Jumat, 31 Oktober 2008

Petani Sawit di Jambi Semakin Terpuruk

Jambi, Batak Pos

Ribuan petani kelapa sawit di Provinsi Jambi kini terpuruk pasca anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari harga Rp 1800 menjadi Rp 300 per kilogram. Harga Rp 892 per kilogram TBS sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS), petani serta dinas perkebunan tidak berlaku bagi petani.

Bahkan puluhan petani sawit dari sentra perkebunan sawit di Kecamatan Sungaibahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi berobat ke Rumah Sakit Jiwa Jambi akibat setres dan susah tidur. Setres itu akibat dampak anjloknya TBS sawit selama tiga pekan terakhir.

L Sinaga (52) seorang petani sawit di Muarojambi kepada Batak Pos, Rabu (29/10) mengatakan, sebelum anjloknya harga TBS, dirinya masih mendapatkan untung Rp 7 juta satu kali panen. Kini dirinya hanya menerima Rp 1,5 juta.

“Dulu saya terima bisa sekali panen Rp 7 juta. Jumlah itu sudah dipotong upah sipenjaga kebun. Tapi sekarang saya hanya bisa terima Rp 1,5 juta sekali panen. Apa boleh buat, kita harus siap menghadapi kondisi ini,”katanya.

Hal senada juga dikatakan, H Siahaan, seorang pewtani sawit di Kecamatan Sungaibahar. Menurutnya, ratusan masyarakat Batak yang bertani sawit di Sungaibahar benar-benar terpuruk.

“Banyak masyarakat Batak di Sungaibahar kini stres menghadapi anjloknya harga TBS ini. Dari sekian puluh orang warga Sungaibahar yang berobat ke rumah sakit jiwa, untung saja tidak ada orang Batak. Ternyata orang Batak masih sanggub menghadapi anjloknya TBS sawit ini,”katanya.

Menurutnya, anjloknya harga TBHS sawit ini, juga merupakan cobaan bagi petani sawit yang ada di Provinsi Jambi. “Ini merupakan cobaan. Agar petani sawit tidak sombong disaat harga TBS sawit tinggi. Marilah ambil hikmahnya dari anjloknya harga TBS ini,”katanya.

Baik L Sinaga maupun H Siahaan, meminta petani sawit di Jambi untuk bertahan dengan kondisi anjloknya TBS sawit tersebut. Keduanya juga meminta agar petani sawit menjadikan kejadian saat ini sebagai pembelajaran agar bisa menabung dan tidak konsuntif.

“Banyak petani sawit yang kredit kenderaan dan alat eloktronik mengembalikan barang kreditnya keran tidak sanggup membayar kredit. Banyak mobil dan motor milik petani sawit kreditnya macet. Jumlahnya makin hari makin bertambah,”kata L Sinaga.

Berobat Ke-RS Jiwa

Sementara itu, jumlah pasien yang masuk ke Rumah Sakit Jiwa Jambi dua bulan terakhir bertambah. Kenaikan jumlah pasien itu umumnya petani sawit dari Sungaibahar, Muarojambi. Para pasien hendak berobat karena stres dan tidak bisa tidur.

Hal itu dibenarkan Kepala Rumah Sakit Jiwa Jambi dr. Chairy Suryadi Indra. Menurutnya, pasien yang datang umumnya akibat stres dan tidak bisa tidur, gara-gara harga sawit turun. Akibatnya kredit tidak terbayar."Setiap hari rata-rata pasien yang berobat gangguan jiwa enam hingga delapan orang,"katanya.

Dari data Rumah Sakit Jiwa, dalam sepekan terakhir jumlah pasien yang berobat berjumlah 24 orang. "Pasien umumnya para petani kelapa sawit, mereka berobat jalan,"ujarnya. ruk

Tidak ada komentar: