harga tidak juga menguat hingga akhir tahun nanti.

“Ekonomi pasti melambat. Jika target 6-7 persen. Bisa jadi dibawah itu. Karet dan sawit merupakan produk unggulan Jambi yang kontribusinya saat ini termasuk signifikan terhadap PDRB Jambi. Jika harga terus turun, pendapatan yang diterima petani rendah. Kondisi ini menyebabkan daya beli juga rendah. Akibatnya sektor riil akan terpengaruh,”katanya.

Disebutkan, petani akan mengurangi pembelian produk non primer. Inilah yang membuat ekonomi jadi melambat. Mal yang biasanya dipenuhi petani karet yang baru panen akan berkurang. Termasuk barang lainnya.

Secara makro, anjloknya harga membuat nilai ekspor juga mengendur. Ini juga akan berpengaruh ke PDRB Jambi. Karena itu, pemerintah harus menyiasati kondisi ini untuk jangka pendek. Dalam jangka panjang, harus ada investasi untuk mengolah produk perkebunan menjadi barang  siap jadi.

Menurut Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Unja ini, khusus untuk karet, memang dibutuhkan investasi yang sangat besar. Apalagi, untuk produk jadi, pengusaha umumnya memilih lokasi di daerah yang penduduknya padat.

 Dikatakan, yang paling realistis adalah dengan membangun industri hilir CPO. Mengingat investasinya tidak terlalu besar, dengan membangun pabrik minyak goreng. Hasilnya bisa di pasar dalam Jambi sendiri dan juga luar daerah.

Harga karet saat ini hanya Rp 8.000 ditingkat petani. Ketua Asosiasi Petani karet Indonesia (Apkarindo) Lukman Zakaria, mengatakan, harga karet saat ini sudah membuat petani menjerit. 
“Sekarang ini harga tinggal 10 ribu per kilo. Malah ada yang Rp8.000. Sementara sebentar lagi mau bulan puasa dan lebaran,”katanya.

Menurutnya, anjloknya harga karet di tiga bulan terakhir ini termasuk lebih parah jika dibandingkan pada akhir tahun lalu. Dia menuding, ini merupakan permainan pengusaha untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sementara petanilah yang menjadi korban.

Disebutkan, anjloknya harga karet sangat berpengaruh kepada perenomian di Jambi. Karena 75 persen dari petani di daerah ini hidup dari perkebunan karet. “Berbeda dengan sawit. Kalau sawit kebanyakan punya pengusaha. Kalau karet ini memang rakyat kecil. 90 persen kebun karet punya petani murni,”katanya.

Sekretaris Gabungan Perusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Hatta Arifien mengatakan, sejauh ini koridor harga karet diprediksi hanya berkisar di Rp 23.000 hingga Rp 23.300. Ada kemungkinan bisa bertahan hingga lepas lebaran nanti.

“Tudingan Apkraindo yang menilai hanya permainan pengusaha, saya bantah itu. Saat ini kondisi ekonomi dunia memang melambat. Eropa sedang krisis. Ini yang membuat pasar lesu. Jepang lesu, RRC juga lesu. Ini akan berlangsung antara 3-6 bulan,”:katanya. R

Tidak ada komentar: