Senin, 05 Januari 2015

Evakuasi AirAsia, Tiga Jenazah Ditemukan Sejajar, Masih Terikat Sabuk Pengaman


SERPIHAN AIRASIA QZ8501: Sejumlah anggota TNI-AL menunjukkan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di geladak KRI Bung Tomo (TOM)-357 ketika sandar di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya, Jatim, Senin (5/1). KRI Bung Tomo (TOM)-357 yang bergabung dengan Basarnas untuk pencarian jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 tersebut telah mengevakuasi 10 jenazah serta berbagai serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di kawasan Selat Karimata, berdekatan dengan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Basarnas Butuh Kapsul Selam Berawak Cari Airasia 

Operasi pencarian korban dan serpihan pesawat QZ8501 hari kesembilan, Senin (5/1), berhasil menemukan tiga jenazah. Ketiganya ditemukan Kapal Diraja Kasturi milik Malaysia. Sementara Badan SAR Nasional membutuhkan kapsul selam berawak yang mampu mberoperasi di bawah air untuk mencari korban dan bangkai pesawat AirAsia QZ 8501 yang terbang dari Surabaya menuju Singapura.

Menurut Direktur Operasional Tim SAR Pangkalan Bun, Marsekal Pertama Supriyadi, ketiga jenazah ditemukan dalam kondisi masih mengenakan sabuk pengaman. Ketiganya terapung pada satu deretan kursi penumpang.

“Jika tidak ada busa pada kursi, kemungkinan jenazah akan berada di dasar lautan," kata Supriyadi di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (5/1).

Tim SAR di Kapal Kasturi melihat kursi berisi tiga jenazah tersebut ditemukan masih menempel pada bagian lantai pesawat. Temuan ini mengindikasikan badan pesawat patah akibat hentakan keras. "Ini membuat kursi terlempar," ujar Supriyadi.

Ketiga jenazah dari Kapal Kasturi dievakuasi menggunakan helikopter Dolpin milik Basarnas. Jenazah saat ini sudah berada di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun. 

Selain deretan kursi yang ditemukan Kapal Kasturi itu, beberapa kursi penumpang lain juga ditemukan oleh Tim SAR Gabungan. Kursi itu sekitar pukul 15.30 WIB dibawa oleh helikopter Sea Hawk milik Amerika Serikat. 

Berdasarkan pantauan kursi yang diangkut itu masih utuh dalam satu baris. Tiga kursi sederet. Sementara dua deret lainnya masing-masing memiliki dua kursi bergandengan.

Pada kursi-kursi itu, terdapat busa untuk duduk dan sandaran berlapis kulit hitam. Kondisinya tak terlalu utuh, namun masih membentuk kursi-kursi yang berderet. 

Sebelumnya hingga saat ini tim SAR gabungan berhasil ditemukan sebanyak 37 dari 155 penumpang dan tujuh kru pesawat. Sementara jenazah yang telah berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polri yang bertugas di Mapolda Jatim bertambah empat jenazah

Hingga pukul 19.00, Senin (5/1), tim DVI telah berhasil melalukan identifikasi kepada 13 jenazah. Dengan demikian ada 24 jenazah lagi di RS Bhayangkara.

Kapolri Jenderal Sutarman menegaskan tidak ada batasan waktu yang ditetapkan oleh pihaknya untuk membantu identifikasi jenazah.

“Selama korban berhasil dievakuasi, saya pastikan bisa diidentifikasi. Kami sekuat tenaga masih terus melakukan pencarian," kata Sutarman.

Selain jenazah, beberapa serpihan juga sudah ditemukan. Namun tiga bagian pesawat yang berukuran besar sampai saat ini belum bisa diangkat.

Tim SAR gabungan sejauh telah ini mendeteksi lima objek yang diduga bagian besar pesawat AirAsia QZ8501 yakni berukuran 18 x 5,4 x 2,2 meter; 12,4 x 0,6 x 0,5 meter; 9,4 x 4,8 x 0,4 meter; 7,2 x 0,9 x 0,5 meter; serta 9,8 x 1,1 x 0,4 meter. 

KRI Bung Tomo Tiba 

Badan SAR Nasional membutuhkan kapsul selam berawak yang mampu mberoperasi di bawah air untuk mencari korban dan bangkai pesawat AirAsia QZ 8501 yang terbang dari Surabaya menuju Singapura. 

“Untuk kapsul turun ke bawah permukaan air yang dilakukan bukan penyelam, kita belum punya submersible terutama yang berawak," kata Kepala Basarnas Bambang Soelistyo di Jakarta, Senin (5/1).

Marsekal Madya TNI Bambang Soelistyo mengatakan sejauh ini terdapat kapsul selam dari Rusia yang diikutkan dalam evakuasi korban dan pesawat AirAsia. Akan tetapi, kapsul selam tersebut hanya bisa dioperasikan tanpa awak.

“Kalau bisa kita punya yang 'manned' (berawak) tapi itu nanti," tandasnya. Tim di lapangan, kata dia, membutuhkan kapsul selam berawak agar lebih leluasa dalam mencari korban dan bagian pesawat AirAsia yang diperkirakan tenggelam di perairan sekitar barat daya dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Belum adanya kapsul selam berawak itu merupakan salah satu kendala tim SAR gabungan untuk menemukan korban dan pesawat, termasuk mendapatkan kotak hitam dari AirAsia QZ 8501.

Kendala lainnya, seperti faktor cuaca yang kurang bersahabat. Cuaca yang buruk memicu tinggi gelombang laut ada di kisaran tiga-empat meter. Sementara itu, arus bawah air mencapai empat knot sehingga kurang aman bagi penyelam untuk masuk ke dalam air.

Selain itu, cuaca juga membuat air di kedalaman 0-30 meter menjadi keruh dan menyebabkan keterbatasan pandangan.

Beberapa kendala itu ditengarai menjadi sebab-sebab bangkai pesawat utama belum kunjung ditemukan meski sudah banyak objek pesawat didapatkan tim.

Diperkirakan, banyak korban yang terjebak di dalam pesawat karena belum sempat keluar saat AirAsia rute Surabaya-Singapura itu tenggelam.

Evakuasi Airasia

Sementara Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Bung Tomo-357 tiba di pangkalannya di Koarmatim Surabaya, Senin, usai bertugas mengevakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 selama delapan hari pencarian dengan membawa serpihan badan pesawat.

Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Laut (P) Yayan Sofyan menjelaskan berdasarkan informasi dan data dari staf operasi dan staf intelijen Koarmatim, serta hasil analisa perilaku cuaca dengan kecanggihan peralatan yang dimiliki, pihaknya pada hari pertama sudah bisa menemukan pintu darurat dan koper biru.

“Pada area ditemukannya barang-barang yang diduga pecahan pesawat dan barang milik penumpang juga terdapat perubahan warna dan aroma air laut, hal tersebut menambah keyakinan bahwa area tersebut adalah lokasi pesawat AirAsia QZ8501," ujarnya.

Hingga saat kembali ke pangkalan, KRI Bung Tomo berhasil menemukan dan mengevakuasi 10 jenazah dan serpihan pesawat, seperti pintu darurat, tabung oksigen, koper biru, pecahan bagasi kabin, makanan, kursi penumpang, dan beberapa tas serta pakaian milik korban.

Terkait kendala saat proses evakuasi, ia mengakui musim hujan dan musim barat menjadi tantangan, sedangkan lokasi SAR adalah lautan terbuka yang menghadap ke barat sehingga kecepatan angin sangat kencang dan ombak tinggi.

“Tapi cuaca ekstrem tidak menurunkan semangat apalagi setelah melihat dan menemukan korban dan serpihan pesawat," kata dia dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya.

KRI Bung Tomo-357 merupakan kapal perang patroli lepas pantai tipe F2000 Corvette. Selain persenjataan yang canggih kapal perang ini dilengkapi sensor dan alat deteksi yang sangat tajam, di antaranya Radar Navigasi dan Radar AirSurveillance untuk mendukung pengamatan permukaan lewat udara.

Selain itu kapal ini juga dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air atau sonar.

“Dari sonar tersebut KRI Bung Tomo-357 berhasil mendapatkan kontak bawah air yang terstruktur dengan rapi yang diduga ekor atau badan pesawat AirAsia QZ8501," kata Yayan.

KRI Bung Tomo-357 adalah Komandan Sektor V yang merupakan area ditemukannya serpihan pesawat dan di area tersebut membawahi USS Sampson dari US Navy, KD Lekir yang merupakan Kapal Perang Malaysia dan kapal-kapal dari Basarnas serta Survei Oseanografi dari Pemerintah Indonesia.

Saat ini, TNI AL menggantikan KRI Bung Tomo-357 dengan kapal sejenis, yakni KRI Usman Harun-359 dengan komandan kapal Kolonel Laut (P) Didong Rio Duta yang saat sudah menuju lokasi pencarian.(ant/lee)

Tidak ada komentar: