Senin, 17 Juni 2024

Terungkap Kesaksian Mantan Menteri Soal Soeharto Memancing selalu Dapat Ikan Besar,Ada Marinir?


Kolase Foto Soeharto memancing (Kolase Tribun Medan)


BERITAKU-Miliki hobi mancing, Soeharto saat akan memancing selalu mendapatkan ikan besar saat menghabiskan waktunya disela-sela kesibukannya. Bahkan terdengar rumor, kalau saat memancing di laut, di bawah kapal yang dinaiki Soeharto terdapat marinir yang sudah ditugaskan untuk ikan-ikan besar tersebut.

Inilah ungkapan Mantan Menteri di era Soeharto untuk hal tersebut. Dikenal hobi memancing, Soeharto hampir selalu mendapat ikan besar saat melakukan aktivitas favoritnya itu.

Sampai-sampai ada rumor beredar menyebut di bawah kapal mancing Soeharto terdapat marinir bersembunyi yang sengaja membantunya memperoleh ikan.

Benarkah demikian?

Rumor ini dijawab oleh Mantan Menteri Penerangan Harmoko dalam buku 'Pak Harto The Untold Stories'. 

Harmoko mengaku pernah diajak menemani Soeharto memancing pada tahun 1987. Ketika itu Harmoko masih menjabat sebagai Menteri Penerangan.

Ia menemani Soeharto bersama dengan pejabat lain seperti Fuad Hasan, Bustanil Arifin, dan Ismail Saleh.

Harmoko menjelaskan, bahwa dalam kesempatan itu, ia coba mengklarifikasi mengenai keberadaan marinir di bawah kapal untuk membantu hobi presiden. "Lihat saja nanti," jawab Soeharto.

Mantan wartawan itupun akhirnya dapat membuktikan, bahwa gosip keberadaan Marinir adalah sama sekali tidak benar.

Soeharto memang mampu menangkap ikan besar karena memang ahli dalam hal tersebut, dan sabar. Ada juga kisah menarik lainya terkait Soeharto.

Presiden Soeharto menitikkan air mata dua hari sebelum Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Benny Moerdani wafat. Saat itu, Soeharto mengungkapkan penyesalan 'terbesar' kepada Benny Moerdani. Soeharto menyesal tak mendengarkan atau mengabaikan ucapan Benny Moerdani.

Soeharto memancing (istimewa)© Disediakan oleh TribunTrends.com

Berikut kisah lengkapnya.

Karier militer Benny Moerdani memang moncer hingga mampu mencapai posisi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Panglima ABRI) di zaman Orde Baru.

Hubungan Benny Moerdani dengan Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia sangat erat.

Dikutip dari TribunJabar (grup TribunJatim.com), Christianto Wibisono, mantan jurnalis dan pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia, sempat menyebut Benny Moerdani sebagai anak emas Soeharto. Namun, hubungan harmonis Benny Moerdani dan Soeharto harus retak.

Melansir dari buku berjudul Benny Moerdani yang Belum Terungkap (2018), Soeharto mencopot Benny dari jabatannya sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Publik merasa ada keganjilan dalam pencopotan yang serba mendadak itu.

Sebab, Benny Moerdani diturunkan persis seminggu sebelum Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat digelar. Peralihan tongkat komando tertinggi militer sebelumnya selalu dilakukan berbarengan dengan pembentukan kabinet baru.

Rumor mengenai tersingkirnya Benny Moerdani dari lingkaran Cendana menguat setelah Soeharto membubarkan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkantib). Pasukan yang dibubarkan oleh Soeharto tersebut dipimpin oleh Benny Moerdani.

Setelah itu, Soeharto memberikan Benny Moerdani jabatan sebagai menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan V. Namun, urusan Benny tak jauh-jauh dari kegiatan seremonial sementara kekuatan militer Benny semakin terkikis.

Ada yang mengatakan hubungan Soeharto dan Benny merenggang karena kabar Benny mengincar kursi wakil presiden hingga merencanakan kudeta.

Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjen Purnawirawan Haryoto PS mengatakan penyebab hubungan Soeharto dan Benny merenggang bukan karena dua rumor tersebut.

Haryoto mengatakan hubungan dua tokoh itu merenggang karena sikap Benny yang mengkritik Soeharto. Benny Moerdani mengingatkan Soeharto mengenai bisnis anak-anak keluarga Cendana.

"Bapake nesu banget mergo anake dipermasalahke (Bapak marah sekali karena anak-anaknya dipermasalahkan)," kata Haryoto sesaat setelah Benny wafat.

Mantan dokter tentara dalam Operasi Mandala, Brigadir Jenderal Purnawirawan Ben Mboi sempat diceritakan oleh Benny mengenai kejadian munculnya kritikan tersebut. Saat itu, Benny Moerdani tengah menemani Soeharto bermain biliar di kediaman Cendana.

Benny memberanikan diri mengutarakan pendapatnya agar Soeharto 'menjauhkan' anak-anaknya dari kekuasaan.

"Ketika saya angkat masalah anak-anaknya itu, Pak Harto berhenti bermain, masuk kamar tidur, dan meninggalkan saya di kamar biliar," ujar Benny saat bercerita kepada Ben.

Sebelum kejadian tersebut, rupanya Benny sempat menolak campur tangan anak Soeharto dalam urusan pengadaan alat utama sistem senjata ABRI. Hal tersebut diungkapkan oleh mantan asisten Benny yang enggan disebut namanya. "Pak Benny beberapa kali menolaknya," ucapnya.

Menurut Jusuf Wanandi, rekan Benny dari Centre for Strategic and International Studies, pada 1980-an bisnis anak-anak Soeharto merajalela ke semua sektor. "Semua-semuanya ingin ditataniagakan," kata Jusuf, awal September 2014.

Keresahan Benny terhadap bisnis anak Soeharto juga dirasakan oleh Ali Moertopo. Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan III itu berpesan kepada Jusuf agar berbicara kepada Benny tentang anak-anak Soeharto.

"Minta dia bicara ke Pak Harto , tertibkan anak-anaknya," kata Ali yang ditirukan Jusuf.

Bahkan, Benny sempat menahan paspor, putra Soeharto, Sigit Harjojudanto. Tujuannya agar Sigit tak bisa lagi ke luar negeri untuk berjudi.

Saat Benny Meordani terbaring di kasur perawatan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Soeharto menjenguknya. Soeharto mengucapkan kata-kata penyesalan yang nyaris tak terdengar sembari matanya berkaca-kaca.

"Kowe pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu, ora koyo ngene (Kamu memang yang benar, Ben. Seandainya aku menuruti nasihatmu, tak akan seperti ini)," kata Soeharto seperti yang ditirukan oleh asisten Benny yang berada di ruang perawatan. Dua hari setelah kunjungan tersebut, Benny Moerdani menghembuskan napas terakhirnya. 

Tidak ada komentar: