Selasa, 20 Januari 2015

Tragedi AirAsia, Kapal Asing 'Balik Kanan' dari Selat Karimata



Selat Karimata-Banyak negara yang turun tangan membantu proses pencarian hingga evakuasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Kapal milik tentara angkatan laut Tiongkok menjadi yang terakhir 'balik kanan' dari Selat Karimata.

“Terakhir tadi pagi kapal China sudah pamit, sudah diizinkan," ujar Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksda Widodo.

Hal ini disampaikan Widodo kepada wartawan di KRI Banda Aceh, Minggu (18/1). Saat ini‎ tinggal 3 kapal milik Indonesia yang bertahan di area badan pesawat.

Tiga kapal tersebut yakni KRI Banda Aceh, kapal Crest Onyx, dan KRI Soputan. ‎ ‎"Tinggal kapal-kapal itu yang saat ini fokus di sini," imbuhnya.


Saat ini, operasi pencarian jenazah masih dilakukan. Tim SAR juga masih berupaya mengangkat bodi pesawat di kedalaman Selat Karimata. Hari ini, tim penyelam sudah menandai titik tersebut.

Operasi Berhenti karena Cuaca

TNI AL menerjunkan sekitar 20 penyelam menuju titik penemuan main body pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata. Penyelaman berhasil dilakukan satu kali, setelah itu cuaca buruk menghentikan operasi ini.

“Tadi satu kali penyelaman lalu cuaca buruk," ujar Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksda Widodo. mHal ini disampaikan Widodo kepada wartawan di KRI Banda Aceh yang masih berada di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.

Widodo mengatakan kondisi cuaca seperti ini masih akan bertahan selama 4 hari ke depan.  Dalam sekali penyelaman tersebut, para penyelam mampu menemukan titik badan pesawat dan memasang marker sebagai tanda untuk misi selanjutnya. “"Sehingga besok bisa langsung fokus," imbuhnya.

Dalam sekali penyelaman tersebut, para penyelam mampu menemukan titik badan pesawat dan memasang marker sebagai tanda untuk misi selanjutnya. “Sehingga besok bisa langsung fokus," katanya.

 Dari Pijat Hingga Laundry Gratis

Ada saja cerita di balik sebuah bencana. Berbagai hal dan kisah menarik di Posko Pangkalan Bun ditemukan di tengah-tengah operasi SAR AirAsia QZ8501. Mulai dari yang menegangkan hingga menggelikan.

Landasan Udara Pangkalan Bun tiba-tiba menjadi ramai setelah dijadikan Posko Utama AirAsia QZ8501. Tenda-tenda bantuan pun didirikan relawan yang menyediakan makanan, snack, sampai laundry gratis.

Selama hampir 3 minggu operasi pencarian, ada lebih dari 10 tenda bantuan yang didirikan. Ada yang dari perusahaan, Pemda, yayasan, maupun organisasi. Hampir semua tenda bantuan menyediakan kopi dan beragam snack, termasuk makanan khas Pangkalan Bun seperti Soto Manggala, soto dengan singkong sebagai pengganti nasi.

Tujuan tenda-tenda ini adalah untuk memberikan bantuan logistik bagi relawan, anggota Basarnas, personel TNI dan anggota SAR gabungan lainnya, termasuk untuk awak media yang hingga hari ini masih berada di Posko untuk mengetahui perkembangan operasi SAR.

“Kami sudah stand by sebenarnya sejak hari pertama sejak kejadian. Tapi waktu itu kan di Tanjung Pinang perkiraannya. Setelah di sini, pagi pada hari H penemuan kita sudah dirikan posko," ujar Ketua Persatuan Istri AU (PIA) Lanud Iskandar, Lidya Jhonson Simatupang di Posko Pangkalan Bun, Rabu pekan lalu.

Menurut istri Danlanud Iskandar Letkol Pnb Jhonson Simatupang ini, tenda-tenda bantuan didirikan atas inisiatif pribadi. Lidya sendiri merupakan koordinator yang mengurus bantuan di posko utama AirAsia tersebut. Semua elemen di Pangkalan Bun bahu membahu ingin menolong dalam insiden jatuhnya pesawat nahas tersebut.

“Kami happy, mungkin kita nggak bisa bantu seperti yang lain bisa evakuasi jenazah korban, kami cuma bisa bantu gini aja untuk relawan dan teman-teman wartawan," ujar pegawai BNI Pangkalan Bun, Cut Roslina yang bersedia menjaga tenda bantuan yang didirikan kantornya di posko gabungan.

“Sebenarnya kami maunya Pangkalan Bun terkenal bukan karena musibah tapi karena prestasi. Makanya kami bantu dengan cara kayak gini, kita nggak bisa bantu cari korban," tambahnya.

Warga dan tokoh setempat pun juga ikut berpartisipasi meski tidak mendirikan posko bantuan. Setiap harinya, terutama saat sore hari, ada saja bantuan logistik yang dikirimkan ke posko. Seperti rambutan, gorengan, dan makanan lainnya. Bantuan seperti ini selalu disambut hangat oleh para relawan dan awak media yang terkadang tidak sempat mencari makanan di luar posko, mengingat jaraknya yang jauh dari keramaian.

“Tenda bantuan sangat berguna bagi tim yang berjaga. Selain itu semua anggota Basarnas dan anggota SAR gabungan lainnya juga terbantu logistiknya karena dari Lanud susah akses kalau mau beli sesuatu," ujar salah satu relawan di posko gabungan, Rio.

Bukan hanya sekedar makanan yang tersedia secara gratis di Posko Pangkalan Bun ini. Tenda bantuan dari Rumah Zakat bahkan menyediakan fasilitas pijat gratis bagi relawan dan wartawan. Pun yang tak kalah menarik, salah satu tenda juga memberikan bantuan laundry atau cuci baju gratis. Ini dirasa sangat membantu, terutama bagi teman-teman media dari Jakarta yang tidak sempat mencuci sementara stok baju yang dibawa sangat terbatas.

“Wah ngebantu banget ya, di sini kita sering kehujanan jadi baju basah terus. Padahal kita cuma bawa baju dikit," ucap Icha, salah satu wartawan dari Jakarta yang meliput di Pangkalan Bun.

Memang hampir semua media nasional dari Jakarta mengirimkan perwakilannya untuk melakukan peliputan di Pangkalan Bun. Baik reporter, kamerawan, fotografer, hingga teknisi.

Jauh dari rumah selama hampir 3 pekan, menjadikan para pewarta menjadi dekat, apalagi di hari-harinya selama di Pangkalan Bun, para awak media secara bersamaan mengejar berita yang sama. Suasana akrab dan kekeluargaan pun terjalin. Sama-sama menanggung asa.

Kontributor Associated Press, Connie mengaku senang bisa bekerja sama dengan para awak media lainnya, termasuk dengan tim Basarnas, TNI/Polri, dan anggota SAR gabungan lainnya. Ibu mungil yang merupakan warga setempat ini memberi 4 acungan jempol untuk semua tim yang terlibat di Posko Pangkalan Bun.

“Aku angkat jempol untuk para kuli tinta, setelah hari-hari berikutnya aku jumpa dengan wartawan-wartawan lain yang ramai berdatangan, anak-anak muda yang energic dan patut di acungkan 4 jempol karena tidak mudah putus asa mendapatkan berita. Salut banget. Pekerjaan kali ini luar biasa menantang, capek tapi mengasyikan," tutur Connie.

Bukan hanya wartawan lokal dan nasional, beberapa wartawan dari media internasional juga ikut melebur di posko gabungan ini. Mereka yang datang langsung dari negaranya masing-masing untuk meliput AirAsia, menambah serba-serbi di posko. Saling berkenalan dan bertukar pengalaman pun menambah cerita. Mereka juga berbaur dengan petugas dan relawan layaknya kawan lama.

“Kita dapat ancungan jempol dari wartawan luar negeri karena Orang Indonesia itu disebut mereka sangat perhatian dan punya kepedulian yang besar," cerita Connie.

Komandan Lanud Iskandar Letkol Pnb Jhonson Simatupang yang menjadi tuan rumah juga memberikan respon yang baik. Meski para anak buahnya banyak dikerahkan untuk membantu di Posko, Jhonson tetap dengan semangat mengatur segala aktivitas yang terjadi di posko. Ia mengaku tidak terganggu meski harus repot mengurus ini itu.

“Nggak ya (merasa repot dan terganggu), namanya juga lagi misi gini. Banyak satuan-satuan, perusahaan, sukarelawan, Pemda, pribadi maupun organisasi yang memang mau mengambil bagian ini dari berbagai bidang. Mulai dari pekerjaan di laut, dukungan logistik, dukungan penerangan, sampai telepon gratis," jelas Jhonson saat berbincang dengan detikcom di posko.

Pada misi ini, pemandangan berbagai elemen yang berbaur menjadi satu bukan hal yang aneh di posko. Mulai dari penerbang, personel TNI AU, anggota Basarnas, personel TNI AL, TNI AD, Polri, wartawan, Pemda, investigator KNKT, personel SAR bantuan dari luar negeri, petugas kesehatan, sampai petugas kebersihan. Peran warga Pangkalan Bun patut diapresiasi, bahkan karang taruna setempat pun ikut turun membantu di posko.

Beberapa tokoh pun mau tak mau menjadi sasaran yang sering dikejar-kejar, terutama oleh media, untuk dimintai informasi. Selain Jhonson Simatupang, sebut saja Direktur Operasional Basarnas Marsma SB Supriyadi yang stand by di posko utama.

Beruntung tak ada komplain yang mereka keluarkan. Bahkan personel TNI AU di Lanud Iskandar, Letda Mulyadi kerap sekali diburu media. Ia adalah petugas yang selalu mengatur media dan anggota SAR yang akan ikut helikopter jika ada yang menuju lokasi pencarian AirAsia di Laut Jawa. Meski media berebut ingin ikut, Letda Mulyadi dengan sigap tetap mengurusnya dengan baik.

Dua investigator KNKT, Nur Cahyo dan Ony Soeryo Wibowo juga menjadi langganan yang dikejar-kejar media untuk mendapat informasi mengenai black box maupun serpihan pesawat AirAsia. Meski begitu, di kala waktu senggang, keduanya sesekali ikut berbaur bersama yang lain di posko.

Saat ini posko mulai berkurang aktivitas kegiataannya, beberapa tenda bantuan juga sudah mulai tutup. Banyak wartawan yang juga telah ditarik kembali ke Jakarta meski masih ada juga yang bertahan di posko. Meski suasana di Lanud Iskandar sudah mulai sepi, serba-serbi yang ada masih tetap ada. Selamat berjuang tim!(dtk/lee)

Tidak ada komentar: