Selasa, 10 Mei 2011

Puluhan Hektar Lahan Pertanian Gagal Panen

Dampak Banjir

Jambi, BATAKPOS

Seluas 38 hektar lahan tanaman pangan di Provinsi Jambi dipastikan gagal panen akibat dampak banjir yang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Jambi. Tingginya curah hujan belakangan ini membuat puluhan hektar lahan pertanian seperti palawija, padi terendam banjir.

Kondisi 38 hektar lahan tersebut disebabkan curah hujan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan lahan petani di sejumlah kabupaten terendam banjir.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Jambi, Abu Sucamah, Jumat (6/5) mengatakan, lahan pertanian yang gagal panen itu terdapat di Kabupaten Kerinci 15 hektar dan Merangin dengan luas 10 hektar.

Di Kerinci terdiri dari 15 hektar area pertanian cebe rawit, 12 hektar tanaman padi dan 1 hektar kolam ikan. Seluas 38 hektar lahan pertanian tersebut berada di kawasan yang langganan banjir.

“Untuk di Kabupaten Kerinci statusnya sudah fuso atau tidak bisa digunakan lagi. Artinya petani harus menanam ulang di lahannya ketika air sudah surut. Sedangkan di Merangin belum dikatahui pasti. Jika ditaksir, angka kerugian petani akibat lahan yang terendam banjir ini mencapai jutaan rupiah. Setiap hektar, diperkirakan menghasilkan sekitar 25 kilogram benih. Jika satu kilonya diasumsikan sebesar Rp 6 ribu rupiah, artinya kerugian ditaksir mencapai Rp 5,7 juta per hektar,”katanya.

Disebutkan, setiap kabupaten di Provinsi Jambi memang mempunyai kawasan yang rawan banjir. Selain di Kerinci dan Merangin, Kabupaten Sarolangun, Tebo, Bungo, Batanghari, Muarojambi, Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur juga sering terkena banjir.

Dinas Pertanian Provinsi Jambi siap memberikan bantuan benih kepada petani yang mengalami kerugian akibat lahan terendam banjir. Pihaknya menghimbau kabupaten/kota segera mendata petani yang lahannya terendam banjir.

“Silakan ajukan bantuan benih ke Distan Provinsi, selanjutnya akan diproses dan diajukan ke kementerian pertanian. Prosesnya tidak lama, dan akan diajukan melalui program cadangan benih nasional (CBN),” katanya. ruk

Tidak ada komentar: