Jakarta (Humas Pemprov Jambi), Penjabat (Pj) Gubernur Jambi, Dr.Ir.H.Irman,M.Si, menekankan bahwa kualitas produk
sangat menentukan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal tersebut
dikemukakan oleh Irman dalam wawancara usai Pembukaan Sosialisasi Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Peluang
dan Tantangan, bertempat di Flores Ballroom, Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu
(4/11) siang.
Acara sosialisasi tersebut diselenggarakan oleh
Kementerian Koordinator Perekonomian Indonesia, sebagaai sosialisasi yang lebih
terpadu sekaligus sebagai upaya untuk mempersiapkan diri lebih baik dalam
menghadapi diberlakukannya MEA mulai 1 Januari 2016.
Irman menjelaskan, kualitas produk sangat menentukan
dalam MEA nanti, dimana dengan adanya MEA kualitas produk harus lebih
ditingkatkan lagi, dan untuk itu, semua pihak terkait, baik pemerintah, swasta,
dan masyarakat harus berupaya lebih baik lagi untuk meningkatkan kualitas produk.
“Yang utama adalah masalah kualitas, lebih spesifik
lagi adalah kualitas produk yang akan diekspor, karena kalau kualitasya rendah
kita akan susah untuk bersaing, nanti akan ada standardisasi, walaupun pada
awalnya belum ada standar tunggal ASEAN, tetapi nanti akan megarah kesana. Oleh
karena itu kita memang harus berusaha keras agar jangan sampai standar kualitas
kita dari Indonesia, termasuk dari Provinsi Jambi, tidak memenuhi standar
produk untuk ASEAN,” ungkap Irman.
Senada dengan apa yang ditekankan oleh Menteri
Koordinator (Menko Perekonomian), Darmin Nasution tentang pentingnya peran
Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia, termasuk dalam MEA,
Irman juga menyatakan bahwa UKM merupakan basis ekonomi di daerah dan juga jadi
basis ekonomi untuk tingkat nasional. “Oleh
karena ini, UMKM ini menurut saya memang mempunyai kekuatan yang bisa eksis dalam
suasana perekonomian global yang melemah. Kalau UKM, mudah-mudahan tidak
terganggu dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Saya sangat mendukung bahwa
UMKM itu merupakan pondasi ekonomi yang juga memerlukan terobosan-terobosan.
UMKM juga nantinya harus memiliki standar-standar produk ekonomi yang bisa
menyamai dengan standar-standar negara ASEAN,” ujar Irman.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Republik
Indonesia, Darwin Nasution, dalam sambutannya mengatakan, sosialisasi ini
diadakan agar semua pihak memiliki persepsi dan kesadaran yang sama terhadap
peluang dan tantangan yang akan dilalui, serta manfaat dari tantangan dalam MEA.
Darmin Nasution menyatakan, MEA akan diberlakukan per
1 Januari 2016, dengan 3 pilar, yakni 1.Politik dan keamanan, 2.Masyarakat
ekonomi, dan 3.sosial. Dan, lanjut Darmin Nasution, dengan diberlakukannya MEA,
akan menjadikan ASEAN mestinya kawasan yang lebih stabil, mestinya masyarakatnya
lebih sejahtera, dan mestinya masyarakatnya berinteraksi sosial dengan lebih
baik.
Dikatakan oleh Darmin Nasution, jumlah penduduk ASEAN 600
juta jiwa lebih dan PDRB lebih dari 2,4 triliun Dolar Amerika Serikat pada tahun 2014 menrupakan suatu potensi bagi
ASEAN.
“Total perdagangan ASEAN dengan dunia 2,53 triliun
Dolar Amerika Serikat dan ekonomi dari tahun ke tahun trend-nya meningkat,” ujar Darmin.
Darmin menyatakan, MEA mempunyai pondasi 4 pilar,
yaitu: 1.Sebagai pasar tunggal dan basis prosuksi 2.Daya saing ekonomi
3.Kawasan ekonomi merata dan berimbang, dan 4.Terintegrasi secara penuh dengan
ekonomi global.
Darmin juga mengatakan bahwa dengan diberlakukannya
MEA, maka 99 % bea masuk barang dan jasa 0 sampai 5%.
“Dengan dimulainya MEA pasti membawa hal-hal yang
baru, yang harus dihadapi dan harus dilalui. Untuk itu memerlukan persiapan
lebih jauh. Banyak catatan untuk perbaikan ekonomi Indonesia, baik jangka
pendek, menengah, dan panjang,” tutur Darmin.
Darmin mengemukakan, peran UKM sangat penting dalam
perekonomian nasional dan peran UKM juga sangat diharapkan dalam MEA nantinya.
Namun demikian, Darmin mengungkapkan, UKM jangan sampai berpikiran bahwa
pemerintah main buka saja pasar dan membiarkan head to head dengan pelaku ekonomi negara-negara ASEAN. “Meskipun
pangsa pasar UKM sebagian besar di kabupaten, hanya sedikit yang ke wilayah
provinsi, apalagi nasional,” ungkap Darmin.
“Index of doing
business mengukur kemampuan untuk berusaha, ukurannya adalah UKM, kita berada
pada urutan 109 di dunia. Peringkat 109 itu tidak membanggakan, oleh karena itu
perbaikan di bidang itu sangat urgen,” ungkap Darmin.
Darmin meminta Pemerintah Daaerah untuk berperan aktif
memfasilitasi dan membina UKM dalam menghadapi MEA
Selain itu, Darmin menegaskan, dalam menghadapi MEA, Pemerintah
punya tugas dan tanggung jawab untuk membangun jaringan. “Para pemuda kita sebetulnya
canggih dengan gadget. Indonesia masuk dari segelintir negara yang paling
banyak menggunakan media modern, artinya punya kemampuan mencari pangsa pasar,
termasuk pangsa pasar di luar negeri,” ujar Darmin.
Berkaitan dengan upaya untuk mengendalikan laju
inflasi di Indonesia, Menko Perekonomian ini meminta agar peran Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus ditingkatkan. “Perlu evaluasi dan
analisis terus-menerus,” sebut Darmin.
Sebelum membuka sosialisasi tersebut, Darmin berrharap
supaya sosialisasi tersebut bisa membuka paradigma berpikir tentang arti
pentingnya MEA.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Muliaman, D. Hadad, Ph.D, dalam sambutannya menyatakan, MEA disepakati pada KTT
ASEAN tahun 1997.
Inti MEA tertuang dalam ASEAN Vision 2020, yakni mewujudkan
suatu kawasan yang stabil, makmur, kompetitif, dengan pertumbuhan ekonomi yang
merata serta mengurangi kemiskinan di ASEAN.
Muliaman mengatakan bahwa Indonesia merupakan satu-satunya
negara ASEAN yang masuk dalam forum G-20, dan 16 ekonomi terbesar di dunia.
Dikatakan oleh Muliaman, dengan proporsi 40 persen penduduk
ASEAN ada di Indonesia, Indonesia harusnya bisa menjadi lokomotif ASEAN, dan
hal tersebut menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia.
Muliaman mengemukakan, dalam hal layanan keuangan, industri
keuangan diharapkan bisa mendekatkan layanan keuangan kepada masyarakat, membuka
akses seluas-luasnya, dan mengatasi berbagai permasalahan layanan keuangan.
“Integrasi MEA ditujukan untuk memakmurkan, membangun
ekonomi yang kompetitif. Integrasi harus dilandasi dengan semangat yang saling menguntungkan,
bukan menguntungkan satu pihak dengan merugikan pihak lain,” ungkap Muliaman.
“Kita harus memupuk kemampuan perbankan dan perusahaan
jasa keuangan, serta membangun banking
integration framework (kerangka kerja integrasi perbankan).
Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional
Kementerian Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Rizal Afandi Lukman,
dalam sambutannya menyatakan bahwa perwakilan pengusaha dan 7 (tujuh) duta
besar Indonesia untuk negara ASEAN ikut memberikan paparan dalam sosialisasi
implementasi ASEAN tersebut. (Mustar Hutapea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar