Kamis, 31 Januari 2013

Skandal Pajak Keluarga Istana

Dikutip Dari FB: Islamedia


Pelaporan Pajak Presiden SBY dan keluarga Menimbulkan Tanda Tanya

Pelaporan pajak tahunan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta kedua anaknya, Agus Harimurti dan Edhie “Ibas” Baskoro, menimbulkan tanda tanya. Dalam dokumen yang menunjukkan Surat Pemberitahuan (SPT) SBY dan kedua anaknya, yang berhasil didapatkan The Jakarta Post, tidak menyebutkan detail sejumlah penghasilan yang didapatkan sepanjang tahun 2011. Demikian dikutip Tribunnews.com.

Keaslian dokumen itu dibenarkan oleh sejumlah sumber yang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan. SPT tahun 2011 yang dimasukkan pada kuartal pertama tahun 2012 tertulis, SBY disebutkan memperoleh penghasilan Rp 1,37 miliar selama setahun sebagai presiden dan tambahan Rp 107 juta dari sejumlah royalti.

Dalam dokumen itu juga terungkap pada tahun 2011, SBY membuka sejumlah rekening bank yang total nilainya mencapai Rp 4,98 miliar dan 589.188 dollar AS atau sekitar Rp 5,7 miliar (kurs Rp 9.600 per dollar AS). Dalam SPT itu tak disebutkan detail dari mana sumber keuangan itu. Juru bicara presiden,Julian Pasha, tidak memberikan respon atas pertanyaan The Jakarta Post, Selasa (29/1/2013).

The Jakarta Post juga tak berhasil mendapatkan SPT SBY tahun sebelumnya dan juga tak tahu di mana dana-dana itu tersimpan, apakah berasal dari harta sebelumnya atau merupakan akumulasi terbaru.

SBY selama ini selalu menekankan tentang pentingnya warga untuk memenuhi kewajiban pajak mereka termasuk keinginan untuk tranparansi bagi para pejabat publik. "Mari kita ciptakan kultur pajak berbudaya, menciptakan pemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggung jawab," demikian kata SBY di depan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2009 ketika ia memasukkan SPT tahunan.

Sementara, Agus (34), dalam SPT tahun 2011 ia menyebutkan memperoleh penghasilan tahunan Rp 70,2 juta. Agus adalah seorang perwira di Kostrad di Jakarta. Dokumen pajak itu juga memperlihatkan, Agus membuka empat rekening bank berbeda dan sebuah akun deposito dengan total Rp 1,63 miliar. Tak ada informasi di dokumen mengenai sumber-sumber dana tersebut dan pada bagian pendapatan tambahan, termasuk istri Agus, Annisa Pohan, dibiarkan kosong.

Agus terdaftar sebagai pembayar pajak sejak tahun 2007 namun baru memasukkan SPT pada tahun 2011. Ibas memberikan penjelasan, berdasarkan undang-undang, hanya perwira tinggi militer yang wajib melaporkan sumber kekayaan mereka. "Mas Agus sekarang hanya seorang mayor," katanya, dalam email.

Ibas, yang menggambarkan dirinya sebagai pejabat publik dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR, mengaku selalu konsisten memasukkan pelaporan pajak ke KPK sejak tahun 2009. "Saya selalu memenuhi kewajiban saya untuk memasukkan pelaporan pajak tahunan sesuai dengan aturan," katanya.

Berdasarkan SPT tahun 2011, Ibas memperoleh pengasilan Rp 183 juta sebagai anggota DPR dari Partai Demokrat. Ia juga memiliki investasi sebesar Rp 900 juta di PT Yastra Capital, deposito sebesar Rp 1,59 miliar, dan uang tunai totalnya mencapai Rp 1,57 miliar.

Ibas tidak menyebutkan dalam SPT pendapatan lainnya seperti pembayaran dividen, donasi, saham ataupun jenis investasi lain. Ia memiliki total aset sebesar Rp 6 miliar seperti yang tertulis dalam SPT tahun 2010 termasuk sebuah Audi Q5 SUV dengan harga Rp 1,16 miliar.

Sebagai seorang anggota DPR, Ibas diharuskan melaporkan kekayaan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di mana ia menyebutkan total aset pada tahun 2009 sebesar Rp 4,42 miliar. Dalam SPT tahun 2009, aset Ibas senilai Rp 5,18 miliar. Ia tidak menyebutkan adanya sumber pendapatan lain.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa, yang juga mertua Ibas, memberikan penegasan. "Sebagai ayah dari mereka (Ibas dan Agus), saya memberikan kepastian kepada Anda jika tak ada perbedaan dari pelaporan pajak mereka," katanya.

Dirjen Pajak Fuad Rahmany mengatakan seharusnya ada penjelasan rasional jika ada perbedaan data yang mencurigakan dari pembayaran pajak yang dilakukan keluarga presiden. "Mustahil jika keluarga presiden tidak mengisi SPT dengan benar. Mereka memiliki tim khusus yang menghitung semua kewajiban pajak mereka untuk memastikan akurasi," katanya.

Fuad menambahkan, direktorat juga tak punya otoritas mempertanyakan ke pembayar pajak jika terdapat perbedaan antara akun bank dan penghasilan tahunan mereka.

Ini adalah gambar yang menunjukkan rasio penghasilan, kekayaan dan

pengeluaran untuk pajak "The First Family" Indonesia dalam berita

yang hari ini dilansir The Jakarta Post.

Menariknya, sebelum berita ini naik cetak, Hand David (@hansdavidian)

tadi malam di akun twitternya menuliskan rangkaian kejadian dan

proses penggarapan berita ini. Menariknya, Hans dengan blak-blakan

menceritakan bagaimana terjadinya upaya intervensi akan berita ini

dari kalangan istana (SBY, Menteri, Ibas) yang terkesan tak begitu

nyaman dengan investigasi Hans.

Berikut saya terakan tweet-tweet Hans yang semalam saya sadur dari

akun twitternya (@hansdavidian). Selain itu, dibawah saduran

tweet-tweet Hans, juga saya terakan transkrip berita The Jakarta Post

hari ini yang memuat tentang perihal pajak keluarga SBY ini yang

diberi judul "First family tax returns raises flags".

Tweet-tweet dan berita ini menarik. Silakan dibaca dan dinikmati :)

Tweet Hans:

@hansdavidian: Jadi gini....

@hansdavidian: Tungguin deh yah lengkapnya.

@hansdavidian: Menggoyang Istana Boneka.

@hansdavidian: Oke,deadline udah lewat,berita dah tinggal naek

cetak,segala upaya intervensi udah berlalu & sekarang saatnya

nge-buzz.

@hansdavidian:
Nge-buzz apaan? Nge-buzz berita bikinan gua dan redaktur gua yang

jadi main headline story buat @jakpost besok donk....

@hansdavidian: Jadi,besok di headline utama @jakpost akan ada berita

mengenai pelaporan pajak keluarga Yudhoyono.... #JREEEEENNNGGGGGG

@hansdavidian: Yang nulis itu Rendi A. Witular sama wartawan @jakpost

paling ganteng yaitu gua.

@hansdavidian: Siapa aja dari keluarga Yudhoyono yang laporan

pajaknya kita tulis? Ada Agus, Ibas sama bokapnya donk.

@hansdavidian: Di artikel besok akan kita rinci mengenai pendapatan

keluarga Yudhoyono selama setahun dan dibandingkan dengan aset yg

mereka peroleh.

@hansdavidian: Apakah normal seorang tentara yang mempunyai

pendapatan hanya puluhan juta selama setahun bisa membuka tabungan yg

bernilai milliaran?

@hansdavidian: Itu tuh tadi salah satu contoh aja. Lengkapnya sih

beli koran @jakpost besok yah.

@hansdavidian: Nah,sekarang mari gua bercerita tentang dramanya bikin

ni artikel satu.

@hansdavidian: Ini proyek dikerjain dari awal Januari dan karena

orang2 yg mo dibicarain di artikel itu lumayan "wuih" gitu yah susah

banget ketemu mereka.

@hansdavidian: Baik Agus maupun Ibas sangat sulit dihubungi. Gua

berusaha ngontak mereka utk klarifikasi ke semua ajudan dan staff

mereka.

@hansdavidian: Kenapa penting untuk dapet klarifikasi mereka? Biar

berimbang dan kasih mereka suara untuk ngejelasin laporan pajak

mereka yg agak2 aneh.

@hansdavidian: Berminggu-minggu gua kontak,gua rutin SMS,kagak ada

jawaban. Sampai kemarin....

@hansdavidian: Kemarin akhirnya pertanyaan2 tertulis gua akhirnya

nyampe ke pihak Istana dan mungkin ke Ibas juga langsung.

@hansdavidian: Yang jelas kemaren staff-nya Ibas langsung nelfon gua

dan minta keterangan lebih jauh ttg angle yg mo kita bikin.

@hansdavidian: Gua jelasin lah ke dia bahwa kita mo cari klarifikasi

aja. Kita gak nuduh apa2 tapi kita ingin penjelasan aja.

@hansdavidian: Ternyata selain staff Ibas,gua juga dicariin sama

banyak orang2 SBY di Istana. Beberapa menteri sampe digerakin.

@hansdavidian: Mereka kayaknya juga udah baca list pertanyaan gua

buat Agus dan Ibas. Dan emang pertanyaan gua detil banget sih.

@hansdavidian: Akhirnya sekitar jam setengah 12 malem,ada pejabat yg

deket sama SBY yang nelfon gua. Gak usah disebut lah namanya.

@hansdavidian: Pas nelfon dia nanya apa yg mau gua tulis dan kenapa

alasannya.

@hansdavidian: Yah gua jelasin kalo gua ditugasin sama kantor untuk

nyelidikin isi laporan pajak keluarga Yudhoyono.

@hansdavidian: Buat apa? Yah buat dibikin berita. Kenapa? Yah biar

ngisi koran aja sih.

@hansdavidian: Singkatnya si pejabat tersebut minta agar kalau bisa

berita itu gak dinaikin.

@hansdavidian: Yah gua bilang aja itu tergantung kebijakan atasan2

gua. Gua sih pokoknya ngumpulin bahan,data dan informasi buat jadi

berita.

@hansdavidian: Ternyata itu bukan intervensi pertama dan terakhir

dari Istana sodara2....

@hansdavidian: Dari sore ternyata beberapa member tim horenya SBY

udah nelfonin kantor dan temen2 gua juga. Semua pada pengen

konfirmasi ttg artikel gua.

@hansdavidian: Tim horenya SBY tau sendiri lah siapa2 aja. Apalagi

kalo anak Istana....

@hansdavidian: Pagi2 buta gua baru bangun,si pejabat yg nelfon tengah

malem nelfon gua lagi. Sekarang dia minta nocan atasan gua.

@hansdavidian: Atas seijin atasan gua,yah gua kasih lah.

@hansdavidian: Setelah nelfon atasan gua,dia beberapa kali lagi

nelfon gua hari dari siang sampe sore.

@hansdavidian: Inti pertanyaannya sama:kapan diterbitin? Gimana

formatnya? dll.

@hansdavidian: Dan tentu saja dia selalu meminta akhirnya agar kalo

bisa jangan dibikin beritanya dan bahwa dia udah anggep gua

"sahabat".

@hansdavidian: Yah gua sih seneng2 aja sih dianggap "sahabat" dan

sebagai sahabat yg baik gua harus bisa jujur kan ke dia walaupun

pahit,ya gak?

@hansdavidian: Ternyata di luar kantor juga terjadi upaya intervensi.

Istana gerakin semua front man. Sampe pusing gua.

@hansdavidian: Di luar kantor,ada menteri nitip pesen lewat salah

satu tokoh senior di kantor gua untuk minta supaya artikelnya jangan

diangkat.

@hansdavidian: Tokoh senior itu akhirnya dateng ke kantor gua dan

ngasih tau pesen si menteri.

@hansdavidian: "I am just a messenger. The final decision is in your

hands," kata si tokoh senior.

@hansdavidian: Keputusan kantor pada akhirnya? Yah maju terus pantang

mundur. Udah kagok soalnya.

@hansdavidian: Dan terus sampai sore jelang malam itu si pejabat

bulak-balik nelfonin gua. Staff-nya Ibas juga.

@hansdavidian: Akhirnya jawaban tertulis dari Ibas mewakili

keluarganya masuk juga ke email gua sih. Dan ini bagus karena bikin

artikel jadi komplit.

@hansdavidian: Jawaban Ibas apa atas pertanyaan2 gua? Yah beli

@jakpost besok donk....

@hansdavidian: Terakhir gua liat bentuk beritanya besok kayak gini >>

http://t.co/DtGZS6zu

@hansdavidian: Kalo staff-nya Ibas gak gua anggep intervensi sih.

Menurut gua dia baek mau fasilitasi komunikasi gua dengan bosnya

dengan cepet banget.

@hansdavidian: Yah segitu aja sih buzzing gua buat artikel

investigatif pertama gua di 2013 :p

@hansdavidian: Doain aku nanti bisa ngebuka data-data pajak capres2

2014 juga yah kakak2 :3

@hansdavidian: Oh yah,Ibas juga nitip salam ke gua lewat staff-nya

dan gua salamin balik. Akhirnya gua jadi sahabat Ibas juga.

Tidak ada komentar: