Kamis, 10 Februari 2011

Semua Sekolah di Jambi Wajib Kunjungi Museum Jambi

Jambi, BATAKPOS

Guna mendekatkan sejarah perjuangan dan berbagai peninggalannya, seluruh sekolah di Provinsi Jambi mulau dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT) diwajibkan untuk mengunjungi Museum Negeri Jambi. Program kunjungan wajib Museum Negeri jambi itu telah disepakati dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

Demikian dikatakan Wakil Gubernur Jambi, Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum saat melakukan kunjungan ke Museum Negeri Jambi yang terletak di Jalan Surip Sumohardjo, Senin (7/2). Kunjungannya diterima Kepala Museum Negeri Jambi Eni Suhartaty beserta jajarannya dan Kepala Dirjen Perencanaan dan Hukum Pariwisata Indonesia, Made Kusuma.

“Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari kepala museum bahwa kita telah melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi yang nantinya semua sekolah tanpa terkecuali mulai dari SD,SMP,SMU serta perguruan tinggi,”katanya.

Selama ini yang datang mengunjungi adalah mahasiswa yang mengambil jurusan sejarah, padahal banyak sekali yang bisa dipelajari di tempat ini bukan hanya sejarah tetapi juga di bidang politik, mudah-mudahan dengan adanya kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dapat berjalan lancer,”ungkapnya.

Wagub juga mendukung sepenuhnya pengembangan Museum Negeri Jambi yang fasilitasnya dirasakan kurang memadai. Fasilitas pendukung juga sebagai daya tarik terhadap pengunjung.

Kepala Museum Negeri Jambi Eni Suhartaty mengatakan, Museum Negeri Jambi dibangun tahun 1981 di atas tanah seluas 13.350 meter persegi, dengan luas bangunan 4.000 meter persegi. Bangunannya selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 6 Juni 1988 dengan gaya arsitektur Kajang Loko, yang menjadi ciri khas arsitektur rumah adat masyarakat Jambi.

Museum ini menyimpan beraneka ragam benda peninggalan sejarah dan budaya Jambi. Koleksi yang terdapat dalam Museum dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, seperti: biologika, geologika, arkeologika, etnografika, numismatika, heraldika, dan keramalogika. Dengan keistimewaan koleksinya berjumlah sekitar 2.855 buah.

Disebutkan, dari sekian banyak koleksi tersebut, terdapat 5 koleksi utama yang menjadi icon museum, Seperti 2 buah Arca Avolokiteswara yang terbuat dari emas yang ditemukan di situs Rantau Kapas Tuo pada tahun 1991, Medali emas bersegi tujuh yang bertahun 1298 Hijriyah merupakan hadiah dari Kerajaan Turki Ustmani kepada Sulthan Thaha Saifuddin selaku Raja Jambi, Sabuk Emas dan Kalung Emas.

Selain lima koleksi utama, terdapat 100 buah keramik kuno Cina yang ditemukan oleh para penyelam di perairan yang terletak di perbatasan antara Jambi dan Riau. Disamping itu, juga terdapat koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: mesin cetak uang kuno, perahu lajur kuno, alat tukar kuno untuk produk karet, koleksi flora fauna dan busana adat tradisional Jambi.

Menurut Eni Suhartaty, dengan koleksi benda-benda bersejarah tersebut, Museum Negeri Jambi menjadi salah satu museum yang menarik untuk dikunjungi. Usai mengunjungi Museum Negeri Jambi Wagub langsun melanjutkan perjalanannya menuju Museum Perjuangan Rakyat Jambi yang terletak di Jalan Sultan Agung atau sebelah selatan Mesjid Agung Jambi.

Pendirian museum atas prakarsa dari Dewan Harian Daerah Angkatan '45 (DHD-'45) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jambi sebagai wujud dari pentingnya bangunan sebagai monumen dalam mengenang Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi semasa pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia.

Dikatakan, proses pembangunan museum ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia, Letjen. Achmad Thahir pada tanggal 6 Juni 1993.

Bentuk bangunan museum merupakan perpaduan antara gaya rumah tradisional Jambi dan arsitektur modern. Terdiri dari tiga lantai sebagai ruang pamer tetap dan dua teras pada kedua sayap bangunan yang sering dipergunakan sebagai ruang pamer temporer.

“Bangunannya sendiri seluas lebih kurang 1.365 m2 menempati lahan seluas 10.000 M. Museum Perjuangan Rakyat Jambi secara simbolis dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tanggal 10 Juli 1997 bersamaan dengan pembukaan MTQ Nasional ke-XVIII,”kata Eni Suhartaty. ruk

Pendidikan Sejarah : Sekelompok siswa SMA di Jambi saat melakukan kunjungan ke Museum Negeri Jambi belum lama ini. foto batakpos/rosenman manihuruk

Tidak ada komentar: