Rabu, 10 Juni 2015

Penyakit Aeromonas Serang Puluhan Ribu Ikan Lele Petani Tangkit

Penyakit Aeromonas  Pada Ikan Lele

Muarojambi, MR-Puluhan ribu  ikan lele milih Petani Ikan di Tangkit, Kabupaten Muarojambi  diserang Penyakit Aeromonas. Dampak dari virus itu, puluhan petani ikan lele mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. Penyakit airomonas tersebut dikarenakan perubahan cuaca sehingga suhu pada air berubah dan membuat air berbakteri. Akibatnya banyak petani ikan lele yang dirugikan.

Abu, salah satu petani ikan lele yang berada di Desa Tangkit RT 12, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi kepada Media Regional, Rabu (3/6) lalu mengaku penyakit yang menyerang ternak ikan lele sagat merugikan, karena penyakit Aeromonas tersebut dapat menular. “Ternak ikan lele kami di serang penyakit mas. Katanya sih penyakit aeromonas,” ujar Abu saat disambangi ke kolam ikan miliknya.


Kata Abu, penyakit Aeromonas yang melanda ternak ikan lele tersebut ‎awalnya menyerang ikan lele yang siap panen. Akibatnya terpaksa gagal panen karena ikan yang terkena penyakit aeromonas tersebut seperti kurap pada manusia. Kulit ikan lele tersebut terkelupas dan seperti ada jamurnya. 
“Pertama kena ikan yang besar. Tapi masih mending ikan lele yang sudah besar yang kena penyakit airomonas kerena masih bisa diobati. Tapi kalau yang kecil yang kena penyakit itu banyak yang mati,” katanya.

“Saya rasa, penyakit aeromonas itu diakibatkan oleh pergantian cuaca dari musim penghujan ke musim panas. Mungkin juga karean airnya berbakteri,” ujarnya.

Upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan ternak ikan lele yang terkena penyakit aeromonas diatasi dengan mengobati secara tradisional, dengan menaburkan cuka dan garam ke ikan yang terkena penyakit aeromonas tersebut. “Ya kami obatin sendiri pakai ramuan tradisional seperti garam dengan cuka,” kata Abu.

Hingga kini belum ada petugas dari instansi terkait yang turun untuk memeriksa keadaan air dan penyebab penyakit aeromonas tersebut sehingga membuat petani ikan lele bingung untuk berbuat apa.

Sementara itu Amin yang juga petani ikan lele Desa Tangkit menyebutkan, setelah ternak ikan lele miliknya terserang penyakit aeromonas banyak sekali ternak ikan lele yang mati.

“Saya masukkan bibit ikan sebanyak 3000, setelah terkena penyakit aeromonas paling tinggal 500 yang hidup. Kalau kayak ini jangan untung balik modal aja tidak. Kini kami memanen ikan lele dibawah ukuran 10 ekor satu kilonya untuk mengatasi kerugian,” ujarnya.

“Kalau sudah terkena penyakit aeromonas itu, nafsu makan ikan turun. Bahkan tidak mau makan, makanya banyak yang mati,” kata Amin.

Pengamatan Media Regional di lapangan terlihat ikan lele yang terserang penyakit itu berbeda dengan ikan yang normal. Ikan yang terkena penyakit seperti luka-luka, ada di bagian kepala bagian tengah dan bagian ekor. Ikan yang terkena penyakit tersebut tidak bisa menyelam lama sehingga kepalanya diatas terlihat seperti berdiri.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jambi, Saifuddin mengaku belum menerima laporan adanya ribuan lele yang terserang penyakit di Tangkit. "Nanti akan saya cek dahulu," kata Saifuddin.

Pabrik Pakan  

Sementara itu, pabrik pakan ikan yang berada di Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Kabuapten Muarojambi yang digadang-gadang dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan untuk Petani ikan di sekitarnya tidak dapat beroperasi secara maksimal. Pasalnya seharusnya dapat menghasilkan 5 ton perharinya, saat ini baru dapat menghasilkan sekitar 3 ton perharinya.

“Seharinya maksimal menghasilkan pakan ikan sekitar 5 ton. Namun saat ini belum mencapai target dikarenakan masih mengunakan genset," kata Saifuddin.

Menurutnya, saat ini arus listrik untuk memenuhi Pabrik Pakan Ikan yang berada di Desa Tangkit masih dalam proses oleh pihak PLN. “Listriknya sedang proses oleh pihak PLN," ujarnya.

Sementara ini, pabrik pakan ikan tersebut hanya dapat memproduksi pakan ikan sekitar 3 ton perharinya. Dengan alasan masih menggunakan genset yang memakan biaya besar.

“Karena genset biayanya besar. Cuman kita terus setiap hari karena permintaan pakan ikan untuk petani Ikan banyak, semakin tinggi permintaannya,” katanya.

Kebutuhan pakan ikan untuk petani ikan yang ada Desa Tangkit membutuhkan 25 ton perhari. Namun parbik yang ada hanya bisa memproduksi 5 ton perhari jika berjalan normal. Dengan alasan tidak adanya listrik makanya produksi tidak bisa maksimal dan hanya bisa memproduksi pakan ikan sebanyak 3 ton perhari.

Sementara itu, petani ikan yang berada di Tangkit kurang meminati pakan ikan dari pabrik pakan ikan yang telah di buat oleh pemerintah. Pasalnya kualitas dari pakan ikan yang di hasilkan kurang baik.

“Pakan ikan dari pabrik kurang bagus. Kandungan vitaminnya kurang. Makanya kami kurang minat dengan pakan ikan dari pabrik itu,” kata Yunus, petani ikan patin Desa Tangkit.

Untuk kebutuhan pakan ikan, pihaknya lebih memilih membeli pakan ikan yang dijual oleh pedagang yang ada di Tangkit. Karena menurutnya pakan ikan yang dibelinya dari pedagang mempunyai kualitas yang bagus dan mempunyai kandungan vitamin.

“Kalau untuk ikan saya beli pakan sama pedagang yang ada di Tangkit. Soalnya pakannya bagus dan kandungan vitamin nya tinggi,” ujarnya. (Kahar/ Lee)


Tidak ada komentar: