Senin, 23 Januari 2012

Sambut Imlek 2563, Umat Kristen Tionghoa Lakukan Ibadah Syukur

Pujian : Paduan Suara Koor Nafiri GKPJ saat membawakan puji-pujian pada Kebaktian Tahun Baru Imlek 2563 di GKPJ, Senin (23/1/12). Kebaktian tersebut dihadiri sekitar 300 umat Kristen Tionghoa di Jambi. Foto batakpos/rosenman manihuruk



Jambi, BATAKPOS

Dalam menyambut Tahun Baru Cina (IMLEK) 2563 yang jatuh (Tahun Baru Masehi) pada tanggal Senin 23 Januari 2012, umat Kristen Tionghoa di Jambi melakukan kebaktian ibadah syukur. Ibadah syukur itu dipusatkan di Gereja Kristen Protestan Jambi (GKPJ) di Jalan Dr Sutomo No 48-51 Pasar Kota Jambi, Senin (23/1/12) pagi.

Sekitar 300 umat Kristen Tionghoa di Jambi tampak dengan khususk dalam ibadah tersebut. Kebaktian syukur IMLEK itu dirangkai dalam 19 item diantaranya votum, nyayian bersama, doa pengakuan Iman Rasuli, kata sambutan Ketua Majelis Dkn Lukas Sim, pembacaan Alkitab, Paduan Suara Koor Nafiri, Khotbah oleh Ev yang Guo Bin, kolekte dan doa penutup.

Lagu pujian dan kotbah serta pembacaan Firman Tuhan pada kebaktian ibadah Imlek tersebut memakai bahasa Mandarin dan diterjemahkan oleh penerjemaah. Nuansa Etnis Tionghoa sangat terasa pada ibadah Imlek 2563 tersebut. Persembahan pujian juga dinaikkan oleh Paduan Suara Nafiri GKPJ serta Anak Sekolah Minggu.

Pengkotbah Ev Yang Guo Bin dengan penerjemah Dkn Frenki mengambil Nats Kotbahnya dari Injil Ezra 7 : 9, Keluaran 40 : 2,16,17 dan 2 Tawarih 2 : 17. Dari Ntas itu Ev Yang Guo Bin mengambil Tema Ibadah Tahun Baru Imlek 2563 yakni “Menyambut Yang Baru”.
Kotbah : Ev Yang Guo Bin (kiri) dengan penerjemah Dkn Frenki saat menyampaikan kotbah pada Kebaktian Tahun Baru Imlek 2563 di GKPJ, Senin (23/1/12). Tema Ibadah Tahun Baru Imlek 2563 yakni “Menyambut Yang Baru” sejalan Tema Imlek 2563 “Membangun Keluarga Allah,”.Foto batakpos/rosenman manihuruk

Ev Yang Guo Bin yang masih muda ini, mengajak umat Kristen Tionghoa untuk tetap bersandar kepada Tuhan serta meninggalkan dosa-dosa. “Agar Tahun Baru Imlek dimaknai dengan penyambutan kehidupan baru bersama Firman Tuhan serta dapat meninggalkan dosa-dosa yang mengelilingi kehidupan manusia selama ini. Imlek 2563 adalah tahun penuh ucapan syukur sejalan dengan Tema tahun 2012 yakni “Membangun Keluarga Allah,”katanya.

Tradisi Imlek bagi etnis Tionghoa juga dengan tradisi bersih-bersih rumah dengan membuang segala keburukan dan menyambut kehidupan baru. Melalui makna Imlek ini juga Umat Nasrani khususnya Etnis Tionghoa agar dapat melakukan introveksi diri atas dosa-dosa yang telah diperbuat, serta dapat membawa dosa-dosa tersebut kepada Tuhan agar diberikan pengampunan melalui doa-doa permohonan.

“Orang yang dapat berkat banyak, namun sedikit yang mensyukuri berkat tersebut. Manusia sering melupakan Tuhan karena ketamakan dalam diri manusia. Kita sering lupa mengucap syukur kepada Tuhan, orang yang demikian adalah orang yang iri hati dan penuh ketamakan. Melalui Imlek tahun ini, mari kita bersihkan diri dari ketamakan dan iri hati. Kita memulai hidup baru dengan pertolongan Tuhan,”kata Ev Yang Guo Bin.

Sikap Umat Kristen Tionghoa

Menurut Ketua Majelis GKPJ, Lukas Sim mengatakan, bahaya sinkretisme yang mendarah daging dalam etnis Tionghoa tidak mudah dihilangkan begitu saja sebab sekalipun seseorang menjadi Kristen.

Banyak yang masih menjalankan tradisi apa adanya, namun pertumbuhan iman berangsur-angsur membawa umat Kristen Tionghoa menjauhi praktek adat-istiadat tradisi budaya leluhur yang mendukakan Tuhan.

Disebutkan, di kalangan Tionghoa totok, tidak mudah meninggalkan tradisi turun-temurun kalau mereka menjadi kristen, namun di kalangan peranakan dan Tionghoa modern umumnya hal-hal yang berbau mistis-magis terutama penyembahan roh leluhur yang menjadi jantung budaya Tionghoa berangsur-angsur sudah tidak lagi mempengaruhi dirinya sekalipun mereka mengalami ketegangan dengan bagian keluarga besarnya yang masih kolot dan masih mempercayainya.

“Merayakan Imlek adalah netral seperti halnya merayakan Tahun Baru Masehi selama hari ini mengenang kondisi nenek-moyang yang dalam situasi agraris mernyambut bulan baru dan mulai siap bercocok tanam. Pertemuan kekeluargaan dimeja makan menjadi bagian perayaan Imlek atau Sincia yang baik juga diikuti,”katanya.

Pemberian hadiah antar anggota keluarga terutama kepada orang tua baik juga dilakukan hanya perlu ditekankan bahwa itu adalah ungkapan kasih dan syukur dan bukan wisit (benih rejeki) yang kita berikan kepada seseorang dengan Angpao, karena itu hadiah uang tidak perlu dibungkus dengan amplop warna merah dengan tulisan Fu/Hu karena itu berarti jimat.

Merayakan Imlek, bisa dilakukan umat Kristen Tionghoa selama unsur adat-istiadat tradisi budaya religi seperti penyembahan dewa-dewi dan roh nenek-moyang tidak kita lakukan, memasang lampion bisa saja dilakukan selama kita tidak terikat warna magis merah melainkan lampion aneka warna.

“Kita tidak perlu mengundang Barongsai masuk ke dalam rumah (apalagi ke dalam gereja) karena rumah umat Kristen (terlebih gereja) adalah rumah Roh Kudus maka dengan mendatangkan Barongsai pengusir roh, roh yang mana mengusir roh yang mana?,”ujar Lukas Sim.

Dikatakan, perintah Allah Umat Kristen tidak lagi terikat adat-istiadat nenek moyang yang mendukakan Tuhan, demikian juga maksud baik pertemuan keluarga dihari Sincia juga merupakan perintah Allah yang wajib dilakukan umat Kristen namun dilakukan dengan hormat dan kasih terutama kepada orang tua.

“Dengan demikian umat Kristen Tionghoa bisa ikut merayakan Sincia dengan misi kesaksian Injil bahwa sebagai umat tebusan Tuhan, umat kristen tidak lagi perlu percaya akan segala permainan roh dewa-dewi dan nenek-moyang yang tidak berdaya melainkan bergantung pada iman akan Allah pencipta langit dan bumi, dan Tuhan Yesus Kristus, juruselamat manusia,”katanya. RUK

Tidak ada komentar: