Selasa, 09 April 2024

Penampakan Gerhana Matahari di Montreal Canada

Foto By: Riana Saragih Manihuruk
Warga Montreal Cana Riana Saragih Manihuruk asal Hutaimbaru mengabadikan Gerhana Matahari di Montreal, Canada, 8 April 2024. Jepretan Marcello! Gelafff Pukul 3:30 sore barusan waktu Canada, Gerhana Matahari, Selasa (9/4/2024) Pukul 08.00 WIB.

Pada tanggal 8 April 2024, langit di beberapa bagian Amerika Utara akan menjadi gelap sesaat ketika bulan menutupi matahari sepenuhnya selama gerhana matahari total.

Gerhana matahari total memungkinkan pengamat melihat atmosfer tipis matahari yang biasanya tenggelam oleh cahaya terang. Gerhana Matahari adalah fenomena alam yang terjadi ketika Bulan bergerak diantara Matahari dan Bumi. 

Ketika ini terjadi, Bulan dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan Matahari, tergantung pada posisi relatif antara Matahari, Bulan dan Bumi. 

Peristiwa ini terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, sehingga menutupi permukaan Matahari sepenuhnya. Gerhana Matahari total terjadi kira-kira setiap 18 bulan di beberapa lokasi di Bumi. Gerhana Matahari total terakhir yang melintasi Amerika Serikat terjadi pada 21 Agustus 2017.

Sebuah tim ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh Aberystwyth University, akan melakukan eksperimen daridekat Dallas, lokasi yang berada di jalur totalitas selama gerhana.

Tim tersebut terdiri atas mahasiswa doktoral (PhD) dan peneliti dari Aberystwyth University, Nasa Goddard Space Flight Center di Maryland, dan Caltech (California Institute of Technology) di Pasadena.

Teliti korona selama gerhana. Ada penelitian berharga yang bisa dilakukan para ilmuwa selama gerhana, yang sebanding atau bahkan lebih baik dari yang bisa dicapai melalui misi ruang angkasa.

Eksperimen para ilmuwan ini mungkin juga dapat mengungkap teka-teki lama tentang bagian terluar atmosfer Matahari, yaitu korona atau mahkota Matahari. Cahaya Matahari yang kuat terhalang oleh Bulan saat terjadi gerhana matahari total.

Artinya, kita dapat mengamati korona Matahari yang redup dengan kejelasan yang luar biasa, dari jarak yang sangat dekat dengan Matahari. Mengukur korona sangatlah sulit tanpa adanya gerhana.

Hal ini memerlukan teleskop khusus yang disebut ‘coronagraph’, yang dirancang untuk menghalangi cahaya langsung dari Matahari. Kejelasan pengukuran selama gerhana bahkan melampaui coronagraf yang berbasis di luar angkasa.

Adapun teka-teki yang masih belum terjawab mengenai korona adalah pengamatan bahwa ia jauh lebih panas daripada fotosfer (permukaan Matahari yang terlihat). Saat kita menjauh dari benda panas, suhu di sekitar seharusnya menurun, bukan meningkat.

Bagaimana korona memanas hingga mencapai suhu yang sangat tinggi adalah salah satu pertanyaan yang akan diselidiki para ilmuwan. Untuk melakukan analisis ini, tim peneliti memiliki dua instrumen ilmiah utama. Pertama adalah Cip (polarimeter pencitraan koronal).

Instrumen tersebut mengambil gambar mahkota Matahari dengan polariser. Cahaya yang ingin diukur dari korona sangat terpolarisasi, artinya cahaya tersebut terdiri atas gelombang-gelombang yang bergetar dalam satu bidang geometris.

Polariser adalah filter yang membiarkan cahaya dengan polarisasi tertentu melewatinya, sekaligus menghalangi cahaya dengan polarisasi lain.

Gambar Cip akan memungkinkan ilmuwan untuk mengukur sifat dasar corona, seperti kepadatannya. Hal ini juga akan menjelaskan fenomena seperti angin matahari.

Cip dapat membantu mengidentifikasi sumber aliran angin tertentu di atmosfer Matahari. Pengukuran langsung medan magnet di atmosfer Matahari sulit dilakukan, tetapi data gerhana memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari struktur skala halusnya dan menelusuri arah medannya.

Para ilmuwan akan dapat melihat sejauh mana struktur magnet yang disebut ‘loop’ magnet ‘tertutup’ besar memanjang dari Matahari. Hal ini, pada gilirannya akan memberi informasi tentang kondisi magnetis berskala besar di korona. (Kompas.com)

  (AsenkLeeSaragih) 
Foto By: Marcello



Tidak ada komentar: