Senin, 25 Oktober 2010

Tradisi Bhikku Hari Kathina 2554 Disambut Etnis Tionghoa Jambi

Ucapan Syukur : Umat Buddha yang menanti Bhikku bersujud sambil memberikan uang dalam angpau, beras, mie instan, biskuit, sabun, dan obat-obatan kepada para Bhikkhu saat melintas di jalan raya, Minggu (24/10). Foto batakpos/ rosenman manihuruk


Lampion : Vihara Sakyakirti Jambi menggelar festival lampion di momen puncak perayaan Hari Khatina di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, Jumat (22/10). Foto batakpos/ rosenman manihuruk




Jambi, BATAKPOS


Tradisi Bhikku dalam perayaan menyambut Hari Kathina 2554/BE mendapat sambutan meriah dari etnis Tionghoa di Jambi. Sebanyak 8 Bhikku asal Sangha Agung Indonesia menjalankan tradisi Pindapatta atau Pindapattra dengan mengililing Kota Jambi, Minggu (24/10). Kegiatan ini salah satu rangkaian perayaan menyambut Hari Kathina 2554/BE.

Pindapatta/ Pindapattra merupakan tradisi dikalangan umat Buddha di mana para Bhikkhu Sangha Agung Indonesia berkeliling demi memperoleh persembahan dari umat berupa uang atau makanan. Para bhikkhu wajib berjalan kaki di bawah teriknya matahari tanpa alas kaki. Mereka membawa Patta (mangkok) sambil terus berjalan dengan kepala tertunduk.

Pengamatan BATAKPOS menunjukkan, dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki, delapan bhikkhu dari Sangha Agung Indonesia terdiri YM Biksu Jaya Bhumi, disusul Biksu YM Giri Virya, Bhikkhu/ Bhikkhuni dan Samanera, mereka mengenakan jubah warna cokelat dan oranye, diikuti puluhan anak muda berjalan menyusuri jalan-jalan di Kota Jambi.

Di atas jalan aspal yang kasar dan panasnya matahari untuk ditapaki dengan kaki telanjang. Tampak wajah sabar terpancar dari para Bhikku berjalan menyusur Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Halim Perdana Kusuma, Jalan Raden Mattaher, Jalan Gatot Subroto dan kembali ke Vihara sambil menenteng patta.

Dalam Pindapatta/ Pindapattra di Kota Jambi ini, menyusur jalan-jalan untuk mendapat Dharma berupa makanan dari para umat. Di sepanjang rute yang dilalui, umat telah menanti dengan sabar memberikan beraneka ragam keperluan makan kepada Bhikkhu yang telah melepas 'hidup' nya karena melayani umat.

Dengan kehadiran Bhikkhu Sangha ini telah dinanti-nantikan ribuan warga di sepanjang jalan. Umat Buddha yang menanti Bhikku bersujud sambil memberikan uang dalam angpau, beras, mie instan, biskuit, sabun, dan obat-obatan kepada para bhikkhu tersebut.

Puncak perayaan Hari Kathina/ Berdana dilakukan, Minggu (24/10) dipimpin Bhikkhu YM Biksu Jaya Bhumi.

Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Romo Balamitta mengatakan, dengan memberi persembahan kepada Bhikkhu Sangha, umat akan memperoleh pahala dari Sang Pencipta. “Selain itu, kita juga akan disenangi orang banyak, usia panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan,” katanya.

Dikatakan, Pindapatta/ Berpindapattra merupakan salah satu tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun silam. Dimana pada hari tertentu, para Bhikkhu melatih diri menjalani kehidupan sehari-hari secara sederhana, belajar menghargai segala pemberian orang lain.

Kata ”Pindapatta/ Pindapattra” sendiri berarti menerima persembahan makanan. ”Patta” atau ”Patra” adalah mangkok makanan yang dibawa para bhikku/ bhikuni. Pada masa lalu, patta terbuat dari buah labu yang disayat bagian atasnya, lalu dikerok bagian tengah atau isinya.

Bagian kulitnya kemudian dikeringkan sehingga berbentuk mangkok yang cukup besar. Mangkok inilah yang digunakan oleh para bhikkhu menerima persembahan dari para umat. Namun, karena patta jenis ini rapuh dan mudah rusak, maka diganti mangkuk dari logam, seperti tembaga, kuningan, dan aluminium.

Sebelumnya, Jumat (22/10), Vihara Sakyakirti Jambi menggelar festival lampion di momen puncak perayaan Hari Khatina di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, Jumat (22/10).

Lampion ini dipasang dihalaman parkir Vihara Sakyakirti mulai pukul 18.00, Jumat 22 Oktober 2010. Sebelum penyalahan lampion, terlebih dulu para Bhikkhu, Bhikkhuni dan Samanera melakukan prosesi Pradaksina dan Puja Bakti. Bersama-sama umat Buddha lainnya, mereka menghadap ke Rupang Buddha yang terletak disebuah altar diiringi berbagai sesajian. ruk

Tidak ada komentar: