Kamis, 29 Mei 2008

Pengakuan Pengidap HIV: “Kamis Jangan Dikucilkan”

Jambi, Batak Pos
Ada yang menarik dari “Pelatihan Berhubungan Dengan Media” yang diikuti 17 peserta dari 17 provinsi yakni LSM “Dukungan Sebaya” (LSM Pendampingan penderita HIV/AIDS) di salah satu hotel di Jambi yang berlagsung dari tanggal 26-30 Mei 2008. Kegiatan itu diprakarsai Yayasan SPIRITIA Jakarta, Chris W Green dan Direktur Eksekutif LSM Info Kespro Jakarta, Syaiful W Harahap.

Sebanyak 17 orang LSM kelompok “Dukungan Sebaya” ternyata 70 persennya positif HIV/AIDS. Diakhir pelatihan, para perserta mengungkapkan kondisi yang mereka alami. Peserta 17 asal 17 provinsi di Indonesia, diantaranya NTT, NTB, Bali, seluruh Jawa, Padang, Sulawesi Selatan, Medan dan Riau itu berkeluh kesah soal keberadan mereka di tengah masyarakat.

Ternyata dari sejumlah peserta yang mengikuti pelatihan tersebut ada yang sudah positif terinfeksi HIV. Yudi dari Jakarta dan Heru dari Medan, mereka pada intinya minta maasyarakat di daerah-daerah tidak mengucilkan atau diskriminasi kepada pengidap HIV/AIDS.

“Kami yang terinfeksi HIV khususnya keluarga dapat memberikan dukungan, meskipun virus ini belum ada obatnya. Tetapi apabila minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter maka dapat membantu kondisi tubuh pasien normal dan dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari,”ujar Yudi dan Heru membuka percakapan dengan Batak Pos.

Yudi tidak keberatan dirinya untuk diekspose di media massa agar masyarakat dapat memahami bahwa HIV/AIDS bukanlah satu-satunya penyakit yang harus ditakuti secara berlebihan.

Ia mengakui mengetahui dirinya terinfeksi HIV pada tahun 2003, sudah berkeluarga dan punya anak berusia 6 tahun. Namun hingga sekarang anak dan istrinya tidak tertular virus tersebut.
Menurut Yudi, guna mengantisipasi agar tidak tertular kepada istri melalui hubungan seks, ia melakukan hubungan secara wajar dan memakai kondom.


Yudi juga mengakui bahwa diantara tetangganya ada yang sudah mengetahui. Namun Yudi malah menjadikan mereka sebagai media untuk memberikan informasi yang benar tentang HIV sehingga masyarakat sekitar tidak mengucilkannya.

“Masyarakat tidak perlu khawatir bergaul, makan dan minum bersalaman dengan penderita HIV. Karena tidak menular dengan pergaulan normal. Virus ini dapat menular diantaranya melalui darah misalnya jarum suntik narkoba, transfusi darah yang tercemar, hubungan seks,”katanya.

Kata Yudi, penderita yang terinfeksi HIV tidak perlu cemas berlebihan. “Kita minta mereka yang positif HIV bergabung dengan Dukungan Sebaya di daerah masing-masing untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.

Hal sedana juga diutarakan HERU yang berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara. Menurutnya, dirinya tertular virus ini melalui jarum suntik narkoba. Tetapi yang membahagiakan dirinya, kala itu pacarnya masih mau untuk dinikahinya meskipun mengetahui ia positif HIV.

Heru mengambil hikmah, saat ini ia sudah keluar dari pecandu narkoba. Istrinya juga sampai saat ini belum positif terinfeksi virus HIV, dia mengaku banyak menggunakan kondom dalam melakukan hubungan suami istri.

Lain halnya dengan salah seorang peserta dari Kota Makasar, seorang ibu beranak satu yang tak mau namanya disebut. Dirinya minta kepada pihak rumah sakit di daerah untuk tidak diskriminasi terhadap pasien HIV.

Di kotanya pasien HIV yang berobat ke Rumah sakit rujukan mendapat layanan yang wajar, malah sedikit dilebihkan dari pasien lainnya. Hendaknya di daerah-daerah lain begitu. Ia juga mengharapkan agar virus ini stop hanya untuk dirinya sendiri, masyarakat yang belum tertular untuk dapat hidup wajar dan normal agar tidak tertular.

Pengakuan tiga peserta yang mau diberitakan pengakuannya itu, pada dasarnya mereka ingin dihargai dan tidak dikucilkan masyarakat. Mereka juga meminta Rumah Sakit diseluruh tanah air untuk mau melayani mereka, khususnya membuka konseling tentang HIV/AIDS.

Sementara itu, Manager Divisi Pelatihan dan Informasi Yayasan SPIRITIA Jakarta, Chris W Green kepada Batak Pos disela-sela acara pelatihan mengatakan, pihaknya merahasiakan acara tersebut dan tidak boleh diliput pers sebelum kegiatan selesai.

“Kami punya pengalaman pahit saat melakukan kegiatan yang sama di Papua. Saat itu media di Papua mengekpose kalau peserta pelatihan positif HIV/AIDS. Sehingga pihak hotel tempat dilaksanakan kegiatan mengusir kami. Kami minta kegiatan diekpose serta pengakuan peserta dikahir kegiatan,”ujar Chirs yang bertolak dari Jambi, Kamis (29/5). ruk

Tidak ada komentar: