Senin, 01 Desember 2014

Sungai Batanghari Meluap, Jambi Siaga Banjir

TANGGUL: Proyek tanggul pengendalian banjir Kota Jambi di Simpang Sijenjang Kota Jambi terkendala banjir, Minggu (30/11). Proyek yang dikerjakan PT Hutama Ashfri Jo itu bersumber dari anggaran APBN 2013-2016 ini difungsikan guna mengendalikan banjir di Kota Jambi. Foto ROSENMAN MANIHURUK/HARIAN JAMBI
Ketinggian Air Sungai Batanghari 12,98 meter

JAMBI-Curah hujan yang tinggi di Provinsi Jambi selama dua pekan belakangan menyebabkan Sungai Batanghari mulai meluap. Luapan air Sungai Batanghari tidak hanya terjadi di daerah hulu sungai, Kabupaten Merangin, tetapi juga di Kota Jambi. 

Pantauan Harian Jambi di Kota Jambi, Minggu (30/11), ketinggian permukaan air Sungai Batanghari di Kota Jambi sore mencapai 12,98 meter. Ketinggian permukaan air sungai tersebut naik sekitar 2,50 meter dibandingkan kondisi awal November lalu sekitar 10 meter. Artinya, ketinggian ini mendekati status siaga empat.

Kepala BPBD Kota Jambi, Ridwan dikonfirmasi Harian Jambi membenarkan hal tersebut. Ia mengaku terus melakukan kordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk memantau ketinggian air di Kota Jambi.


“Pada kondisi saat ini, kami masih menetapkan status waspada banjir. Namun, bila ketinggian air telah mencapai 13,50 meter maka status siaga 4 akan diberlakukan," ujar Ridwan.

Terkait langkah evakuasi dan tanggap darurat, Ridwan mengatakan akan mengerahkan semua personil dan perlengkapan pada siaga 3 dan 2 dan saat ketinggian air mencapai 14 meter lebih.

Ia mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana banjir karena menghadapi musim penghujan dengan curah yang cukup tinggi.

Berdasarkan laporan BPBD Kota Jambi, Minggu siang debit air Sungai Batanghari telah mencapai ketinggi 12,98 meter, khususnya kawasan Pulau Pandan dan Legok, Kecamatan Telanaipura Jambi. Air terus merangkak naik hingga menyisakan 1 sampai 2 meter ke lantai rumah warga.

Meningkatnya luapan Sungai Batanghari menyebabkan beberapa permukiman warga mulai tergenang seperti tampak di Kelurahan Legok dan beberapa kelurahan di Seberang Kota Jambi.

Luapan air sungai belum sampai masuk ke rumah warga yang sebagian besar berbentuk rumah panggung, sehingga warga belum ada yang mengungsi.

Namun meningkatnya luapan air sungai tersebut membuat aktivitas warga terganggu. Warga mulai menggunakan sampan kecil untuk ke luar rumah akibat pekarangan rumah tergenang banjir hingga ketinggian setengah meter. 

Sementara itu Kota Jambi mulai siaga banjir menyusul meningkatnya luapan Sungai Batanghari. Pos komando (Posko) Siaga Banjir sudah didirikan di beberapa lokasi daerah aliran sungai (DAS) Batanghari di kota itu.

Petugas posko penanggulangan banjir juga disiagakan 24 jam. Mereka tersebut secara rutin melakukan patroli ke permukiman warga yang mulai tergenang banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jambi, Ridwan mengatakan, pihaknya hingga Minggu (30/11) sudah siaga banjir.

Posko siaga banjir di tepi Sungai Batanghari, yakni di Pasar Tradisional Angso Duo, Kecamatan Pasar, Kota Jambi sudah siaga 24 jam. Petugas yang bersiaga di posko tersebut 12  orang setiap hari. 

Dijelaskan, untuk mengantisipasi bencana banjir di Kota Jambi, pihak BPBD Kota Jambi bekerja sama dengan Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Jambi sudah menyiapkan delapan unit tenda pengungsi, dua unit mobil evakuasi, dua unit perahu karet dan berbagai peralatan lainnya.

“Peralatan penanggulangan banjir yang masih kurang di Kota Jambi antara lain, mobil tangki air bersih dan dapur umum. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan mengirimkan mobil tangki air dan dapur umum untuk Kota Jambi, Sabtu (29/11),”katanya. 

Batanghari Siaga Banjir

Sementara sebanyak tujuh dari delapan kecamatan di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi siaga banjir menyusul terus meluapnya Sungai Batanghari dari daerah hulu hingga hilir. Bila luapan Sungai Batanghari rata-rata 10 centimeter (cm) per hari seperti keadaan sepekan terakhir, ratusan desa di tujuh kecamatan di Batanghari dipastikan terendam banjir. Desa – desa yang terancam diterjang banjir di kabupaten yang bertetangga dengan Kota Jambi itu sebagian besar berada di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari.

Kepala Seksi (Kasi) Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batanghari, Samral Lubis kepada wartawan di Muarabulian, Batanghari, menjelaskan, pihaknya sudah mengeluarkan imbauan kepada seluruh warga di tujuh kecamatan rawan banjir di daerah itu agar siaga menghadapi bencana banjir. Warga Batanghari yang bermukim di kawasan DAS Batanghari diharapkan tidak lengah menghadapi ancaman banjir agar tidak sampai jatuh korban seperti pada bencana banjir di Batanghari awal tahun ini.

“Pantauan kami di lapangan, debit atau ketinggian permukaan air Sungai Batanghari terus naik sepekan terakhir. Luapan sungai tersebut terus meningkat akibat curah hujan yang tinggi, terutama di daerah hulu Sungai Batanghari seperti di Kabuipaten Kerinci, Merangin, Tebo, Bungo dan Sarolangun. Namun demikian belum ada rumah yang terendam banjir di Batanghari. Kalau luapan air sungai naik 10 cm per hari, sepekan ke depan tujuh kecamatan di Batanghari bakal kena banjir,”katanya.

Dijelaskan, mengantisipasi banjir di daerah itu, BPBD Batanghari terus memantau kenaikan debit Sungai Batanghari. Kemudian berbagai peralatan penanggulangan banjir juga telah disiapkan. Posko banjir di setiap kecamatan juga sudah disiagakan. Posko penanggulangan banjir yang disiagakan di daerah itu, yakni di Kecamatan Batin XXIV, Mersam, Muarabulian, Muaratembesi, Marosebo Ulu, Marosebo Ilir dan Pemayung.

Camat Marosebo Ilir, Pitoni mengatakan, pihaknya meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana banjir menyusul terus meningkatnya luapan Sungai Batanghari. Para relawan taruna siaga bencana (Tagana) di kecamatan itu terus melakukan patroli di DAS Batanghari dan melakukan penyuluhan kepada warga mengenai kesiapan menghadapi banjir.

“Memang belum ada rumah warga di kecamatan ini yang terendam banjir. Namun air sungai terus naik. Karena itu segenap jajaran pemerintah desa, tagana dan warga masyarakat di kecamatan ini siaga banjir. Kami juga mengimbau warga mengurangi kegiatan di pinggir sungai yang terus meluap dan arusnya kian deras mencegah jatuhnya korban jiwa,”katanya.

130 Rumah Warga Terendam

Sekitar 130 kepala keluarga (KK) warga Desa Muaralimun dan Pulaupandan, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi hingga Minggu (30/11) masih bertahan di rumah mereka yang terendam banjir.

Warga belum mau mengungsi karena khawatir harta benda mereka hilang dicuri orang lain. Supaya bisa bertahan di rumah masing-masing, warga membuat panggung atau balai-balai di dalam rumah mereka.

Namun demikian pihak Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD) Kabupaten Sarolangon telah mengerahkan petugas dan peralatan evakuasi warga ke dua desa tersebut. Tenda-tenda pengungsi juga sudah didirikan di beberapa lokasi aman dari banjir.

Kepala BPBD Sarolangun, Ibnu Katsir di Sarolangun, mengatakan, Desa Muaralimun dan Pulaupandan di Kecamatanm Limun, Sarolangun, sekitar 300 Km ke arah barat Kota Jambi, diterjang banjir sejak Selasa (25/11) lalu.

Kedua desa yang berada di daerah aliran sungai (DAS) itu diterjang banjir akibat luapan Sungai Batangasai atau anak Sungai Batanghari di dua desa itu. Sungai tersebut meluap menyusul hujan deras yang melanda Sarolangun dan daerah hulu Sungai Batanghari, yakni Kabupaten Kerinci dan Merangin sejak Selasa pagi.

“Berdasarkan hasil pendataan petugas BPBD Sarolangun di lapangan, rumah warga yang terendam banjir di Desa Muaralimun dan Pulaupandan sekitar 130 unit. Rumah warga yang terendam di Muaralimun sebanyak 80 unit dan di Pulaupandan 50 unit. Ketinggian air yang merendam rumah warga mencapai satu meter. Namun warga kedua desa belum mengungsi. Masih bisa bertahan di rumah mereka dengan membuat balai-balai. Kalau banjir naik hingga 1,5 meter kami akan mengevakuasi warga,”katanya.

Sementara itu Camat Limun, Edward mengatakan, warga yang terkena banjir di Desa Muaralimun dan Pulaupandan sudah siap – siap mengungsi jika ketinggian banjir naik lagi lebih satu meter. Warga kedua desa tersebut sudah diimbau siap – siap mengungsi karena banjir diperkirakan masih naik.
“Warga kedua desa belum mengungsi karena masih sibuk menyelamatkan barang-barang berharga dan elektronik di rumah masing-masing. Mereka membuat balai-balai di rumah masing – masing sebagai tempat pengamanan barang-barang elektronik. Kalau banjir masih naik, warga sudah kami imbau segera mengungsi,” katanya. 

Menurut Edward, banjir yang melanda Desa Muaralimun dan Pulaupandan, Sarolangun membuat kegiatan warga terganggu. Anak-anak sekolah di kedua desa tersebut diliburkan. Sedangkan warga menghentikan kegiatan pertanian mereka karena akses jalan ke lading terendam banjir. Kemudian puluhan hektare areal tanaman pangan di kedua desa tersebut juga terancam rusak terendam banjir.

Dua Tewas Terseret Arus

Sementara banjir akibat luapan air sungai di Provinsi Jambi semakin meluas. Setelah menerjang Kabupaten Sarolangun, banjir juga menghantam Kabupaten Kerinci.
Bahkan banjir di Kerinci akibat luapan Sungai Batang Merao menyebabkan ribuan rumah terendam air dan satu orang warga tewas terseret arus sungai.

Sedangkan di Kabupaten Batanghari, banjir akibat luapan Sungai Batanghari menyebabkan seorang anak sekolah juga tewas terseret arus sungai.

Kepala Seksi (Kasi) Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, M Dalmanto menjelaskan, korban tewas terseret arus sungai di Kerinci, yakni Nisri binti Hasan Basri (60), seorang lanjut usia (lansia) warga Desa Koto Majidin Mudik, Kecamatan Depati Tujuh, Kerinci, Jambi. 

Korban ditemukan warga sedang mengapung di Sungai Batangmerao, Rabu (26/11) lalu. Sedangkan korban tewas terseret arus sungai di Batanghari, Rabu (26/11), yaitu Ari bin Yanto (14), siswa SMP Negeri 19, Kelurahan Sridadi, Kecamatan Muarabulian, Batanghari. Kedua korban diduga terseret arus sungai ketika melakukan aktivitas di pinggir sungai yang sedang meluap. 

Menurut Dalmanto, dampak banjir yang paling parah di Jambi sepakan terakhir terjadi di Kabupaten Kerinci. Banjir akibat luapan Sungai Batangmerao menyebabkan sekitar 1.000 unit rumah di tiga kecamatan di daerah itu terendam banjir. Jumlah rumah yang paling banyak terendam banjir terdapat di Desa Kayu Aro Mangkak, Kecamatan Gunung Kerinci. 

Rumah warga yang terendam di desa itu mencapai 350 unit. Ketinggian air yang merendam rumah warga mencapai satu meter. Namun warga tidak mengungsi karena banjir mulai surut dan warga rata-rata memiliki rumah bertingkat dua. Wilayah lain yang terkena banjir di Kerinci, yakni puluhan desa di Kecamatan Hamparan Rawang dan Depati Tujuh.  

Dalmanto mengatakan, seluruh kabupaten kota di Jambi kini siaga banjir menyusul meluapnya sungai-sungai besar di daerah itu, termasuk Sungai Batanghari.

Luapan sungai itu terjadi mulai dari daerah hulu Sungai Batanghari, yakni Kabupaten Kerinci hingga daerah hilir, yaitu Muarasabak, Kabupaten Tanjungjabung Timur. 

“Kami sudah mengimbau seluruh warga Jambi, terutama yang bermukim di daerah aliran sungai (DAS) meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir. Warga juga kami harapkan mengurangi kegiatan di sungai, baik itu mencari ikan dan mandi,”katanya. 

Dijelaskan, seluruh BPBD kota dan kabupaten di Provinsi Jambi sudah siaga 24 jam memantau perkembangan banjir. Luapan sungai terus dipantau setiap saat.

Kemudian seluruh personil taruna siaga bencana (tagana) sebagai garda terdepan penanggulangan bencana di daerah itu terus melakukan koordinasi dengan BPBD, pemerintah desa, kelurahan dan kecamatan untuk mengantisipasi bencana banjir. (lee/oyi)

Tidak ada komentar: