Jumat, 15 Juli 2011

Masyarakat Batak di Jambi Sulit Dapatkan Film VCD “Anak Sasada”


Jambi, BATAKPOS

Sejak peluncuran film berjudul “Anak Sasada” (anak semata wayang) dalam bentuk perangkat Video Compeck Disc (VCD) di Medan Sumatera Utara dua pekan lalu, permintaan akan VCD film tersebut di Jambi tinggi. Namun hingga Rabu (13/7/11) VCD film produksi Constellazione Entertainment yang disutradarai Pontyanus Gea itu sulit didapatkan di sejumlah penjual VCD di Kota Jambi.

Seorang pedagang VCD di Pasar Jambi, Tono Butarbutar kepada BATAKPOS, Rabu (13/7) mengatakan, hingga kini VCD film berbahasa Batak Toba pertama yang berjudul Anak Sasada itu belum beredar di Jambi.

“VCD film itu belum ada beredar di Jambi lae. Padahal peminat VCD itu cukup tinggi berdasarkan promosi jejaring sosial dan media BATAKPOS dan juga media online. Namun hingga kini agen VCD BATAK dari Jakarta belum ada mengirimkan VCD film itu ke Jambi,”kata personil Trio Altova ini.

Menurut Tono, jumlah masyarakat BATAK di Provinsi Jambi cukup banyak hingga mencapai 25 kepala keluarga se Provinsi Jambi. Bahkan di Kota Jambi sendiri mencapai 5000 KK lebih.

Film berbahasa daerah yang memotret realitas keseharian masyarakat Batak diminati penonton sekaligus menjadi pengobat rindu masyarakat akan hiburan berbahasa daerah. Film juga membuat penonton mencintai bahasa daerahnya.

Seperti diberitakan BATAKPOS sebelumnya, animo masyarakat pada film berbahasa Batak Toba pertama yang berjudul Anak Sasada yang diluncurkan dua pekan lalu cukup membuka mata masyarakat Batak akan makna kehidupan.

Film produksi Constellazione Entertainment yang disutradarai Pontyanus Gea itu dirilis dalam bentuk VCD berjumlah 50.000 keping dan diedarkan melalui 11 agen di Sumatera Utara dan sekitarnya serta di Jakarta. Selama sepekan produsen menyatakan film sudah terjual lebih dari 15.000 keping.

Sebelumnya Pontyanus juga telah meluncurkan film berbahasa Nias berjudul Ono Sitefuyu (Anak Sesat) dalam 11 episode dan terjual sebanyak 220.000 keping di Pulau Nias. Film membuat b anyak orang mencintai bahasa Nias dan tidak malu menjadi orang Nias, tutur Ponty

Film diproduksi dengan biaya sekitar Rp 400 juta dan dijual eceran Rp 30.000 untuk dua episode dalam satu paket berisi dua keping VCD. Pontyanus yang juga menjadi juru kamera dan editor dalam pembuatan film itu hanya menggunakan satu kamera untuk mengambil gambar.

Penulis skenario Anak Sasada Thomson HS mengatakan film berupaya memotret realitas yang terjadi pada masyarakat dalam dialog berbahasa daerah yang baik.

Film menggambarkan kesenjangan ekonomi dan pendidikan pada masyarakat sub kultur Batak Toba. Film bercerita tentang seorang anak laki-laki yang yang bosan dengan kemiskinannya hingga pergi dari kampungnya di tepi Danau Toba menuju Kota Medan.

Ia sempat menjual ulos keluarga untuk mendapatkan uang. Cerita bergulir pada kisah si anak di Kota Medan dan bagaimana orang tuanya yang ditinggalkan di kampung. ruk
=========

Info Agen VCD Film Anak Sasada

FILM Anak Sasada produksi Constellazione (CZ) Entertainment diluncurkan Senin (27/6/2011). Film besutan sutradara Pontyanus Gea ini sementara masih diedarkan di 15 kabupaten/kota di Sumatera Utara dan 2 provinsi lain. Peredaran di daerah lain akan dilakukan dua pecan minggu setelah peluncuran.

“Anak Sasada diproduksi dalam bentuk VCD dan didistribusikan melalui distributor di tiap kabupaten/kota. Selain di Sumut, film ini juga diedarkan di Sumatera Barat, Riau, dan Jakarta. Pendistribusian dilakukan secara bertahap dan kami berharap menjangkau seluruh wilayah Indonesia,” jelas Pimpinan Produksi Anak Sasada, Emilia Sarumaha.

Masyarakat yang ingin mendapatkan film ini dapat menghubungi distributor di masing-masing daerah. Untuk Medan dan sekitarnya dapat menghubungi 082161058540. Wilayah Deliserdang dan Serdang Bedagai didapatkan melalui Agus Surbakti (082168744217) dan Sibolangit melalui Bisma (081375658001).

Kabupaten/kota lain yang menjadi daerah pendistribusian Anak Sasada adalah Dairi dan Pakpak Bharat (Harianja, 082168920770), Humbang Hasundutan (Juandi Nababan, 081396480097), Karo (Jupiter Sinulingga, 081362149123), Labuhanbatu dan Rantau Prapat (M. Rangkuti, 081396789867), Simalungun (Rinto Situmeang, 085261190866).

Di Tapanuli Selatan masyarakat dapat menghubungi F. Daely (081370317522), Tapanuli Tengah dan Sibolga (Ama Nidar, 081274589031), Tapanuli Utara (D. Hutapea, 081361717704), Toba Samosir dan Tobasa (Harianja, 082168920770). Sementara itu di Sumatera Barat dan Riau, film Anak Sasada diperoleh melalui H. Hasan (081365585678).

“Teknis pendistribusiannya yang memungkinkan untuk kita lakukan memang seperti ini. Sebagai produksi mandiri, kami menjalin kerjasama dari teman-teman. Semua semaksimal mungkin dilibatkan. Termasuk rekan-rekan pers,” ujar Emilia.

Realitas Kemiskinan

Film Anak Sasada dalam dialog bahasa Batak Toba menggambarkan realitas kemiskinan perdesaan di Tapanuli melalui tokoh Sabungan. Ia meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ternyata tanah perantauan tak seperti dugaan. Sabungan terlibat masalah dengan kelompok bandit dan menjumpai nasib tragis.

Pontyanus Gea cakap mengemas skenario yang ditulis budayawan Thompson HS. Meski ia sedikit kesulitan mengarahkan pemain karena tak semua pemain berdarah Batak Toba. Bahkan sebagian pemain berdarah Batak Toba pun terlihat kesulitan mengucapkan dialog. Kesulitan bahasa ini dipecahkan dengan menggandeng Batakolog, Manguji Nababan, sebagai penyelaras bahasa. (Sumber http://www.medantalk.com)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

KEPADA PARA PEMBELI ATAU PENGGEMAR VCD PERDANA TRIO VOLUME 4 , KAMI MOHON SEBELUM MEMBELI VCD PERDANA TRIO VOLUME 4 , AGAR TIDAK MENGECEWAKAN PEMBELI , MOHON SAAT MEMBELI TOLONG PERIKSA DI DISK VCD NYA YAITU DI BAWAH FOTO PERDANA TRIO TERTULIS NOMOR SENSOR HARUS NOMOR : 6012/VCD/R/PA/11.2017/2012 DAN DIBELAKANG COVER VCD ADA TANDA GAMBAR BINTANG DIKIRI DAN KANAN DI TULISAN * THE BEST OF THE BEST * KALAU ANDA TIDAK MENEMUKAN TANDA YANG SEPERTI KAMI BERITAHUKAN , ANDA DAPAT MENGHUBUNGI KAMI KE 081286827008 DENGAN MEMBERITAHUKAN ALAMAT DISTRIBUTOR ATAU PEDAGANG VCD TSB DEMIKIAN HARAP DIMAKLUMI