Selasa, 10 Januari 2012

Jambi Mengembalikan Kejayaan Perkebunan Karet Rakyat

Sadap : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (pegang alat sadap) didampingi Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus saat menyadap karet unggul milik petani karet, Dahlan Hamid, di Desa Niaso Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Kamis (22/9/11). Foto batakpos/rosenman manihuruk

Sadap : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (pegang alat sadap) didampingi Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus saat menyadap karet unggul milik petani karet, Dahlan Hamid, di Desa Niaso Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Kamis (22/9/11). Foto batakpos/rosenman manihuruk






Jambi, BATAKPOS

Rakyat Provinsi Jambi pada umumnya merupakan petani karet sejak tahun 1905 silam. Bahkan Jambi dikenal penghasil komuditi karet unggulan era tersebut. Provinsi Jambi hingga tahun 2005 lalu, mampu mengeksport karet sekitar 274.571 ton dengan nilai kurang lebih Rp 2,98 triliun. Program peremajaan karet (replanting) adalah solusi mengembalikan kejaan karet Jambi ke era berjaya silam.

Komposisi tanaman karet rakyat di Provinsi Jambi tercatat sekitar 130.656 Hektar (ha). Jumlah tersebut terbagi di sembilan kabupaten, masing-masing Batanghari (27.753 Ha), Muarojambi (12.583 Ha), Bungo (17.103 Ha), Tebo (17.792 Ha), Sarolangun (27.221 Ha), Merangin (22.154 Ha), Tanjung Jabung Barat ( 5.865 Ha), Tanjung Jabung Timur (125 Ha) dan Kabupaten Kerinci 40 Ha.

Seiring perkembangan jaman dan menggiurnya investasi perkebunan kelapa sawit, kini luas tanaman karet rakyat semakin menyempit akibat masuknya para investor multi nasional atau luar negeri dengan mengalihkan perkebunan karet kepada kelapa sawit. Bahkan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi semakin menggurita oleh petani-petani berdasi dan perusahaan.

Sengketa penyerobotan lahan perkebunan oleh oknum perusahaan, membuat petani karet di Provinsi Jambi semakin terpinggirkan bahkan harus rela melepaskan lahannya perkebunan karetnya kepada perusahaan akibat dibawah tekanan.

Minimnya perhatian terhadap petani karet di Provinsi Jambi, sehingga petani kerap mengalihkan perkebunan karetnya kepada kelapa sawit. Guna mengembalikan kejayaan perkebunan karet rakyat di era 1905an di Provinsi Jambi, sejak tahun 2006 lalu Pemerintah Provinsi Jambi mencanangkan program peremajaan (Replanting) karet tua 350 juta Ha selama lima tahun.

Program replanting 17.500 Ha karet dengan kebutuhan bibit 8.750.000 batang tahun 2006 sudah berjalan secara menyeluruh di sembilan kabupaten. Dana APBD tahun 2006 yang digelontorkan sebesar Rp60 milyar.

Program peremajaan 130.656 Ha karet tua secara bertahap di Provinsi Jambi merupakan prospek komuditi perkebunan yang gemilang masa depan. Sekitar 18 ribu petani di Provinsi Jambi akan menikmati program ini guna mewujudkan kesejahteraan para petani karet. Masing-masing petani yang memiliki satu hektar lahan akan menyerap 500 batang bibit karet.

Produsen Karet di Indonesia

Provinsi Jambi harus dipertahkan menjadi salah satu daerah produsen karet terbesar di Indonesia. Perkebunan karet di Jambi seperlima dari luas perkebunan karet nasional atau 600 ribu hektar lebih, dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia.

Hal itu dikatakan Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disela-sela penyadapan karet milik petani karet, Dahlan Hamid, di Desa Niaso Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Kamis (22/9/11).

Presiden SBY minta kepada Gubernur dan Bupati/Walikota se Provinsi Jambi agar memperhatikan industri pengolahan karet di Jambi, jangan sampai kurang, karena ini dapat merugikan petani.

Presiden juga berjanji melalui Menteri Pertanian RI akan menambah anggaran bidang perkebunan karet, khususnya untuk Provinsi Jambi.

“Saya punya pengalaman, dimana saat harga karet turun Ibu Ani selalu mendapat SMS dari berbagai daerah, yang meminta agar pemerintah bisa menaikkan harga keret. Dan Ibu selalu menyampaikan kepada saya, tetapi ketika harga karet naik tidak satupun yang SMS, namun selaku orang tua, dengan kenyataan ini tetap bersyukur, ketika keluarga besarnya mendapat rezeki yang halal,”katanya.

Presiden SBY juga menyampaikan terimakasih kepada peneliti, karena para peneliti juga merupakan pahlawan, pahlawan dibelakang layar, yang terus berusaha mendapatkan bibit yang terbaik, termasuk untuk bibit sawit, bibit jagung, bibit pada dan bibit-bibit yang lainnya.

“Saya berharap semua pihak terkait dan para bupati dan gubernur mengupayakan agar hasil perkebunan rakyat dapat meningkat. Karena perkebunan karet rakyat setiap hektar saat ini hanya dapat menghasilkan 800 kg/hektar/tahun. Sedangkan perkebunan yang dikelola perusahaan bisa menghasilkan dua ton setiap hektar/tahun. Kedepan bagimana perkebunan karet rakyat bisa lebih dari 800 kg/hektar/tahun, setidaknya 1000, hingga 1000 kg lebih setiap hektar/tahunnya,”katanya.

Disebutkan, tata niaga karet juga harus diperbaiki sehingga harga yang diperoleh petani bisa baik. Bagi yang memproses memerlukan biaya, tetapi agar adil, adil bagi petani, adil bagi perusahaan yang memproses lebih lanjut, sehingga dengan demikian semuanya mendapat keuntungan yang lebih baik.

Pemprov Jambi Komitmen

Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA) mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk mendapatkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membantu mengembangkan tanama karet rakyat di Provinsi Jambi. Karena Jambi adalah salah satu daerah penghasil karet.
Latex Petani Dusun Suka Damai-Desa Pondok Meja Kec Mestong Muarojambi. foto batakpos/rosenman manihuruk

“Kita berusaha mewujudkan rakyat Jambi bisa kembali bersemangat mengembangkan perkebunan karet di Jambi, sebagaimana yang pernah terjadi 100 tahun yang lalu, Jambi menjadi pengahasil karet terbesar di Indonesia. Pemprov Jambi juga berkomitmen guna mengembalikan kejayaan karet Jambi,”katanya.

Disebutkan, saat ini lebih kurang ada 650 ribu hektar, dari luasan itu masih ada lebih kurang 120 ribu hektar terdiri dari kebun karet tua milik rakyat, sehingga produktipitasnya rendah. Kemudian juga dari luasan tersebut Pemerintah Provinsi Jambi telah meremajakan seluas 85 ribu hektar, yang dimulai dari tahun 2006.

Gubernur Jambi Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (HBA) bersama Wakil Gubernur Jambi Drs. H. Fachrori Umar, M. Hum, dalam Visinya membangun Provinsi Jambi lima tahun kedepan telah mencanangkan Jambi EMAS (Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera) tahun 2015.

Visi ini dituangkan dalam lima program prioritas pembangunan Provinsi Jambi, yang terdiri dari peningkatan infrastruktur wilayah dan energi, pendidikan dan kesehatan serta sosial budaya, pengembangan ekonomi rakyat, investasi dan kepariwisataan, ketahanan pangan dan sumber daya alam serta lingkungan hidup dan penataan tata pemerintahan yang baik.

Memasuki usia Provinsi Jambi Ke-55 pada 6 Januari 2012 serta Hari Pers Nasional (HPN) Ke 27 ( 9 Februari 2012-tuan rumah Jambi) mendatang, Pemprov Jambi juga mencanangkan pengembangan replenting karet tua tahap kedua yang direncanakan akan dilakukan secara simbolis oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kabupaten Batanghari.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi, Ir. Tagor Mulia Nasution, mengatakan, sehubungan dengan program peremajaan karet tua rakyat di Provinsi Jambi, berharap program ini bisa menjadi gerakan nasional (gernas) seperti kakau yang dilaksanakan di Indonesia Timur.

Menurutnya, dilakukannya penyadapan perdana oleh Presiden SBY belum lama ini, hal itu sebagai harapan, agar rakyat bisa kembali bersemangat mengembangkan perkebunan karet di Provinsi Jambi sebagai komuditi unggulan, sebagaimana yang pernah terjadi 100 tahun yang lalu, Jambi menjadi pengahasil karet terbesar, ini sebagai wujud penyuluhan dari seorang Kepala Negara, katanya.

Disebutkan, penyaadapan perdananya yang dilakukan Presiden SBY di kebun milik H. Dahlan Hamid, di Desa Niaso Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi merupakan karet unggul dengan klon PB260.

Bibit tersebut merupakan jenis karet yang cukup tahan dengan kondisi cuaca yang sangat ektrim, hasil lateknya banyak dan kayunya bagus untuk Forniture, dan untuk bahan-bahan bangunan lainnya. Sehingga sangat diminati oleh petani di Provinsi Jambi.

“Jika petani menanam bibit unggul, maka pendapatannya akan tinggi dan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Untuk pengembangan perkebunan karet di Jambi, saat ini lebih kurang ada 650 ribu hektar, dari luasan itu masih ada lebih kurang 120 ribu hektar terdiri dari kebun karet tua milik rakyat. Sehingga produktipitasnya rendah. Kemudian juga dari luasan tersebut Pemerintah Provinsi Jambi telah meremajakan seluas 85 ribu hektar, yang dimulai dari tahun 2006,”katanya.

Menurut Tagor, peremajaan kebun karet rakyat yang dilakukan pada musim tanam 2006, saat ini sudah siap untuk disadap. Ini menunjukkan bahwa bibit-bibit yang telah dibagikan kepada masyarakat oleh Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten dalam Provinsi Jambi benar-benar bibit unggul, karena mulai usia 4,5 tahun tanaman karet sudah bisa mualai dipanen.

Disebutkan, hingga kini masyarakat yang memanfaatkan bibit karet unggul baru mencapai 20 persen dari luasan kebun karet rakyat, sisanya masih menggunakan bibit alam, ini secara bertahap dalam peremajaan kebun karet rakyat akan menggunakan bibit unggul, sehingga kedepan di Jambi diharapkan tidak ada lagi kebun karet rakyat yang menanam bibit alam.

“Dari studi banding ke Thailand, yang dilakukan petani di Tailand sehingga produksi karetnya rata-rata tinggi, bisa mencapai 2 ton/hektar/tahun, sementara hasil perkebunan karet rakyat Jambi saat ini baru mencapai 800-900 kg/hektar/tahun,”katanya.

Tanaman karet merupakan tanaman yang sudah membudaya bagi masyarakat Jambi sebagai matapencarian pokok sejak zaman Belanda. Oleh karena itu tanaman ini mempunyai emosi historis yang cukup penting bagi petani-pekebun di Provinsi Jambi.

Disamping itu kontribusi tanaman karet terhadap PDRB Provinsi Jambi cukup baik dibanding dengan komoditi lain. Kondisi ini didukung oleh data dan fakta sebagaimana yang telah disinggung di atas.

Disebutkan, kabupaten yang memiliki areal perkebunan karet terbesar adalah kabupaten Merangin dengan luas 122.063 ha, diikuti Kabupaten Sarolangun, Batanghari dan Tebo.

Produksi karet Provinsi Jambi sebesar 271.752 ton dalam bentuk slab/bokar, terutama yang berasal dari karet rakyat dan eksport utama dalam bentuk SIR–20. Total eksport 189.498.720, dengan nilai 500.959.666,56 US$.

Merangin dan Tebo terdapat peluang untuk mendirikan maing-masing 2 (dua) Pabrik Crumb Rabber karena belum ada di kabupaten tersebut. Jika dilihat berdasarkan kapasitas pabrik dan luas areal kebun , masih ada peluang untuk mendirikan crumb rabber di Kabupaten Sarolangun 1 (satu) atau 2 (dua) pabrik. Disamping itu produk yang dihasilkan crumb rabber dimungkinkan untuk menghasilkan SIR selain SIR 20 sebagaimana yang telah ada.

Peluang industri hilir yang berasal dari lateks, antara lain adalah, karet busa, sarung tangan, kondom, peralatan medis, seni, dll (berasal dari lateks pekat). Industri Ban, komponen industri, automotif, alas kaki, barang rumah tangga dsb. (berasal dari SIR, RSS, ADS, krep).

Industri komoditi karet ini belum ada di Provinsi Jambi, karenanya harga produk yang ditawarkan mempunyai prospek yang cukup kedepan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.

HTI Karet Mengentaskan Pengangguran

Sementara itu Direktur Utama (Dirut) PTP VI Jambi-Sumbar, Iskandar Sulaiman, baru-baru ini mengatakan, guna mengentaskan kemiskinan dan pengangguan di Provinsi Jambi serta mensukseskan visi Gubernur dan Wakil Gubenrur Jambi mewujudkan Jambi EMAS 2015, PTP VI mendapat izin dari Menteri Kehutanan RI untuk mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) karet.

“Ini merupakan momen penting dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di Provinsi Jambi. Karena HTI karet sangat padat karya, dimana setiap dua hektar mempekerjakan dua-tiga orang tenaga kerja. Saat ini sudah dicoba di Kabupaten Sarolangun dengan luasan 10.400 hektar, kemudian ditambah Gubernur Jambi seluas 32 ribu hektar, dari target 100 ribu hektar. Jika telah mencapai 100 ribu hektar, berarti ada 50 ribu tenaga kerja yang dapat diserap,”katanya.

Disebutkan, HTI karet dapat memberikan kesempatan kerja bagi 50 ribu tenaga kerja, artinya upaya Pemerintah Provinsi Jambi untuk mengentaskan kemiskinan dan membuka lapangan perkejaan dapat tercapai.

Menurut Iskandar Sulaiman, bahwa HTI karet ini beda dengan perkebunan lainnya, dimana lahan yang digarap oleh PTP VI adalah milik Negara, yang mengerjakan juga BUMN, jadi kelangsungannya juga harus dijaga, karena dampaknya juga untuk luas.

Ditambahkan, HTI karet mempunyai tiga keunggulan, sebagai konservasi hutan yang rusak, pohon karet dapat menyerap CO2 dan mengeluarkan O2, sama sejajar dengan yang dihasilkan hutan alam.

Disamping mendorong pertumbuhan perekonomian, dimana dari pohon kayu karet dapat menghasilkan devisa yang cukup besar, demikian juga dengan latek (getah) yang dihasilkan, saat ini harga karet dunia mencaapai 4,6 dolar Amirika per kilonya.

Harapan Petani Karet

H. Dahlan Hamid, pemilik kebun karet yang dipilih sebagai tempat penyedalam oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Desa Niaso Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, September lalu mengatakan, pihaknya berharap agar pemerintah bisa menstabilkan harga karet.

Hamid mengharapkan adanya bantuan pemerintah, karena saat ini saat mengolah lahan tidak lagi dibakar, sebagaimana yang diharapkan pemerintah, tetapi permasalahannya petani saat ini tidak dapat menanam palawija hingga menjelang karetnya bisa disadap.

“Karena tanahnya tidak subur, jika dibakar tanah subur dan bisa menanam palawija sebagai pengahasilan tambahan. Jika lahan kebun karet dijadikan tumpang sari sebelum karet panen, pemerintah bisa membantu dengan pupuk subsidi,”katanya.

DR. Teguh, Doktor peneliti termasuk peneliti karet mengatakan, bahwa bibit yang diperlihatkan kepada Presiden SBY di Desa Niaso, merupakan bibit hasil persiolangan hasil penelitian yang dilakukan selama 15 tahun, yang menghasilkan bibit unggul Indonesia Rabber Riset (IRR) 118, jenis ini yang disebarkan kepada masyarakat pekebun.

Dari hasil persilangan minimal dapat menghasilkan kayu 300 M kubik setelah berusia 25 tahun, disamping lateknya, harga karet basah di petani saat ini mencapai Rp19.000,-/kg. Sedangkan harga eksport Rp40 ribu/kg, setelah diolah.

Kliwon, salah seorang kelompok tani karet di Km 14 Desa Pondok Meja Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi mengatakan, dirinya melakukan pembibitan dengan bantuan dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Giling karet petani Dusun Suka Damai, Desa Pondok Meja, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. foto batakpos/rosenman manihuruk

Disebutkan, bibit karet yang diberikan secara gratis merupakan bibit unggul yang diterima petani karet di Kelompok Budi Utomo Pondok Meja yang mempunyai anggota 28 orang. Pembibitan tersebut kini sudah memberikan hasil bagi petani setempat.

Sementara harga jual karet alam jenis slab bersih kadar karet kering (KKK) yang merupakan komoditas andalan Provinsi Jambi, stabil. Karet alam untuk semua jenis yang diperdagangkan di pasar lelang komoditi Jambi, Rabu (7/12) tetap stabil. Harga karet slab bersih 100 persen masih tetap dijual Rp 27.800/kg.

Staf Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Jambi, Karman, mengatakan, stabilnya harga komoditi ekspor itu, karena permintaan konsumen normal. Begitu juga harga di pasaran luar negeri juga tidak mengalami lonjakan dan stok cukup tersedia.

Harga karet slab bersih 100 persen masih tetap dijual Rp 27.800/kg, slab bersih 70 persen Rp 19.460/kg dan slab bersih 50 persen ditawarkan Rp 13.900/kg.

Semenara harga jual getah di tingkat petani ke pedagang pengumpul masih bertahan Rp 10.000/kg hingga Rp 11.000/kg tergantung kualitas dan permitaan para pedagang pengumpul.

Kilas Balik Program Replanting Karet

Guna mengevaluasi program replanting karet yang dicanangkan sejak 2006 lalu, banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam program tersebut. Program pro rakyat tersebut tidak sedikit yang menuai masalah, mulai dari distribusi bibit karet ilagal (bibit haram) hingga proses tender pengadaan bibit karet unggul.

Perjalanan program ini berawal dari pengesahan Program Replanting Karet 17.500 Ha di APBD 2006 awal Tahun 2006 lalu. Kemudian dilanjutkan pertemuan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jambi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi di Ruang Komisi II DPRD Provinsi Jambi, Selasa (11/04/2006) lalu.

Program replanting karet tua di Jambi secara simbolis penanaman perdana bibit unggul dicanangkan oleh Wakil Presiden (Wapres) RI, H Muhammad Jusuf Kalla di Desa Sebapo KM 18, Kabupaten Muarojambi, Rabu (24/08/2006).

Saat usia Provinsi Jambi memasuki 50 tahun (Sabtu 06 Januari 2007) lalu, Pemerintah Provinsi Jambi berniat mengembalikan kejayaan karet Jambi 100 tahun lalu dan 5 tahun belakangan sudah berjalan.

Sejak digulirkannya program itu Maret 2006 lalu, banyak mengundang reaksi positif maupun negatif dari berbagai kalangan. Tidak itu saja, para kontraktor-pun berebut untuk mendapatkan proyek pengadaan bibit dan kelengkapannya tersebut hingga terjadi kericuhan saat pelaksanaan lelang.

Intervensi dari oknum politisi di daerah ini juga mengendus guna memperjuangkan rekan mereka mendapatkan proyek pengadaan bibit karet itu. Tudingan bertubi-tubi di media massa terhadap instansi teknis yang menjalankan program ini juga mengalir begitu cepat. Yang lebih buruk lagi, kondisi alam pun-ikut menghambat perjalanan program Replanting karet yang dikhususkan bagi petani miskin di Provinsi Jambi. Sehingga program ini molor hingga penambahan waktu tiga bulan pada tahun 2007.

Tarik ulur kepentingan kalangan oknum anggota dewan provinsi, LSM, lembaga terkait hingga kontraktor membuat program itu sepertinya banyak ditemui kejanggalan. Penjaringan calon petani dan calon lahan juga banyak ditemui dilapangan.

Bahkan sejumlah LSM menuding program peremajaan karet itu gagal. Mereka juga mengatakan kalau program itu salah judul karena pada kenyataannya pembukaan lahan bukan penebangan karet tua, namun pembukaan lahan tidur. Sejumlah kalangan juga mendesak Pemerintah Provinsi Jambi untuk merencanakan ulang program tersebut dengan judul "Perluasan Perkebunan Karet Rakyat Jambi".

Perjalanan panjang program karet di Provinsi Jambi saat ini, membuka lembaran baru mengulangi kejayaan petani karet Jambi sejak tahun 1905 silam. Bahkan Jambi dikenal penghasil komuditi karet unggulan era tersebut.

Dimulainya program ini dimulai dari melakukan seleksi calon petani dan lokasi lahan di sembilan kabupaten dalam Provinsi Jambi.

Guna mendukung program replanting karet telah diterbitkan SK Gubernur Jambi No.58 Tahun 2006 tanggal 2 Maret 2006, tim eksteren dalam program ini melibatkan dinas Perkebunan, Pertanian, Kehutanan, Koperasi, Perindah, Perhubungan, BPTP, BDAPTLR, PT.Pusri, HKTI, APKARINDO, GAPKINDO, Bappeda dan Biro Ekbang Provinsi Jambi.

Bahkan para camat seluruh Provinsi Jambi, khususnya yang berada di sembilan kabupaten untuk mendukung program Replanting karet tua. Camat sebagai ujung tombak pemerintah diharapkan dapat mengawasi jalannya proyek bagi petani miskin tersebut.

Dalam dukungan program tersebut, Pemprov Jambi juga telah membentuk tim penilai bibit karet di Ruang Rapat Utama Gubernur Jambi, Senin (01/05/2006) lalu. Rapat tim tersebut dihadiri oleh Dinas Perkebunan, Pertanian Provinsi Jambi, Disperindag, Ekobang Provinsi Jambi, Bapemproda Provinsi Jambi, Dirut PTP VI Jambi, Pimpinan BRI, Bank Mandiri, BNI Cabang Jambi.

Tim saat itu diminta oleh Gubernur Jambi agar menjalankan tugasnya masing-masing dengan professional dan bertanggung jawab. Dan kepada pemasok bibit karet agar dibuatkan surat pernyataan tentang sertivikasi bibit. Sehingga jika terjadi kesalahan atau pemalsuan bibit, dapat dituntut dan dipertanggung jawabkan oleh pihak pemasok bibit tersebut.


Kemudian Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, juga membentuk tim khusus pengawas bibit karet. Tim tersebut dibentuk di setiap kabupaten yang menerima program peremajaan karet tersebut. Program tersebut bukanlah sepenuhnya tanggung jawab Dinas Perkebunan Provinsi Jambi semata. Disbun hanya sebagai tenaga penyediaan barang dan jasa.

Jangan Pasok “Anak Karet Haram”

Perhatian terhadap bibit karet tidak hanya datang dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) Dr.Ir.Didiek Hadjar Goenadi, MSc APU juga memiliki perhatian serius terhadap bibit karet itu. Dirinya menegaskan supaya kontraktor pemenang tender pengadaan bibit karet, jangan memasok “anak karet haram” (bibit palsu) pada program peremajaan karet tua di Provinsi Jambi.

Didiek menambahkan, secara nasional, Jambi mampu memproduksi karet rakyat 159.030 Ton dari luas areal 424.363 Ha /tahun. Produktifitas tersebut masih rendah, karena sentra produksi penghasil karet alam (karet rakyat).

Toke Karet : Seorang toke karet di Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi tengah menimbang karet-karet dari petani. Kini harga slab bersih 100 persen masih tetap dijual Rp 27.800/kg, slab bersih 70 persen Rp 19.460/kg dan slab bersih 50 persen ditawarkan Rp 13.900/kg. Foto batakpos/rosenman manihuruk


“Untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat, Pemerintah Pusat melakukan pola perkebunan inti rakyat (PIR), pola unit pelaksana Proyek (UPP) dan pola pengembangan partial. Jambi sudah termasuk yang menjalankan program tersebut,”katanya.

Gubernur Jambi juga meminta agar Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mengantisipasi adanya petani berdasi. Indikasi kearah penyimpangan itu rentan terjadi. Untuk itu, katanya, pihak pelaksana proyek harus kros cek kelapangan. Sehingga petani-petani berdasi tersebut dapat dihindari.

Disebutkan, masukan-masukan dari wartawan, masyarakat, LSM, menjadi bahan introfeksi dan mengontrol jalannya proyek tersebut. Pihaknya juga akan meminta laporan dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi terkait dengan pelaksanaan program replanting karet tua itu. (rosenman manihuruk-ANGGOTA PWI CABANG JAMBI).(NB : Tulisan ini dalam rangka lomba karya tulis wartawan anggota PWI Jambi jelang HUT Provinsi Jambi ke 55 tahun (6 Januari 2012) dan Hari Pers Nasional Ke 27 ( 9 Februari 2012).

Tidak ada komentar: