Perkebunan Karet di Dusun Rasau Kabupaten Batanghari.Foto Rosenman M |
Perkebunan Karet di Dusun Rasau Kabupaten Batanghari.Foto Rosenman M |
Para
petani karet di Provinsi Jambi, kini bisa bergairah. Setelah hampir satu tahun
mengalami harga karet turun drastis, sejak dua bulan belakangan harga karet di
Jambi terus naik. Sebelumnya harga karet berada di kisaran Rp 6 ribu-Rp 8 ribu
per Kg, sekarang sudah menyentuh harga Rp 12 ribu per Kg.
ROSENMAN
M, Jambi
Sekretaris
Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia
(Gapkindo) Provinsi Jambi, Hatta Arifin mengatakan, kenaikan harga karet
ini masih belum normal dan kemungkinan akan terus melar.
Normalnya,
harga karet itu adalah 3 dollar dan untuk bokar Kadar Karet Kering (KKK) 50
persen. Artinya, jika US$3 dollar saat ini sekitar Rp 33 ribu, maka idealnya
harga bokar KKK sebesar Rp 15 ribuan per Kg.Disebutkan,
penyebab kenaikan harga karet dipengaruhi beberapa faktor yakni globalisasi
keuangan, cuaca, harga migas, dan pengaruh valas. “Jika terkait harga keuangan
negara tetangga dan indek saham bagus, maka harga naik,” jelasnya.
Kriteria
harga karet termasuk karet KKK 50 persen, jika lebih dari itu maka harga akan
naik lagi. Dikatakan, kalau untuk harga resmi impor dipotong 50 persen itulah
harga untuk di petani. Jika bokar KKK 60 persen harga bisa Rp 16 ribu per Kg,
dengan catatan cuka yang digunakan adalah deorap, agar kualitas karet lebih
bagus dan tidak bau.
“Rata-rata
jumlah produksi karet di Provinsi Jambi mencapai 280 ribu-327 ribu ton per
tahun. Tapi jika sering terjadi hujan, akan mempengaruhi produksi. Musim
penghujan, pengaruhi produksi karet dan bisa berkurang sekitar 20 persen,” ujar
Hatta.
Sementara
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jambi
menyebutkan, harga indikasi karet untuk hari kemarin berada di angka Rp 23.600.
Harga ini cukup mengalami kenaikan dari 2 minggu sebelumnya yang masih di
kisaran Rp 22.500.
Kabid
Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag)
Provinsi Jambi, Filda Deviarni mengatakan, kenaikan ini tak hanya disokong dari
harga dolar yang terus merangkak, namun juga efek dari permintaan yang semakin
banyak dari negara pengimpor.
“Tentunya
ini menjadi momen yang menyenangkan bagi petani di mana harga tersebut sudah
termasuk harga yang tinggi. Sebagian besar produksi karet diekspor ke Cina dan
negara Eropa. Namun tingkat ekspor ke negara tersebut kian menurun mengingat
krisis yang terjadi di negara tersebut,” katanya.
Untuk
meningkatkan nilai harga karet di kalangan petani, Disperindag Provinsi Jambi
terus mengampanyekan penggunaan deorap kepada petani. Ini dimaksudkan agar
petani turut mendulang hasil yang sepadan dan produksi karet yang baik.
“Sekarang
bayangkan saja, harga karet petani yang menggunakan deorap dengan yang tidak,
selisihnya bisa mencapai 40 persen,” katanya.
Potret
Ekspor Import Jambi
Pelemahan
nilai rupiah saat ini terhadap dollar AS mengakibatkan masalah perekonomian.
Importir membutuhkan valuta asing lebih banyak jika nilai rupiah melemah
terhadap dollar AS. Sehingga tingginya biaya impor juga akan mengakibatkan
harga barang impor ikut naik. Kondisi neraca transaksi berjalan juga mulai
tertekan.
Pengamat
Ekonomi di Jambi, Kuswan Gunanto mengatakan, paket kebijakan ekonomi pemerintah
yang diluncurkan beberapa waktu yang lalu, diharapkan dapat mengatasi kondisi
perekonomian yang goncang setelah melemahnya rupiah.
Paket
kebijakan tersebut berupa mendorong ekspor melalui pemberian “additional deduction tax” sekaligus
menurunkan impor, memberikan insentif industri padat karya, mengubah tata niaga
impor daging dan sapi dan produk hortikultura, dan penyederhanaan perizinan dalam
hal investasi.
Disebutkan,
disaat seperti ini, pengendalian impor dan peningkatan ekspor memang dirasa
paling efektif untuk mengatasi permasalahan neraca transaksi berjalan ini.
Untuk itu menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana potret ekspor-impor
Indonesia khususnya di Provinsi Jambi.
Produk
dari Provinsi Jambi apa saja yang diminati oleh konsumen di luar negeri? Negara
mana saja yang menjadi sahabat Provinsi Jambi dalam melakukan ekspor dan impor?
Bagaimana kualitas ekspor yang ada di Provinsi Jambi? Ketiga pertanyaan
tersebut sangat menarik untuk dikaji sehingga ekspor-impor kita bisa memberikan
dampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Dewasa
ini, tidak ada satupun negara/daerah didunia ini yang sanggup memenuhi
kebutuhannya sendiri. Begitu juga tidak semua produksi dalam negeri yang
melimpah disuatu negara akan terserap habis oleh penduduknya,” kata Kuswan
Gunanto.
Oleh
sebab itu, diantara negara/daerah akan terjadi simbiosis dalam pemenuhan
kebutuhan domestiknya ataupun untuk daerah pemasaran produksinya. Beranjak dari
situlah kita mengenal istilah ekspor dan impor.
Disebutkan,
ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan internasional. Kegiatan ekspor
impor merupakan salah satu faktor penentu roda perekonomian suatu
negara/wilayah. Impor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari negara lain
karena ketidaksanggupan produksi domestik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya.
Impor
yang dilakukan adalah untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dan diharapkan juga
dapat untuk proses produksi sehingga menambah pemasukan di usaha ekspor. Dengan
demikian impor tetap sejalan dengan produksi orientasi ekspor.
Komoditas
Andalan
Karet
kertas, CPO, Batubara dan Pinang merupakan komoditas andalan Provinsi Jambi
selain minyak dan gas bumi. Karet, didominasi oleh SIR yang merupakan
gumpalan-gumpalan karet mentah. SIR ini akan diolah menjadi ban, sarung karet,
dll di luar negeri.
“Batubara
digunakan untuk menghidupkan pabrik-pabrik dan pembangkit tenaga listrik di
luar negeri. Komoditas non migas diatas merupakan produk pertanian dan
pertambangan yang ada di Provinsi Jambi,” Kuswan Gunanto.
Dengan
peningkatan produk pertanian dan pertambangan ini diharapkan kesejahteraan
produsen (petani) juga meningkat. Akan tetapi yang menjadi fokus tambahan
adalah bagaimana rantai perdagangan dari petani sampai ke eksportir. Jangan
sampai mata rantai perdagangan yang berliku-liku tidak merefleksikan
peningkatan kesejahteraan petani.
Ekspor
Impor
Dari
data ekspor yang ada, pengusaha kita dapat mengetahui di negara-negara mana
saja produk kita sangat diminati. Selain itu, juga bisa memperkirakan arah
ekspansi ekspor yang perlu dikembangkan kedepannya.
Menurut
Kuswan Gunanto, selama lima tahun terakhir negara tujuan ekspor dari Provinsi
Jambi didominasi negara-negara di benua Asia. Sebagian besar produk-produk dari
Provinsi Jambi meluncur ke negara Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, dan
Cina.
Negara
Singapura menjadi berlabuhnya pinang, karet olahan (SIR), kopi dan
rempah-rempah, CPO, dan batubara dari Provinsi Jambi. Negara Thailand menjadi
negara yang juga meminta CPO, kopra serta kertas/pulp.
Disebutkan,
Negara Malaysia menampung kopra, CPO, batubara, pinang, kertas/pulp, kopi,
arang dan kayu lapis. Negara Jepang sangat membutuhkan karet olahan (SIR) dan
kayu lapis dari Provinsi Jambi. Negara Cina menjadi tujuan ekspor kertas/pulp,
karet olahan (SIR), batubara, kayu lapis, dan CPO.
Produk
dari negara yang paling banyak menjadi sumber impor Provinsi Jambi adalah Cina,
Singapura, Malaysia, Amerika dan Jepang. Produk-produk yang diminta digunakan
untuk proses produksi sehingga menambah pemasukan di usaha ekspor. Dengan
demikian impor tetap sejalan dengan produksi orientasi ekspor.
Negara
Cina menyuplai kebutuhan Provinsi Jambi adalah turbin untuk mesin pembuat
kertas dan bahan kimia berupa sodium hydroxide. Dari negara Singapura kita
mengimpor petroleum bitumen dan mesin-mesin.
“Negara
Malaysia kita juga mengimpor petroleum bitumen dan mesin-mesin, serta bahan
makanan berupa soya bean. Negara Amerika menjadi sumber impor bahan baku untuk
industri berupa acrylic polymer. Selain itu, juga suku cadang dan peralatan
yang digunakan di mesin pembuat kertas,” Kuswan Gunanto.
Kualitas
Ekspor-Impor
Ekspor
yang berkualitas adalah ekspor yang tidak sebatas menyalurkan bahan mentah ke luar
negeri tetapi sudah menjual produk hilir. Atau dengan bahasa sederhana adalah
jika produk ekspor tersebut diperoleh dari kegiatan industri, khususnya
industri hilir dan berupa komoditas hasil olahan akhir.
Kualitas
impor dikatakan lebih baik bila kita lebih banyak mengimpor produk-produk yang
tidak akan menyebabkan peningkatan ketergantungan kita terhadap komoditas
tertentu.
“Selain
hanya meningkatkan volume dan nilai ekspor, Provinsi Jambi harus mengamati
bagaimana kualitas ekspor kita. Juga bagaimana meningkatkan rasio ekspor produk
manufaktur kita terhadap ekspor barang mentah,” Kuswan Gunanto.
Kita
juga harus mengamati di negara mana saja produk-produk kita diminati. Semoga
dengan peningkatan kualitas ekspor yang dilakukan juga berimbas kepada terealisasinya
kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jambi. (*/lee)
(BERITA INI NAIK DI HARIAN JAMBI EDISI CETAK SENIN 3 FEBRUARI 2014 PAGI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar