Kamis, 10 Februari 2011

Antraksi Barongsai Jadi Hiburan Warga Imlek 2562 Tahun 2011

Jambi, BATAKPOS

Warga Kota Jambi ramai-ramai menikmati atraksi Barongsai di rumah seorang pengusaha kapal, Robin, di RT 01 No 01, Cempaka Putih, Jelutung, Kota Jambi. Atraksi khas warga Tionghoa itu disuguhkan Robin dalam rangka memperingati Hari Raya Imlek Tahun 2562, Kamis (3/2).

Warga yang terdiri dari orangtua dan anak-anak terlihat antusias menonton Barongsai yang mengambil angpau. Sejak pagi sebelum Barongsai datang warga sudah berkumpul di depan rumah sang pengusaha. Rencananya Kamis siang nanti di rumah Robin akan diadakan open house dan membagi-bagikan angpao untuk warga sekitar.

Pantauan menunjukkan jalan di seputaran Cempaka Putih sejak Kamis pagi padat. Kendaraan yang lewat terlihat merayap. Saat ini atraksi masih berlangsung. Warga Kota jambi menikmati Imlek dengan suguhan Barongsai.

Cuaca yang cerah juga menjadi hal yang lain dari tahun-tahun sebelumnya yang setiap Imlek diguyur hujan lebat. Namun Imlek 2562 Tahun 2011 tak ada turun hujan.

Hari Raya Imlek (yinli xin nian) yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 tahun Imlek (cia gwee che it) bertepaan dengan pergantian tahun Imlek yang berdasarkan perhitungan lunar (peredaran bulan) yang dikombinasikan dengan perhitungan berdasarkan peredaran matahari dan pergantian musim dari musim dingin ke musim semi.

Romy (48), warga jambi keturunan etnis Tionghoa kepada BATAKPOS, Kamis (3/2) mengatakan, Imlek diartikan memasuki musim semi di belahan bumi bagian utara, maka disebut sebagai pesta musim semi. Musim semi mempunyai makna meninggalkan musim yang dingin, gelap dengan pohon-pohon yang gundul, memasuki musim yang hangat, terang dengan pohon yang bersemi. Di Indonesia berarti memasuki musim tanam menyongsong musim hujan yang merata.

Hari raya Imlek dirayakan oleh masyarakat Tionghoa tanpa membedakan agama dan kepercayaan, karena mempunyai makna pengucapan syukur atas berkat dan kelimpahan pada tahun yang lalu dan permohonan berkat dan pertolongan Tuhan pada tahun yang akan datang, maka Imlek bisa disebut sebagai hari pengucapan syukur yaitu Thanksgiving Day.

“Bagi umat Khonghucu dan Buddha biasanya melakukan ibadah di vihara (si) Lit Tang atau kelenteng (miao) untuk bersembahyang dan menyerahkan derma berupa uang atau beras untuk pengurus rumah ibadah dan fakir miskin, ibadah bisa juga dilaksanakan tepat pada hari raya Imlek. Kebaktian dengan tema Imlek juga diadakan di Gereja, Mesjid atau rumah ibadah lain yang umatnya sebagian besar terdiri dari etnis Tionghoa,”kata Romy

Disebutkan, menyambut hari raya Imlek biasanya tiap keluarga membersihkan rumah terutama pada bagian dapur karena dapur merupakan bagian dari rumah yang berjasa dalam memberi kehidupan rumah tangga. Orang tua menyiapkan pakaian baru untuk anak-anaknya dan juga untuk pembantu, sopir dan pekerja lainnya di rumah.

Menyiapkan makanan, kue, kolang-kaling, agar-agar, manisan, lauk pauk, daging, ikan bandeng dan buah-buahan termasuk kue Cina atau kue keranjang. Kue ini biasanya dikirim juga kepada orang tua, mertua, paman atau orang yang dituakan sebagai rasa hormat.

Tiga hari sebelum hari raya Imlek, didaerah pemukiman masyarakat Tionghoa biasanya diadakan pasar malam, dimana diperjual belikan keperluan hari raya baik untuk sembahyang maupun makan.

Rumah tangga tidak menyapu didalam rumah, maknanya agar rejeki tidak terbuang, juga mempunyai makna walaupun hanya sapu tetap perlu istirahat satu hari dalam satu tahun. Apabila terpaksa harus menyapu, maka sampahnya tidak dibuang sampai hari kedua Imlek.

Disebutkan, tepat hari raya Imlek semua berpakaian baru dan rapi, anak-anak memberi hormat dengan cara Tionghoa (bai atau pei) pada orang tua, kakek, nenek, kemudian pada kakaknya dengan ucapan selamat panjang umur, murah rejeki dan lain-lain.

Pembantu dan pekerja di rumah juga mengucapkan selamat pada majikannya, orang tua memberi angpau ( hong bau ) pada anak-anak dan pada pekerja di rumah, kepada anak-anak didoakan dan diberi nasehat agar rajin belajar, pandai, enteng jodoh dan lain-lain.

Selanjutnya makananpun dihidangkan, setelah selesai makan maka keluarga menuju ke rumah orang tua atau orang yang dituakan untuk menyampaikan ucapan selamat. Makanan, kue-kue kecil, agar-agar, manisan dan lain-lain disiapkan dimeja untuk menjamu tamu yang datang berkunjung.

Makanan yang dihidangkan masing-masing mempunyai maknanya antara lain : buah atep (kolang kaling) agar kehidupan mantep, manisan cerme agar tokonya reme, agar-agar berbentuk bintang agar rejeki dan kariernya terang seperti bintang, kue keranjang berarti tidak kekurangan sesuatu dan apabila tamu tersebut membawa anak, maka anak tersebut diberi angpau (hong bao) juga.

Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (Makin Sai Che Tien) Jambi, The Kien Peng (Darmadi Tekun), mengatakan, angpau adalah amplop berwarna merah didalamnya berisi uang, biasanya uang yang masih baru dan terdiri dari 2 lembar.

Uang tersebut digunakan untuk modal kerja, untuk keperluan sekolah, membeli sesuatu yang dicita-citakan dan sebagainya. Pada hari raya Imlek apabila keadaan memungkinkan bisa memasang mercon menunjukkan kegembiraan karena rejekinya meledak.

“Bagi keluarga yang mampu dapat dirayakan dengan mengundang barongsai (wushi atau xingsh ) untuk disaksikan sanak saudara dan kerabat yang datang berkunjung ke rumah. Mengundang barongsai mempunyai makna mengundang rejeki, menolak bala,”katanya.

Disebutkan, tari Liong (wulong) atau barongsai pada mulanya adalah prosesi pengurusan bala, saat ini sudah bergeser sebagai pertunjukkan kesenian yang tinggi mutunya yang patut ditonton bahkan telah dipertandingkan di tingkat Internasional.

Menurut Darmadi Tekun, bagi umat Khonghucu dan penganut kepercayaan tradisional, menyelenggarakan sembahyang Tie Kong (Tuhan) sebelum Imlek telah dilakukan. Perayaan dan tradisi kunjung berkunjung berlangsung sampai dengan tanggal 15 dan pada malam 15 diadakan pesta cap go me (yuan xiao jie).

Tidak ada komentar: