Jambi, Batak Pos
Ribuan warga di Kabupaten Kerinci hingga kini masih dihantua rasa waswas terhadap terjadinya gempa dan letusan Gunung Kerinci. Mereka waswas menyusul meningkatnya kembali aktivitas gunung tersebut. Sementara alat pendeteksi Gunung Kerinci belum akurat.
Kendati Gunung Kerinci semakin sering menyemburkan larva api dan getaran gempa sepekan ini, penduduk di sekitar gunung itu belum mendapatkan peringatan. Warga tidak mendapatkan informasi mengenai status gunung tertinggi di Sumatera itu, apakah waspada atau siaga.
(Foto dikutip dari paiskerinci.files.wordpress.com)
Sementara ribuan hektare hamparan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VI Jambi-Sumatera Barat di Kecamatan Kayuaro, Kerinci, sekitar 419 kilometer dari Kota Jambi akan terancam musnah jika terjadi letusan Gunung Kerinci.
Ribuan warga desa di sekitar Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi masih diliputi keresahan terhadap ancaman Gunung Kerinci. Tahun ini sedikitnya terjadi 15 kali gempa dari Gunung Kerinci. Bahkan sempat mengeluarkan larva.
Camat Gunung Tujuh, Darifus di Kerinci, Jumat (22/5) menjelaskan, pihaknya jarang mendapat pemberitahuan dari pihak pemantau Gunung Kerinci mengenai status gunung Kerinci. Padahal, aktivitas gunung tersebut cenderung meningkat. Keadaannya hampir sama seperti keadaan menjelang gunung itu menyemburkan debu dan getaran gempa pertengahan April dan pertengahan Mei 2009 ini.
Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kabupaten Kerinci Amir Syam saat dihubungi dari Jambi, membenarkan pihaknya belum mendapatkan penjelasan keadaan sebenarnya Gunung Kerinci.
Disebutkan, pihak pemantau Gunung Kerinci jarang mengirimkan laporan mengenai aktivitas dan status Gunung Kerinci saat ini. Padahal aktivitas gunung berapi tersebut meningkat. Gunung Kerinci semakin sering mengeluarkan larva api dan getaran gempa. Sekali tiga menit terjadi getaran gempa dan semburan larva api di puncak gunung.
"Karena itu penduduk Kerinci, khususnya yang bermukim di sekitar Gunung Kerinci was-was dan resah. Mereka mau mengungsi enggan, karena belum ada peringatan pemerintah. Sedangkan bila bertahan seperti sekarang, mereka khawatir terjadi letusan gunung atau minimal semburan debu seperti bulan lalu," katanya.
Koordinator Petugas Pemantau Gunung Kerinci di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayaro, Kabupaten Kerinci Heri Prasetyo menjelaskan, pihaknya tidak dapat mendeteksi secara akurat kekuatan gempa Gunung Kerinci.
Hal tersebut disebabkan minimnya alat perekam getaran gempa gunung berapi itu. Karena itu pihaknya tidak bisa menentukan apakah status gunung yang dikelilingi perkebunan teh dan pertanian itu waspada atau siaga.
Heri pernah mengusulkan penambahan alat pemantau getaran gempa kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Jawa Barat ketika petugas mereka datang memantau peningkatan aktivitas Gunung Kerinci bulan lalu. Namun, sampai sekarang belum ada tanggapan.
"Selain itu saya juga sudah meminta tambahan tenaga pemantau aktivitas Gunung Kerinci kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat di Jakarta. Tambahan tenaga itu perlu untuk membantu saya. Selama ini hanya saya yang bertugas memantau Gunung Kerinci, sehingga saya sering kewalahan ketika aktivitas gunung ini meningkat," katanya.
Menurut data dari Pemkab Kerinci, getaran atau letusan kecil dari Gunung Kerinci yang terjadi tahun 2009 ini mencapai 15 kali. Kejadian itu berupa gempa vulkanik dan letusan kecil. Pemerintah Kerinci mendesak instansi terkait untuk menyediakan alat pendeteksi status Gunung Kerinci yang akurat. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar