Kamis, 01 Juli 2010

Musim Kemarau di Jambi Juli-September Perlu Diwaspadai


Jambi, BATAKPOS

Musim kemarau singkat di Provinsi Jambi diperkirakan akan terjadi pada pertengahan Juli hingga September. Kemarau singkat kali ini dipengaruhi oleh masih panasnya suhu muka laut di sebelah Barat Sumatera dan tekanan rendah di Samudera Hindia.

Kemarau ini juga perlu diwaspadai agar jangan sampai terjadi pembakaran hutan dan lahan perkebunan di Provinsi Jambi. Jika musim kemarau tiba, pembakaran lahan dan hutan sering dimanfaatkan warga untuk membuka lahan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi (BMKG) Jambi, RL Tobing kepada BATAKPOS di Jambi, Jumat (25/6) mengatakan, suhu dan tekanan tersebut akan menimbulkan pertumbuhan awan hujan di Provinsi Jambi. Walaupun hujan berintensitas rendah dan sedang ini terjadi selama kemarau hanya bersifat lokal.

"Hujan bisa terjadi pada saat kemarau, walaupun hujan tidak merata. Seperti di Telanaipura hujan, dan di daerah Kota Baru tidak hujan. Seharusnya kemarau singkat ini sudah dimulai sejak Mei lalu,”katanya.

Diperkirakan, kemarau bisa diwaspadai jangan sampai menimbulkan titik api yang dapat mengganggu jarak pandang penerbangan. Seperti yang terjadi sebelumnya, kemarau juga bisa menyurutkan debit Sungai Batanghari.

"Musim penghujan pada tahun-tahun sebelumnya sudah terjadi pada pekan ketiga Oktober. Namun, pada tahun ini terjadi kemunduran. Saat ini, Jambi memasuki masa transisi," katanya.

Menurut RL Tobing, selama masa transisi, kondisi cuaca cenderung ekstrem. Hal tersebut terlihat dalam sepekan terakhir, suhu sangat tinggi pada siang hari, lalu beberapa kali terjadi angin kencang serta hujan deras menjelang sore.

Kencangnya angin bahkan sampai mengakibatkan sejumlah pohon tumbang di Kota Jambi dan atap rumah terbang di Kabupaten Muaro Jambi baru-baru ini.

Musim Tanam

Mundurnya musim penghujan, pihak BMKG Jambi mengimbau petani untuk menyesuaikan jadwal tanam mereka. Sebaiknya petani ikut mengundurkan waktu tanamnya.

Dalam pantauan di sentra penanaman padi Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, para petani belum menebar benih padi. Hamparan sawah tadah hujan masih dipenuhi dengan rumput liar. Hanya sebagian kecil petani yang tetap menanami lahan mereka dengan sayuran yang dapat dipanen dalam jangka pendek.

Sementara itu BMKG Provinsi Jambi hingga kini masih mengalami kekurangan alat deteksi cuaca maupun alat deteksi gempa. Peralatan operasional banyak yang rusak akibat sering padamnya aliran listrik dari PLN. Pihak BMKG Jambi meminta Pemerintah Pusat untuk memenuhi sarana alat BMG menyusul Provinsi Jambi merupakan daerah Gempa.

Kepala BMKG Provinsi Jambi, RL.Tobing, mengaku telah melaporkan permasalahan yang dihadapi BMG Jambi kepada Ketua dan 15 Anggota Komisi V DPR RI saat kunjungan kerja ke Jambi, Desember 2009 lalu.

“Kita sangat mengaharapkan kedepan bisa terpenuhi segala kekuarangan alat deteksi tersebut. Karena alat tersebut penting guna mendeteksi perubahan cuaya di Provinsi Jambi,”katanya.

Disebutkan, ada empat permasalahan prioritas yang dihadapi BMKG Jambi saat ini. Pertama karena sering terjadi pemadaman listrik, menimbulkan kerusakan alat operasional, jaringan peramatan masih belum representative jika dibandingkan dengan luas Provinsi Jambi, perlu dirintis pembangunan radar cuaca, stasiun meteorology maritime dan stasion geofisika, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tersedia masih terbatas. ruk

Tidak ada komentar: