BUBUR AYAM: Gerobak bubur ayam milik Mang Ojak. Saat ini, ia telah mengoperasikan 15
gerobak bubur ayam. Gerobak ini tersebar di berbagai sudut di Kota Jambi.FOTO-FOTO: RIRIN/HARIAN JAMBI
|
Dijual dengan menggunakan gerobak, bubur ayam Mang Ojak mampu meraih
omzet yang besar. Tidak tanggung-tanggung, omzet yang dicapai pun mencapai Rp 5
juta per hari.
RIRIN, Jambi
Bubur
ayam, makanan ini tidaklah asing bagi warga Jambi dan sekitranya. Maklum,
makanan yang bahan dasarnya beras itu kerap menjadi pengganti nasi saat masyarakat
menyantap sarapan atau makan malam. Karena bubur ayam ini sifatnya sama dengan
makanan berat (nasi) tapi cara penyajiannya berbeda, sehingga penyajian bubur
banyak disukai masyarakat.
Pada umumnya, setiap
orang pasti mengenal bubur ayam. Bubur ayam adalah jenis masakan dari beras
yang dimasak hingga begitu lunak. Selain itu, bubur ayam juga merupakan
menu favorit makan pagi bagi banyak orang.
Bubur ayam biasanya disajikan
dalam sebuah mangkuk di lengkapi dengan kuah kaldu, cakwe potong, suwiran
daging ayam, emping atau krupuk, irisan daun seledri, daun bawang dan bawang
goreng, dilengkapi dengan sambal.
Oleh karena itu, tidak
heran jika bubur ayam merupakan salah satu jenis makanan yang cukup digemari di
daerah Jambi. Kondisi ini mebuat bubur ayam dapat dimanfaatkan sebagai peluang
usaha yang cukup menjanjikan.
Salah satu kuliner bubur
ayam yang terkenal di Jambi adalah “Bubur Ayam Mang Ojak” ini.
Keistimewaannya yang utama adalah kekentalan buburnya, Dalam membuat bubur, ia
selektif memilih bahan baku. Bubur Ayam Mang Ojak ini cukup legendaris dan
memiliki pelanggan setia.
Pria bernama lengkap Abdul
Rozak ini lahir di Kuningan, 10 Juni 1968. Memulai usaha bubur ayam sejak tahun
2005. Namun sebelum merintis usaha bubur ayam, Mang Ojak (sapaan akrab) sudah
mencoba berbagai usaha lain.
“Saya dulu sebelum ke
Jambi, berjualan roti di Jakarta tapi berhenti terus saya pindah ke Jambi untuk
mencoba usaha yang lain,” ungkapnya.
Sejak pindah ke Jambi
itulah, Mang Ojak memulai usaha baru. Mulai dari berjualan es doger, tekwan, Q-tela
dan bubur ayam. Mang Ojak berjualan es doger selama 12 tahun. Setelah itu beralih
untuk berjualan tekwan dan Q-tela selama lima bulan. Namun setelah tidak ada
perkembangan, barulah Mang Ojak tertarik untuk membuka usaha bubur ayam.
Ayam Dibubur?
BUBUR AYAM MANG OJAK |
Awal mula Mang Ojak
tertarik untuk membuka usaha bubur ayam karena pada waktu itu usaha yang
dijalani Mang Ojak dirasakan belum ada peningkatan. Karena usaha sebelumnya
tidak ada peningkatan, ketika jalan bersama keluarganya mencoba membeli bubur
ayam di daerah kantor Walikota Jambi. Mulai dari situlah ia bersama dengan Ade
Vera Wati (istrinya) mencoba untuk membuat bubur ayam.
”Ketika pertama kali
jualan bubur ayam, itu di SD 47, alhamdulillah laku,” ujarnya.
Setelah itu, ia mencoba
untuk berjualan bubur ayam dengan gerobak dorong. Setelah berjualan keliling,
ternyata untuk masyarakat Jambi pada waktu itu belum terlalu mengenal bubur
ayam. Bahkan dulu banyak masyarakat yang mengira bahwa makanan yang dijual oleh
Mang Ojak adalah makanan langka. “Ayam kok dibubur,” ungkap Mang Ojak meniru
ucapan salah satu orang.
Sejak saat itulah, Mang
Ojak mulai gencar melakukan survei di berbagai daerah untuk melihat masyarakat
mana yang mengenal bubur ayam. Setelah dilakukan survei, ternyata di daerah
sekitar kantor Gubernuran setiap hari minggu itu rame, akhirnya Mang Ojak
berniat untuk berjualan bubur ayam hanya di setiap minggu pagi.
“Mulai dari saya
berjualan di kantor Gubernuran, itulah lama-lama banyak masyarakat mulai
mengenal bubur ayam,” tuturnya.
Tetap Berjualan Es Doger
Setelah usaha bubur ayam
Mang Ojak mulai dikenal, bersama dengan salah satu keluarganya Mang Ojak saling
bekerja sama untuk berjualan. Salah satu keluarganya berjualan bubur ayam,
sedangkan Mang Ojak tetap berjualan es doger.
Namun ternyata,
penjualan bubur ayam sangat bagus. Setiap jam delapan pagi, persediaan bubur
ayam semakin banyak dan peminatnya pun meningkat. Tapi meskipun penjualan
bubur ayamnya meningkat, ia belum berani untuk melepaskan jualan es doger.
Karena ia khawatir kalau nanti usaha bubur ayamnya hanya sebentar.
“Kalau dulu, pagi jualan
bubur ayam, siangnya jualan es doger,” paparnya.
Setelah itu, ternyata
datang keluarga dari Jawa untuk ikut bekerja dengannya. Akhirnya ia pun setuju,
hanya saja belum bisa memberi gaji. Tapi kalau ada keuntungan, dibagi bersama.
Pada waktu itu Mang Ojak hanya memiliki dua orang karyawan.
Omzet per Hari
Mang Ojak |
Karena banyaknya permintaan, satu tahun kemudian Mang Ojak
menambahkan dua gerobak dan dua karyawan, bahkan sampai saat ini setiap tahun
Mang Ojak selalu menambah dua orang karyawan dan dua gerobak untuk berjualan
bubur ayam. Sekarang Mang Ojak sudah mempunyai 20 orang karyawan dan 15 gerobak
dorong untuk berjualan bubur ayam. Omzet yang didapat pun tak
tanggung-tanggung. Setiap harinya, ia mampu meraup untung Rp 5 juta per hari.
“15 orang untuk berjualan dan 5 orang untuk memasak bubur,”
ujarnya.
Dalam hal ini, untuk proses pembuatan bubur ayam dimulai dari pukul
03.00 WIB dini hari. Untuk proses memasak bubur, ia percayakan dengan
karyawannya. Tapi untuk proses pemberian cita rasa, masih diambil alih penuh
oleh isterinya. Karena, Mang Ojak dan isterinya, selalu ingin memberikan cita
rasa tinggi kepada bubur tersebut.
Setiap pembuatan bubur, Mang Ojak memasak sekitar dua karung
beras, yang masing-masing karung berisi sekitar 25 kilogram. Beras yang dipakai
pun bukan hanya berasal dari Jambi, tetapi ada juga yang langsung dipesan dari
daerah Jawa.
Karena banyaknya peminat, sampai saat ini bubur ayam Mang Ojak
cukup terkenal di Jambi. Bahkan hampir di setiap sudut di Kota Jambi bisa
menemui bubur ayam Mang Ojak. Untuk saat ini bubur ayam Mang Ojak bisa ditemui
di daerah Sungai Kambang (depan SD Al-Azhar), depan SD 47 Kota Jambi, Broni
(samping kantor pos), Simpang Pulai, Rumah Sakit Umum, depan SMP 7 Kota Jambi,
Telanai Pura (depan KUA), depan MMC Mayang, depan SD 64 Mayang, Simpang
Asparagus, Simpang Kawat (depan SMP 11), Simpang Rimbo, Depan Rumah sakit Jiwa
dan juga di depan kampus UNJA Mendalo.
Dengan adanya kegigihan dan kesabaran yang dimiliki Mang Ojak
dalam berjualan, kini Mang Ojak bisa menikmati hasil keringatnya selama ini.
Kalau dulu berjualan tidak ada untung, kini bisa menabung. Mang Ojak pun
berharap, untuk ke depannya usaha bubur ayam miliknya tetap diminati oleh
masyarakat Jambi. Bahkan Mang Ojak akan terus mengembangkan usaha ini.(*/poy)
*****
Resep Pembuatan Bubur
Ayam
Cita rasa yang
dihasilkan dari bubur dipengaruhi oleh jenis beras yang digunakan. Oleh sebab
itu, dalam pembuatannya perlu menggunakan beras yang pulen untuk menghasilkan
cita rasa bubur yang berkualitas.
Selain itu, penggunaan
daging ayamnya pun harus yang masih dalam keadaan segar. Jika bubur yang dibuat
memiliki rasa yang enak, maka pelanggan pun akan semakin bertambah. Berikut
kami sertakan resep membuat bubur ayam :
Bahan:
-
300 gram beras
-
3000 ml kaldu ayam dari rebusan 1 ekor ayam, diangkat ayamnya disuwir-suwir
-
5 siung bawang putih, dicincang halus
-
2 sendok teh garam
Pelengkap:
-
Ayam suwir
-
3 buah cakwe, diiris-iris
-
1 butir telur pitan,
dipotong-potong
-
12 buah pangsit, dipotong kotak 1 cm, digoreng
-
1 tangkai seledri, diiris halus
-
1 tangkai daun bawang, diiris halus
-
3 sendok makan bawang goreng
-
Bahan sambal (aduk rata):
-
5 buah cabai rawit, diiris-iris
-
3 sendok makan kecap asin
Cara membuat:
-
Rebus beras di dalam
kaldu ayam bersama bawang putih sampai mendidih
-
Tambahkan garam dan
merica. Masak sambil diaduk-aduk sampai matang dan kental, angkat
-
Sajikan bubur bersama
suwiran ayam, cakwe, telur pitan, pangsit, seledri, daun bawang, bawang
goreng dan sambal.(rin/poy) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI KAMIS 20 FEBRUARI 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar