Senin, 17 Maret 2014

Memotret Budaya Transportasi Sado Jaman Doeloe dan Kini



 
Naik Delman di Jambi. Foto Opes
Bendi, Delman atau lebih dikenal dengan sebutan Sado merupakan alat transportasi rakyat jaman doeloe. Seiring perkembangan jaman, Sado semakin terpinggirkan, bahkan nyaris hilang. Namun, kini masih ada sado yang eksis beraktifitas, walaupun itu sebagai tradisi budaya pada acara-acara tertentu.


Jambi memiliki banyak keanekaragaman kebudayaan yang bisa dilihat dari semua aspek. Salah satunya adalah kebudayaan dari aspek alat tranportasi dan alat angkut tradisional yang dimiliki oleh Jambi tempoe doeloe.

Pada tanggal 10 Maret 2014 yang lalu, Museum Siginjai Jambi, menggelar sebuah kegiatan pameran alat transportasi dan alat angkut tradisional Jambi. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Museum Siginjai Jambi Badmiril Amri,  Ketua Dekranasda Provinsi Jambi Yusniana Hasan Basri Agus, Kepala Dinas Budpar Provinsi Jambi, Ketua Dekranasda Kota Jambi Yuliana Fasha dan Budayawan Jambi Junadi T Noor.  

Kegiatan ini bertujuan untuk, memperkenalkan kepada seluruh masyarakat khususnya para generasi muda terhadap alat transportasi dan alat angkut tradisional yang digunakan oleh masyarakat Jambi terdahulu dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

“Tujuannya agar para masyarakat atau khususnya generasi muda bisa menambah wawasanya tentang alat tranportasi dan alat angkut tradisional yang  dimiliki Jambi,” ujar Badmiril Amri.

70 Persen Lembaga Pendidikan

Kegiatan ini berlangsung meriah dengan dihadiri oleh beberapa lembaga pendidikan. Hampir 70 lembaga pendidikan yang diundang untuk menghadiri kegiatan Pameran Alat Transportasi dan Alat Angkut tradisional Jambi, yang terdiri dari lembaga Sekolah Dasar dan Juga Lembaga Sekolah Menengah Pertama.

“Kita mengundang hampir 70 lembaga sekolah dari SD dan SMP, untuk bisa menghadiri dan melihat pameran yang dilaksanakan oleh Museum Siginjai Jambi. Beberapa jenis kendaraan yang diikut sertakan dalam pameran ini yaitu, pertama Delman atau bahasa Jambinya Sado,” ujarnya.

Sado adalah alat transportasi tradisional yang mempunyai roda dua, dan ada juga yang menggunakan 3 sampai 4 roda. Transportasi ini tidak menggunakan mesin seperti alat transportasi pada umumnya.

Melainkan alat transportasi ini menggunakan tenaga kuda untuk menarik tempat yang dijadikan sebagai tempat duduk atau wadahnya. Selain itu pada zaman dahulu, variasi alat tranportasi kuda bukan hanya dijadikan untuk mencari nafkah. Akan tetapi juga digunakan sebagai, kereta kencana dan kereta Kuda.

Sejarah Sado CharlesTheodore Deeleman

Menurut Badmiril Amri, sesuai data yang diperoleh Harian Jambi dari Meseum Siginjai, bahwa nama delman atau sado, berasal dari nama seorang penemunya yaitu seorang Insinyur Geografis pada masa Hindia Belanda, yang bernama CharlesTheodore Deeleman.

Selain itu para orang Belanda menyebut kendaraan ini dengan sebutan dos a dos yang artinya punggung bertemu punggung. Secara harfiah yang diperoleh dari bahasa Perancis adalah sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi.

Kemudian istilah dos a dos di singkat lagi oleh para penduduk pribumi Batavia menjadi Sado. Maka dari sejak itulah alat transportasi ini mulai dikenal di Jambi dengan sebutan Sado.

Selain itu, Badmiril juga menyampaikan bahwa pada masa kini, Delman atau Sado ini digunakan lebih pada angkutan lingkungan yang berjarak tempuh pendek atau di pedesaan yang sifatnya antar kampung.

Dalam sejarah, tercatat pada masa Hindia Belanda di Indonesia, delman digunakan sebagai alat angkutan antar kota, sebelum adanya alat transportasi moderen seperti Kereta Api, Mobil motor dan alat Transportasi lainya.

Di Sumatra alat transportasi Delman ini juga biasa dikenal dengan Bendi, alat transportasi ini juga pernah menjadi alat transportasi primadona di Sumatera. Pada masa Hindia Belanda, Bendi biasa digunakan oleh para pejabat negara, Saudagar kaya, Penghulu, maupun Menir atau Demang. Sehingga pada masa itu, Bendi merupakan alat transportasi yang disukai oleh masyarakat Sumatera.

Gerobak Pedati

Selain dari alat transportasi Sado, yang digunakan di darat kemudian ada alat tradisional yang juga sering digunakan yaitu gerobak atau pedati yang merupakan sebuah kendaraan atau alat yang memiliki dua atau empat buah roda yang dibuat sebagai sarana transportasi.

Gerobak atau pedati dapat ditarik oleh hewan, seperti kuda , sapi dan alat ini juga bisa ditarik oleh manusia. Kereta atau wagon adalah sejenis gerobak dengan empat buah roda untuk transportasi yang lebih berat ditarik oleh sedikitnya dua kuda.

Gerobak tangan yang didorong oleh manusia digunakan secara luas oleh seluruh dunia, contoh gerobak yang paling umum di dunia adalah gerobak kereta belanja atau troli.

Selain alat transportasi darat ada juga beberapa jenis alat transportasi  dan alat angkut tradisional sungai  juga digunakan yaitu, rakit. Rakit merupakan alat transportasi sungai yang merupakan suatu susunan benda yang mengapung yang perjalanannya di atas air.

Rakit merupakan bentuk perahu paling tua, dengan ciri-ciri tidak memiliki lambung, sebagai gantinya bahan pembuatan rakit, merupakan bahan yang berasal dari kayu ringan, tong tertutup, maupun ruang air di pompa.

Rakit tradisional yang dibuat berasal dari bahan kayu atau bambu. Pada masa itu Rakit kayu  digunakan oleh industri logging untuk pengiriman gelondongan kayu, dengan menyusun dan mengikatnya sehingga membentuk sebuah rakit dengan ukuran yang sangat besar, namun sekarang jarang digunakan.

Jarang digunakan karena sudah banyak alat transportasi modern. Selain rakit ada juga alat transportasi sungai yang sering digunakan pada orang terdahulu, yaitu alat tradisional yang dikenal dengan sampan.

Nama sampan berasa dari negeri china yaitu sam-pan yang secara harfiahnya adalah tiga lembar papan. Merupakan sebuah perahu kayu yang memiliki dasar yang relatif datar, dengan ukuran yang disesuaikan dengan penggunaanya.

Sampan bisa digunakan sebagai alat transportasi sungai, danau atau juga digunakan untuk menangkap ikan. Sampan dapat mengangkut dua sampai dengan delapan orang penumpang yang juga tergantung dari ukuran sampanya.

Pada masa lalu Sampan juga sering digunakan sebagai tempat tinggal permanen di perairan dekat darat. Selain itu sampan tidak digunakan untuk berlayar jauh dari daratan karena sampan tidak memiliki perlengkapan yang cukup untuk menghadapi cuaca yang buruk pada saat berada di lautan.

Namun untuk saat ini sampan masih bisa terlihat dengan berbagai macam modifikasi bentuk, alat ini masih banyak digunakan di pedesaan, dan banyak pula alat ini diberikan mesin untuk bahan penggerak sampan. (*/lee)

Tidak ada komentar: