Minggu, 15 Januari 2012

Ketika Haris Hutapea Lolos Dari Maut Sekelompok Hukum Rimba

Luka Parah : Haris Hutapea (Maneger Lahan PT LAJ) saat terbaring di sal Ruang No 25 Rumah Sakit Dr Bratanata Jambi, Jumat (13/1). Haris mengalami luka bacok dikepala, punggung dan luka bakar di kepala dan tubuh dalam kejadian penyerangan warga eksodus di kamp PT Lestari Asri Jaya (LAJ) di Km 35, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Tebo yang berbatasan dengan Kabupaten Pranap Provinsi Riau, Rabu (11/1). Foto batakpos/rosenman manihuruk.

Jambi, Batak Pos

“Azal manusia, hanya Tuhanlah yang bisa mencabutnya. Tuhan masih mengasihi saya, dan belum mengijinkan maut mencabut nyawa saya,”. Unkapan itu terucap dari mulut Haris Hutapea yang tampak terkulai lemas diatas sal Ruang No 25 Rumah Sakit Dr Bratanata Jambi. Wajahnya nyaris kurang dikenal akibat lebam bekas pukulan serta kepala mendapat balutan karena luka menganga akibat bacokan. Namun Haris Hutapea (39) sudah sadarkan diri dan bisa melakukan percakapan buat orang yang membesuknya.

Haris Hutapea salah satu korban luka bakar dan bacokan dalam peristiwa warga menyerang kamp PT Lestari Asri Jaya (LAJ) hingga membakar empat alat berat, mess, kantor dan belasan motor serta sedikitnya empat orang mengalami luka parah, di Km 35, Kecamatan Tujuh Koto, Kabupaten Tebo yang berbatasan dengan Kabupaten Pranap Provinsi Riau, Rabu (11/1). Salah seorang korban Leo yang mengalami luka bakar 60 persen di tubuhnya, meninggal dunia di Rumah Sakit Bungo, Kamis (12/1) sekira pukul 05.45 WIB.

Saat BATAKPOS mengunjungi Haris Hutapea di Ruang No 25 Rumah Sakit Dr Bratanata Jambi, Jumat (13/1), dirinya menuturkan kronologis aksi warga pendatang yang membabibuta tersebut, hingga membuat dirinya menderita.

Haris Hutapea menjabat Maneger Lahan PT LAJ dan baru 6 bulan bekerja dengan membuat perencanaan. “Perusahaan telah mendapat ijin dari Menteri Kehutanan untuk mengelola 61.000 hektar lahan di Tebo perbapatan Riau. Pabrik sudah berdiri dan kini masih menyiapkan perencanaan lahan,”katanya.

Menurut Haris Hutapea, warga yang melakukan penyerangan itu terdiri dari Provinsi Riau dan Kisaran (Sumut). Kelompok yang bringas itu adalah aksi yang ke lima, dan melakukan penyerangan dengan cara membabibuta. “Mereka dating langsung bakar rumah-rumah,”katanya.

“Saat penyerangan itu, saya disiram bensin dan dibakar oleh 9 pria. Saat dibakar saya mencari bak air untuk berendam. Kemudian karena rumahnya dibakar, saya keluar dan seketika warga membacok kepala saya dan badan saya. Saya dikira orang itu mati, dan akhirnya saya ditolong oleh dua karyawan LAJ (Fahmi dan Husein) dan saya dibawa ke RS Muarabungo,”ujar Haris.

Warga yang menyerang tersebut memaksa untuk memiliki lahan, padahal hal itu tidak bisa oleh pemerintah. “Puji Tuhan, saya masih bisa hidup. Warga itu banyak dating dari Pekanbaru (Riau), Kisaran dan Aceh. Putra daerah kita prioritaskan agar bisa kerja di PT LAJ tersebut,”ujarnya.


Haris Hutapea terbaring di rumah sakit Dr Bratanata Jambi hanya seorang diri. Dirinya tak memiliki keluarga di Jambi. Istrinya baru akan berangkat ke Jambi, Sabtu (14/1).

“Saya berharap agar aparat kepolisian menangkap seluruh perusuh tersebut. Mereka sudah biadab tanpa berprikemanusiaan. Untuk melakukan pembunuhan tidak lagi segan-segan. Kita berharap polisi segera ungkap kasus penyerangan tersebut,”katanya.

Polda Jambi Bantu Cari Pelaku

Wakapolda Jambi Kombes Pol Robby Kaligis beserta rombongan, Kamis (13/1) langsung menuju Tebo. Polda Jambi prihatin dengan korban luka dari polisi yang berusaha mengamankan keadaan akibat kerusuhan Tebo.

Polda Jambi akan mengejar tersangka provokator amuk massa dan pelaku penganiayaan terhadap tiga anggotanya. Tiga polisi menjadi korban, yakni Aiptu Iswahyudi, Briptu Orik Leges (20 jahitan), Briptu Dedi lebam di tangan. Sedangkan korban dari perusahaan antara lain, Haris Hutapea, Ribut Puspito, dan Leo.

Leo ketika kejadian menceburkan diri ke kobaran api sehingga mengalami luka bakar sebanyak 60 persen di tubuhnya. Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bungo. Korban akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 05.45, Kamis kemarin.

Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah, Jumat (13/1) mengatakan bahwa kondisi pascakerusuhan di Tebo sudah kondusif terkendali. Sejak Kamis (12/1) pagi Wakapolda dan unsur terkait sudah berangkat ke Tebo.

Menurut Almansyah, permasalahan terjadi antara warga penghuni lahan di Dusun Tuo Ulu Desa Balai Raja Kecamatan Tujuh Koto Tebo dengan PT Lestari Asri Jaya (LAJ). Persoalan bermula pada Desember 2011, telah terjadi pemukulan terhadap karyawan PT LAJ oleh masyarakat.

Pihak perusahaan melaporkan hal tersebut ke Polres Tebo untuk ditindaklanjuti. Maka dilakukan penyelidikan oleh polisi untuk mencari pelaku pemukulan. Pada tanggal 10 Januari 2012, tim Reskrim Polres Tebo menangkap tersangka bernama Tarigan di rumahnya. Namun, saat akan ditangkap tersangka dan istrinya berteriak-teriak minta tolong kepada warga.

Spontan warga langsung berkumpul hingga sekitar 150 orang. Kemudian warga meminta agar Tarigan dilepaskan. Warga merusak mobil polisi. Melihat situasi tidak kondusif, maka Tarigan pun dilepaskan oleh Kanit Buser. Akan tetapi masyarakat tetap merusak mobil polisi. Anggota yang berada di lokasi berusaha mengamankan mobil tersebut.

“Saat itulah warga langsung bertindak anarkis dengan menyerang anggota Aiptu Iswahyudi hingga terjatuh. Briptu Ori yang berusaha menolong juga menjadi korban pemukulan di kepala hingga mendapat 20 jahitan," ujar Almansyah.


Anggota kemudian berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan mobil yang diamuk massa. Baru pada tanggal 11 Januari 2011 Kapolres Tebo AKBP Zainuri Anwar mengambil langkah dialog dengan masyarakat dan berusaha mengambil mobil. Saat itu telah terjadi kesepakatan.

Namun keadaan berubah saat PAM Swakarsa Garda Pratama tanpa koordinasi datang ke lokasi menggunakan pakaian loreng. Melihat mereka yang berpakaian loreng, masyarakat menjadi marah dan menyerang anggota PAM Swakarsa tersebut. Mereka dikejar hingga ke camp perusahaan.

Disanalah kemudian terjadi pembakaran. Polda menyiagakan 150 polisi di TKP untuk menciptakan situasi dan mengantisipasi kerusuhan merebak kembali. Sementara Bupati Tebo Sukandar mengaku sangat menyayangkan kerusuhan yang terjadi antara warga dengan pihak perusahaan, terkait permasalahan lahan.

Bupati meminta camat dan kades setempat agar meminta warga yang melakukan kerusahan bisa untuk menyerahkan diri guna menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Sukandar, mereka yang melakukan penyerangan bukanlah masyarakat Tebo, namun masyarakat eksodus dari Riau, Sumut dan Aceh. RUK

Tidak ada komentar: