Jumat, 07 November 2014

Pemkot Jambi Kesulitan Berikan Biaya Pemulangan PSK Pucuk

SEPI: Pasca penutupan Pucuk Senin (13/10) lalu, kini Pucuk tampak sepi. Mereka masih bertahan karena tak kunjung dapat bantuan seperti dijanjikan Pemkot Jambi untuk ongkos pulang kampung. EDWIN EKA PUTRA/HARIAN JAMBI


Dikuatirkan Salah Sasaran

Pasca penutupan aktifitas Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Payosigadung yang terletak di RT 04 dan RT 05, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi 13 Oktober lalu, kini ratusan PSK Payo Sigadung masih bertahan karena belum mendapatkan biaya pemulangan mereka ke tempat asal.

R MANIHURUK, Jambi

Bahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi juga kewalahan untuk menyalurkan bantuan kompensasi pemulangan para PSK karena dikwatirkan tidak tepat sasaran. Pemulangan para PSK kini terkendala karena para PSK sebelumnya ke Jambi dijanjikan oleh agen untuk bekerja di hotel atau salon. Namun pada kenyataannya mereka dijadikan PSK.
               
“Pemberian biaya konpensasi pemulangan Rp 5 juta itu adalah lewat rekening, bukan uang tunai. Pemulangan juga akan dikawal oleh petugas hingga diserahkan ke Dinas Sosial asal mereka. Kalau sudah para PSK di tempat asal, baru mereka bisa mencairkan dana tersebut,” kata Walikota Jambi, Syarif Fasya kepada Harian Jambi, Kamis (6/11).

Syarif Fasya mengatakan, para PSK malu hendak diantar ke tempat asal. Karena para PSK itu sebelumnya dijanjikan oleh agennya untuk kerja di Rumah makan atau salon kecantikan.


“ PSK sudah banyak yang mendaftar untuk dipulangkan. Mereka banyak yang mengambil dana tersebut, namun mereka ingin pulang sendiri. Namun itu tidak kita perbolehkan. Takutnya saat sampai di pintu daerah mereka, duit diambil di ATM dan balik lagi ke Jambi. Buku tangunan itu hanya bisa dicairkan di kabupaten mereka,” katanya.

Disebutkan, PSK tersebut akan diantar oleh petugas dari Jambi dan dijemput oleh Camat setempat para asal PSK tersebut. PSK tersebut juga didata di dinas sosial asal mereka. Dinas Sosial setempat juga akan bisa memantau keberadaan para PSK eks Pucuk tersebut.

“Jadi kita pastikan anggaran konpensasi pemulangan PSK eks Pucuk tidak akan sia-sia,” kata Fasya.

Sementara Nursari, seorang eks PSK Payosigadung yang terletak di RT 04 dan RT 05, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambimenuturkan, mereka kini hidup terkatung-katung.
Komitmen Pemerintah Kota Jambi dalam menutup lokalisasimasih setengah-setengah atau lipsservice semata. Pasalnya, pasca deklarasi penutupan, beberapa Eks PSK yang ditemui mengaku sedang menunggu jadwal pemulangan.

Nursari, eks PSK asal Indramayu di Wisma Eka mengatakan ia tidak lagi menerima tamu sejak lokalisasi ditutup, mereka kini kelaparan. Bahkan secara diam-diam mereka juga menerima tamu untuk menutupi kebutuhan makan.

Hal senada juga diungkapkan eks PSK lain. Rianty asal Sumedang mengatakan ingin segera pulang. Namun ia terkendala biaya untuk pulang karena belum diberikan oleh Pemerintah Kota Jambi. Tapi jika menunggu pemulangan oleh Pemkot Jambi, ia pun harus mengeluarkan banyak uang untuk bertahan hidup.
“Kami kini kesulitan biaya makan. Pakai garam juga tidak masalah yang penting makan. Untuk menutupi kebutuhan, kami juga masih nekat menerima tamu," ujarnya.
Ketua RT 05 Kelurahan Rawasari Sudadi Rahman mengatakan saat ini sudah ada 27 eks PSK yang mendaftarkan diri padanya untuk pulang kampung. Namun ketidakjelasan waktu pemulangan membuat eks PSK semakin susah. (lee)

Tidak ada komentar: