Kamis, 29 Mei 2014

Menjadikan Kepala Desa Sebagai Tonggak Adat Melayu Jambi




Hasip Kalimuddin Syam  berikan sambutan Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014
Adat Melayu Jambi sudah lama eksis dalam menjalani proses pembangunan di daerah Jambi. Dimana kehidupan masyarakat Melayu Jambi sangat erat dengan landasan falsafah, nilai moral, nilai pendidikan dan bahkan menjawab permasalah kemasyarakatan, bahkan permasalahan keduniaan. 

R MANIHURUK, Jambi

Untuk itulah, sangat tepat apabila kita saat ini, terus menerus berupaya menggali dan melestarikan Adat Melayu Jambi ini sebagai filter bagi masyarakat kita dalam menghadapi globalisasi dunia.

Salah satu segi yang menjadi contoh dari kehidupan adat Melayu adalah dimana kearifan lokal ini dapat menyelesaikan berbagai masalah. Mulai dari sengketa tanah, perselisihan antar warga, bahkan kasus pembunuhan. Dimana jika sudah ditangani secara adat tidak lagi dituntut secara hukum, karena di dalam adat Melayu Jambi semua permasalahan diselesaikan dengan mengedepankan musyawarah.

Demikian disampaikan Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus (HBA) saat membuka pembekalan adat Melayu Jambi bagi kepala desa dalam Provinsi Jambi Angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu,Senin (26/5). Acara ini dilaksanakan pada 25 Mei hingga 28 Mei dengan jumlah peserta 50 orang.

Peserta terdiri dari  Kepala Desa Kabupaten/Kota, Remaja Melayu Jambi, Himpunan Perempuan Melayu Jambi.  Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi terhadap Budaya Jambi sehingga dapat melestarikan dan memperkuat peranan adat Melayu Jambi di tingkat desa dan kelurahan.


Menurut HBA, pentingya peranan adat Melayu Jambi sebagai filter menghadapi globalisasi dunia.  Bahwa Adat Melayu Jambi sudah lama eksis dalam menjalani proses pembangunan di daerah Jambi.

Dimana kehidupan masyarakat Melayu Jambi sangat serat dengan landasan falsafah, nilai moral, nilai pendidikan dan bahkan menjawab permasalah kemasyarakatan, bahkan permasalahan keduniaan. 

“Untuk itulah, sangat tepat apabila kita saat ini, terus menerus berupaya menggali dan melestarikan Adat Melayu Jambi ini, sebagai filter bagi masyarakat kita dalam menghadapi globalisasi dunia,” kata HBA.

Disebutkan, dalam era globalisasi, dalam era perkembangan dunia yang bergerak begitu cepat, nilai-nilai adat Melayu tetap relevan dan dapat memberikan jawaban. Karena sifatnya yang adaptif yang bisa menyesuaikan diri tanpa meninggalkan prinsip-prinsip yang luhur.

“Salah satu segi yang menjadi contoh dari kehidupan adat Melayu adalah dimana kearifan lokal ini dapat menyelesaikan berbagai masalah. Mulai dari sengketa tanah, perselisihan antar warga, bahkan kasus pembunuhan, dimana jika sudah ditangani secara adat tidak lagi dituntut secara hukum, karena di dalam adat Melayu Jambi semua permasalahan diselesaikan dengan mengedepankan musyawarah,” katanya.

Dikatakan, dalam menghadapi tantangan keadaaan dan memecaahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pemerintah tidak dapat berjelan sendiri dan mengemban tugas sendiri.
Oleh karena itu, kebersamaan dengan tokoh-tokoh adat, alim ulama, pra cerdik pandai, ninik mamak dan tokoh masyarakat lainnya merupakan kekuatan yang sangat dahsyat dalam menjalani roda pemerintahan.

“Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri acara syukuran penyelesaian konflik antara SAD di Kabupaten Batanghari dengan salah satu perusahaan, yang penyelesaiannya tidak lepas dari peran Lembaga Adat Melayu Jambi Kabupaten Batanghari. Saya  yakin masih banyak lagi konflik yang terjadi di tengah masyarakat kita, yang penyelesaiannya dilakukan melalui jalur adat,” ujar HBA.

HBA mengharapkan dengan adanya pembekalan dapat memberikan peningkatan pemahaman dan wawasan serta kompetensi tentang adat. Dimana pemahaman tentang adat istiadat adalah suatu yang penting dalam menjalani hidup bagi seluruh lapisan masyarakat. 

“Dengan pemahaman adat istiadat tersebut, masyarakat akan mengerti makna dan arti pentingnya adat istiadat sebagai perekat dan peredam dari berbagai gejolak konflik yang menjadi akar perpecahan di tengah masyarakat. Terlebih sebentar lagi kita akan menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, diharapkan Lembaga Adat Melayu dapat memainkan peranannya untuk menyukseskan agenda tersebut,” katanya.

Sendi Adat Tergerus

Sementara Ketua Adat Melayu Jambi, Hasip Kalimuddin Syam menyatakan bahwa Pembinaan dan Pengembangan adat Melayu Jambi berpacu dengan derasnya arus nilai-nilai yang masuk ke masyarakat. Diantaranya bermunculan nilai-nilai yang tidak sejalan dengan nilai-nilai adat Melayu Jambi. 

“Jika nilai yang masuk terlalu deras sementara penguatan nilai-nilai setempat tidak memadai berkemungkinan bangunan dan sendi-sendi adat pada masyarakat kita akan tergerus. Suatu ketika akan ditinggalkan atau sirna, manakala terjadi hilanglah pula marwah dan jati diri kita baik di tingkat nasional maupun di tingkat global,” ujar Hasip Kalimuddin Syam.

Disebutkan, pembekalan ini diharapkan dapat melestarikan dan menjaga budaya itu, dimana adat disesuaikan dengan kemajuan jaman. “Adat Melayu Jambi ini disesuaikan dengan tantangan jaman tetapi tidak merusak sendi dan budaya Jambi tetapi semakin meningkatkan suasana harmonis, damai, sopan- santun dan tentram. 

“Adat istiadat sangat besar perananannya dalam menjaga ketertiban masyarakat dimana tatanan sosial saat ini semakin dikecilkan dengan kemajuan teknologi dan komunikasi. Dan adat istiadat diharapkan semakin dipahami agar konflik-konflik internal dan eksternal dapat diselesaikan melalui kearifan lokal,” ujarnya.(*/lee)
Gubernur Jambi berikan sambutan di Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014.



HBA memberikan tanda peserta Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi


Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014. 


Tidak ada komentar: