Jumat, 21 Maret 2014

Melongok Kondisi Pasar Talangbanjar Kota Jambi



Bangunan Mal di Pasar Talang Banjar Jambi Selatan Kota Jambi yang mubajir. Foto HARIAN JAMBI
Kalau Anda memasuki pasar Baru Talang Banjar, Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi, jangan heran lagi melihat kondisi pasar itu yang serba semwaraut. Bahkan kondisi itu sudah lama dibiarkan oleh Pemerintah Kota Jambi. Setiap pagi pedagang berjualan disepanjang jalan Pasar Talang Banjar hingga memakan badan jalan. Kondisi yang sungguh memprihatinkan. Hingga kini pedagang tradisional nampaknya belum bisa ditata Pemerintah Kota Jambi. 

ROSENMAN MANIHURUK, Jambi

Puluhan PKL (Pedagang Kaki Lima) Pasar Talang Banjar hingga kini kebingungan saat lapak mereka digusur Januari 2014 lalu. Di satu sisi mendukung program pemerintah, sementara di sisi lain untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Melly Siregar, seorang PKL Pasar Talang Banjar menyatakan, dirinya setuju dengan program pemerintah daerah, namun seharusnya dicari juga solusinya. “Kami dukung upaya Pemkot Jambi dalam rangka menjaga kebersihan dan ketertiban kota, namun masalahnya sekarang kami mau jualan di mana, sementara lahan baru belum ada,” ujarnya.


Disebutkan, Pemkot Jambi seharusnya menyiapkan lahan baru dahulu. “Jika kami ditertibkan kami setuju, hanya siapkan dulu lahan yang baru. Jika tidak dari mana kami makan, dari mana kami mau bayar sekolah anak,” katanya.

Upaya pembersihan Pasar Talang Banjar dilakukan Pemkot Jambi bersama unsur TNI dan Polri Januari lalu. Alat berat dan mobil pemadam kebakaran membantu usaha pembersihan. Pasar yang sebelumnya semrawut dan kotor kini berangsur terasa lapang. Tak tampak kemacetan seperti saat sebelumnya. Namun, kini PKL kembali lagi berdagang di bahu jalan.

Sungguh ironi memang. Meski sejak dahulu, berjualan di badan jalan pada lokasi pasar di Kota Jambi, telah dilarang oleh Pemerintahan Kota (Pemkot) setempat, kegiatan tersebut tetap dilakukan oleh beberapa pegadang yang ada di kota tersebut. 

Alasannya, untuk mencari sesuap nasi. Karena jika tidak dengan cara tersebut, para pedagang tersebut tidak mampu memberikan penghidupan dan penghasilan yang layak pada anggota keluarganya. 

Beberapa pedagang di Pasar Baru, Talang Banjar, mengaku bisa menyekolahkan anak-anak mereka serta memberikan penghidupan yang layak, dengan penghasilan yang mereka dapat dari hasil berjualan di lokasi terlarang tersebut. 

Namun itu cerita lama, saat ini, setelah dilakukan penggusuran besar-besaran terhadap para pedagang yang berjualan di badan-badan jalan di beberapa lokasi pasar di Kota Jambi. Penggusuran yang dilakukan oleh Walikota Jambi terhadap beberapa pasar, Pasar Angsoduo dan Pasar Paru di Talang Banjar, menyisakan kisah sedih yang mengakibatkan beberapa keluarga yang dahulunya mengandalkan kehidupan mereka pada kegiatan berdagang tersebut.

Bertahan di Badan Jalan 

Namun, dari ratusan pedagang yang tergusur tersebut, ada beberapa yang memilih kembali berjualan di lokasi semula, karena merasakan sulitnya menghidupi keluarga mereka, pasca gusuran tersebut.

Salah seorang pedagang di Pasar Baru Talang Banjar, Toni (30) mengatakan, ia bukan tidak tahu kalau berjualan di pinggir jalan tersebut adalah tindakan yang sangat mengganggu. Namun itu dia lakukan karena terpaksa karena kondisi kios di dalam pasar yang tidak lagi bisa menampung para pedagang.

Sementara untuk ia harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya setiap harinya. “Beberapa anak saya sekolah dan butuh biaya besar. Selain itu, seluruh keluarga saya juga butuh makan,” ujar Toni. 

Hal tersebutlah yang ia katakan sebagai alasan untuk tetap bertahan berjualan di lokasi tersebut.
Toni dan beberapa rekannya menyatakan enggan untuk pindah, karena tempat tersebut mereka pandang adalah sebagai loaksi yang cocok untuk mengais rejeki. Selain itu, bagi mereka, tidak mudah untuk mendapatkan lahan untuk berdagang di Pasar Baru. 

Lahan yang ia tempati saat ini pun, ia sebut, didapatkan setelah ia beli dari kawan yang telah berjualan terlebih dahulu di kawasan tersebut. Tidak ia beli dengan harga murah, tapi lahan itu ia beli dengan harga Rp 4 juta. 

“Bukan saya saja yang mendapatkan lahan dengan cara membeli seperti ini. Teman yang lain juga. Rata-rata begitu,” ujar Toni.

Hal senada juga dikatakan Rini (39) yang mengaku telah berjualan di lokasi Pasar Baru tersebut selama tujuh tahun. Sama dengan Toni, Rini pun mengaku membeli lokasi tempat berdagang tersebut dari orang lain senilai Rp 4 juta. 

Bangun Lokasi Baru 

Meski menyadari aktifitas berdagang di badan jalan tersebut mengganggu keindahan kota, Rini menolak untuk pindah dari lokasi tempat berdagangnya tersebut. Karena itu ia tetap memilih bertahap, setelah penggusuran yang dilakukan beberapa waktu lalu.

Seharusnya, menurut Rini, sebelum dipindahkan, pemkot harus mencarikan solusi terbaik, agar tidak banyak pedagang yang menjadi korban. “Seharusnya pemkot mencarikan tempat baru dulu, baru melakukan penggusuran. Bagaimanapun, kami butuh berdagang untuk menghidupi keluarga kami,” ujar Rini.

Kontrak Sudah Dibayar 

Lalu apa cerita Serasih, nenek berumur 54 tahun, yang juga mencari penghasilan di lokasi tersebut. Ia tidak membeli lokasi tersebut dari orang lain, tapi harus membayar sewa sebesar Rp 2,5 juta per bulannya, pada seseorang yang mengaku sebagai pemilik lahan. 

Menurut pedagang di Pasar Baru Talang Banjar Kota Jambi, sebuah gedung pasar yang disebut-sebut milik Suzana, seorang pengusaha di Jambi, hingga kini tidak difungsikan. Bahkan bangunan yang mirip seperti pusat perbelanjaan modern itu sudah lama dibangun.

“Bagunan mirip mal di sebelah pasar ini, sudah puluhan tahun tidak difungsikan. Bangunan itu terkesan sebagai “rumah hantu”. Seharusnya pemilik gedung itu menyewakan gadung itu kepada pedagang, daripada dibiarkan seperti rumah hantu begitu,” ujar Rini.

Dari penelusuran Harian Jambi, situasi Pasar Talang Banjar Kota Jambi sumpek saat pagi hari. Bahkan pedagang memadati badan jalan dari ujung pasar hingga ke ujung jalan hingga 3 kilometer. 

PKL Bingung Cari Lapak

Sementara kondisi Pasar Baru Talang Banjar Kota Jambi, sama juga dengan kondisi Pasar Angsoduo Kota Jambi. Para pedagang yang terkena gusuran pun bernasib tak jauh beda dengan para pedagang di Pasar Baru.

Wawan, salah seorang pedagang sayur yang saat ini tidak lagi berjualan pasca penggusuran tersebut, mengaku tidak lagi bisa menyekolahkan kedua anaknya yang duduk di bangku SD. “Jangankan untuk sekolah, untuk makan sehari-hari pun, saya susah untuk membiayai keluarga saya,” ujar Wawan.

Senada dengan para pedagang korban penggusuran yang lainnya, Wawan juga berharap ada solusi untuk korban penggusuran seperti dirinya. Ia mengatakan, sangat berharap Pemkot Jambi memberikan solusi untuk tempat ia dan rekan-rekannya yang lain berjualan.

“Kami tidak menolak pindah, tapi tolong carikan lokasi baru tempat kami berdagang,” pinta Wawan. (*/lee)(HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI KAMIS 20 MARET 2014)

Tidak ada komentar: