BIOGAS: Bak
pembuatan biogas, milik Drs H Asrizal Paiman Msi. Biogas ini dibuat melalui olahan antara kotoran
ternak dan tumbuhan.FOTO-FOTO: HESTI OKTAVIANI P/HARIAN JAMBI
|
Sampah organik maupun anorganik, masih menjadi hal yang
menjijikkan oleh berbagai kalangan. Padahal, jika dimanfaatkan dan diolah
dengan baik, sampah ini justru mampu menjadi hal yang sangat bermanfaat. Sampah
organik misalnya, dapat diolah menjadi biogas dan biopestisida.
HESTI OKTAVIANI P, Jambi
Hadirnya sampah, masih menjadi polemik yang terjadi di
lingkungan kita. Mulai dari lingkungan rumah, tempat
bekerja ataupun tempat-tempat umum lainnya, terutama di kawasan pasar yang menjadi sentra
penjualan sembako. Seperti di Pasar Angsoduo, Pasar Talangbanjar dan kawasan
umum lainnya. Pemandangan akan adanya tumpukan sampah ini tidak lagi asing di
pandang mata.
Untuk kalangan masyarakat kota khususnya Jambi,
pembuangan dan pengelolaan sampah masih menjadi hal yang sulit dilakukan.
Selain lahan pengelolaan yang sempit karena padatnya penduduk, masyarakat juga
terlalu disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Sehingga, pembuangan di
pos-pos sampah yang disediakan Dinas Kebersihan Kota Jambi pun menggunung.
Sampah
dalam jumlah besar biasanya datang dari kegiatan industri yang dikenal juga
dengan sebutan limbah, misalnya dari kegiatan pertambangan dan buangan pabrik. Apabila tidak dikelola dengan
baik, sampah akan sangat sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Melalui sampah, bibit-bibit penyakit pun siap
mengintai. Seperti kita ketahui, bahwa sampah menjadi tempat menyenangkan bagi
hewan-hewan penebar penyakit seperti nyamuk, lalat dan kecoa.
BIOGAS: Selang
yang digunakan untuk mengalirkan gas dari bak pembuatan biogas ke dapur. Biogas
ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.
|
Tidak
hanya itu, sampah yang dibuang sembarangan seperti ke selokan atau ke sungai tentu
akan menghambat aliran air, ketika sampah tersebut bertumpuk. Ini menyebabkan tersumbatnya aliran
air,
sehingga ketika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, akan mengakibatkan
banjir.
Dalam
istilah lingkungan, sampah diartikan sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari
hasil kegiatan manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Namun,
tidak semua sampah tidak berguna. Beberapa jenis sampah masih dapat diolah
sehingga memiliki nilai ekonomi atau kegunaan lain bagi manusia. Untuk itu,
kita perlu memiliki pemahaman tentang sampah dan bagaimana mengelolanya agar
berguna.
Menurut
Drs H Asrizal Paiman Msi, dosen pertanian Universitas Jambi,
sampah terbagi menjadi tiga. Yakni sampah
sisa tumbuhan dan hewan, sampah beling dan kaca serta sampah besi dan logam. Salah
satu bentuk pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah pembuatan pupuk
kompos. Pembuatan pupuk kompos dapat mengurangi masalah sampah sekaligus
menciptakan nilai ekonomi dari sampah.
“Dari
sampah sisa tumbuhan atau hewan, kita dapat membuat bioenergi yang berguna
untuk kehidupan sehari-hari. Yaitu biogas
yang dapat digunakan sebagai pengganti gas LPG atau minyak tanah,” ujarnya.
Yang
dapat diolah menjadi biogas dan biopestisida tentu saja sampah organik. Yakni sampah yang dapat diurai (degradable).
Cara Atasi Sampah
Sebenarnya, menangani sampah sangat mudah. Asalkan
dalam diri kita telah tertanam pentingnya lingkungan sehat dan bersih. Saat
ini,
di jalan-jalan
sudah banyak tempat sampah, dengan dua label jenis yang terpasang. Yang satu diperuntukkan khusus
untuk sampah organik sedangkan tong sampah yang satu lagi diperuntukkan khusus
untuk sampah anorganik.
Dalam hal ini, sampah yang disebut sebgaai sampah organik
adalah sampah yang yang mudah membusuk. Sampah organik ini biasanya, berupa
sampah dari sisa-sisa makanan, tumbuh-tumbuhan, hewan, daun kering, kayu dan
sebagainya. Sampah ini cenderung mudah busuk dan tidak bisa didaur ulang.
Sampah dalam kategori berpotensi membususk inilah yang biasanya digunakan untuk
pembuatan pupuk kompos.
Sedangkan sampah anorganik, adalah sampah yang tidak bisa
membusuk. Sampah ini harus didaur ulang terlebih dahulu, agar dapat digunakan
kembali. Bentuk dari sampah anorganik biasanya berasal dari sampah plastik,
samaph yang terbuat dari besi, logam dan sebagainya.
Adanya dua jenis tong samaph dalam klasifikasi yang
berbeda ini bertujuan, agar petugas kebersihan atau hal terkait, dapat dengan
mudah memanfaatkan keduanya untuk hal yang bermanfaat. Tanpa harus dengan susah
payah memisah-misahkan antara sampah organik dan anorganik.
Reuse, Reduce dan Recycle
Jika Anda ingin menyulap sampah menjadi hal yang
berguna, hal yang bisa Anda lakukan adalah dengan menerapkan 3R. Yakni Reuse, Reduce dan Recycle,
yang hingga kini
masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai
permasalahannya.
Penerapan
sistem 3R ini
menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah, di samping mengolah sampah
menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi sumber listrik, melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Asrizal Paiman |
Pengelolaan sampah melalui PLTSa ini sulit dilakukan
oleh kalangan umum, karena harus menggunakan peralatan dan keahlian khusus. Namun
pengelolaan sampah dengan sistem 3R ini, dapat dilaksanakan semua kalangan
dalam kegiatan sehari-hari.
3R
terdiri atas reuse, reduce dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan, untuk fungsi yang sama ataupun
fungsi lainnya. Reduce berarti
mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah, menjadi barang atau produk baru
yang bermanfaat.
Pembuatan Biogas
Dalam hal ini, Asrizal telah
membuat tempat percobaan yaitu di Kebun Sembilan Simpang Ahok Jambi. Selain biogas, sampah organik
tadi juga dapat dibuat menjadi pupuk kompos. Setelah dipilah, sampah yang
mudah busuk seperti bekas makanan dan sayur-sayuran, dapat diolah menjadi pupuk
kompos biopestisida, yang mana lebih mudah dan murah jika dibandingkan pupuk kimia.
“Biogas
yang terbuat dari sampah tumbuhan, yang dicampur dengan kotoran ternak ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Seperti
gas untuk memasak dan lain sebagainya,” ujarnya.
Saat
ini, masyarakat
telah banyak yang menyadari pentingnya kesehatan. Akan lebih baik dalam hal ini, jika hal yang kita manfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah banyak hal alami yang masuk didalam tubuh
kita, karena sebagaimana kita ketahui saat ini, tanpa kita sadari telah banyak
bahan kimia yang bersarang di dalam
tubuh.
Sebagai
seorang dosen, apa yang telah dilakukan Asrizal ini merupakan suatu bentuk
pengabdian kepada masyarakat. Peternak ayam di Sungai Duren dan
berbagai usaha pertanian lainnya di sana, telah difasilitasi dan diberikan
penyuluhan secara berkelanjutan. Kemudian dibuatkan bak yang berguna untuk
pengolahan pupuk kompos. Sehingga
para petani tidak kesulitan lagi dalam mencari dan membeli pupuk. Untuk
pupuk organik saat ini, dijual hanya dengan harga Rp 20 ribu per karung. Sementara
untuk di toko-toko
pertanian, dijual
dengan harga Rp 5 ribu per kilo.
“Proses
dan teknologi yang digunakan sangat sederhana dan mudah. Jadi
siapa saja dapat membuatnya dan bagi mereka yang bisa melihat peluang, tentu
ini peluang bisnis yang bagus. Selain ramah
lingkungan, ada nilai ekonomi juga dari sampah ini,” jelasnya.(*/poy)
******
Kinerja Dinas Kebersihan Dinilai Belum Efektif
Setiap pagi, Dinas Kebersihan Kota Jambi melalui tim
kerjanya, berkeliling ke seluruh kota untuk mengumpulkan dan membuang sampah ke
tempat yang telah ditentukan, yakni Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talanggulo.
Sampah ini diambil melalui pos-pos pembuangan sampah yang telah disiapkan oleh
dinas kota.
Terkait hal tersebut, Drs H Asrizal Paiman Msi, dosen pertanian Universitas Jambi menilai, hal yang telah dilakukan
oleh Dinas Kebersihan Kota ini telah dianggapnya berjalan dengan baik. Begitu
juga dengan program-program yang telah dijalankan. Namun, hal ini dirasanya
belum mampu berjalan secara efektif.
Untuk menciptakan kebersihan kota yang lebih efektif,
serta mampu memanfaatkan sampah dengan berbagai hal yang bermanfaat. Hal yang
perlu dilakukan menurutnya adalah, dengan aktif memberikan sosialisasi kepada
masyarakat tentang penerapan tong sampah. Menurutnya, pemilahan tong sampah organik
dan anorganik, hendaknya tidak hanya diterapkan untuk tempat tertentu saja.
Namun juga diterapkan ke setiap rumah warga.
“Apa yang dilakukan Dinas
Kebersihan Kota Jambi sudah bagus, hanya
saja masih belum efektif. Ada baiknya
Dinas Kebersihan melakukan sosialisasi secara berkelanjutan. Dan
untuk tong sampah dua jenis, jangan hanya diletakkan di satu tempat, yang membuat tidak semua
masyarakat mau membuang sampahnya ke sana. Lebih
baik jika di setiap
rumah mulai diterapkan mengenai bagaimana memilah sampah sesuai jenisnya,” ujarnya.
Penerapan penggunaan dua jenis tong samaph ini menurutnya,
selain bermanfaat untuk mempermudah petugas sampah, juga akan bermanfaat bagi
tangan-tangan kreatif yang berkenan memanfaatkan sampah sebagai lahan bisnis.
“Selain memudahkan petugas sampah, hal ini juga dapat dijadikan
lahan bisnis, bagi yang ingin membuat biopestisida ataupun biogas. Dapat
langsung mengambil sampah yang memang terlebih dahulu telah dipilah sesuai
jenisnya.
Untuk sampah yang tidak dapat didaur ulang, dapat dimanfaatkan sebagai media
kerajinan tangan, sehingga sampah tidak akan menjadi masalah lagi dan tentu
saja tidak akan menggunung seperti yang ada di TPA Talanggulo saat ini,” ujarnya.(hop/poy)
(HARIAN JAMBI EDISI CETAK KAMIS PAGI 13 FEB 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar