Hentikan Belajar Dua Shif Sebelum Terlambat
JAMBI-Persaingan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sekolah negeri
dengan swasta setiap ajaran baru, menjadi polemik dunia pendidikan. Namun
persaingan ini kerap tidak mengedepankan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Bahkan PPDB kerab dijadikan sebagai komersialisasi bangku sekolah bagi
sekolah-sekolah favorit.
Demikian rangkuman pendapat dari Pengamat Pendidikan di
Jambi, Dr Fadlilah Husain, Dr Samsu PhD dan Ketua Dewan Pendidikan Jambi Prof Dr
Muktar Latif, yang disimpulkan Harian
Jambi Senin (11/8) . Menurut mereka kebijakan Dinas Pendidikan Kota Jambi
yang memberikan lampu hijau kepada SMAN 2 Kota Jambi dan SMAN 5 Kota Jambi
melakukan dua shif pada siswa baru sangat bertentangan dengan Undang-Undang
Pendidikan.
Menurut Dr Fadlilah Husain, peran pendidikan antara
masyarakat, pemerintah dan swasta tidak dapat dipisahkan kerena sekolah swasta
juga membantu pemerintah dalam mendidik anak
bangsa. Peranan sekolah swasta dalam mejalankan pendidikan nasional tidak dapat
diremehkan.
Sementara Dr Samsu PhD menambahkan, sekolah swasta dan negeri
merupakan penyelenggara pendidikan dan menerapakan 8 standar pendidikan.
Diantaranya standar prasarana, standar pembelajaran. Sekolah swasta dan negeri
akan berpacu untuk menerapkan standar tersebut. “Negeri dan swasta adalah
sesuatu yang tidak dapat disahkan karena mereka sama-sama melakukan pendidikan
dan sama-sama menerapkan 8 standar pendidikan itu,” katanya.
Menurut Dr Samsu,
jika penerapan sistem dobel shif akan mengurangi efektifitas dalam
pembelajaran, seharusnya pembelajaran diadakan selama 45 menit dengan menerapan
dobel shif jam tersebut akan dikurangi.
“Penerapan
sistem dobel shif akan mengurangi intensitas pembelajaran karena stamina guru
yang mengajar telah berkurang,” ujarnya.
Sementara Ketua Dewan Pendidikan Jambi Prof Dr Muktar
Latif menambahkan, wacana penerimaan PPDB gelombang kedua dengan alasan tingginya
animo masyarakat sekolah di negeri, bukan alasan yang tepat.
Menurutnya,
kebijakan shift sore itu bukan solusi dalam menampung siswa baru di sekolah
negeri. “Animo orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah negeri,
hanya pada sekolah negeri tertentu. Padahal banyak sekolah negeri di Kota Jambi
yang siswanya masih minim. Seharusnya siswa itu diarahkan ke sana, bukan
menumpukkan di sekolah-sekolah tertentu. Wacana PPDB gelombang kedua sebaiknya
dipikirkan lagi,” katanya.
Prof Dr Muktar
Latif juga mempertayakan kualitas belajar mengajar sore di sekolah negeri itu
nantinya. Karena tenaga pengajar juga harus dipertimbangkan secara matang.
“Kualitas yang penting, bukan kuantitas siswa,” katanya.
Menurut Muktar
Latif, sekolah dua shift tidak kondusif di Jambi, karena budaya belajar kita
masih sangat rendah. Kemudian guru-guru memiliki kemampuan yang terbatas,
kurang ratio dengan bidang studi.
“Kota Jambi
defisit biaya pendidikan. Maka akan kesulitan operasional pendidikan. Kota Jambi
harus siap menambah biaya untuk guru senilai penghargaan yang diterima guru mengajar pagi hari. Dinas Pendidikan
Kota Jambi tidak akan mampu mengkoordinir sekolah, karena keterbatasan Sumber
Daya Manusia (SDM). Manajemen, biaya, dan sistem pengelolaan yang masih di bawah
standar,” kata Muktar Latif.
Menurut ketiganya, kebijakan penerapan dua shif di sekolah
negeri harus segera dihentikan sebelum terlambat. Bahkan ditengarai ada oknum
pejabat sekolah dan diknas yang sengaja memelihari komersialisasi bangku sekolah
setiap tahun ajaran baru tiba.
Kualitas di Xaverius
Sementara Kepala Sekolah SMA Xaverius 1 Kota Jambi, Paulus
Purmedi kepada Harian Jambi, Senin
(11/8) mengatakan, dalam menarik perhatian calon siswa baru untuk masuk ke-sekolah
swasta harus mempunyai suatu hal yang ditonjolkan.
Seperti dari segi prestasi yang dimiliki oleh sekolah. Karena
masyarakat pada umumya mencari sekolah yang berkualitas. “Selaku sekolah swasta
kita harus mempersiapkan kualitas sekolah agar sekolah kita tetap dimininati
oleh masyarakat,” katanya.
Disebutkan, jika dalam persaingan PPDB sekolah swasta tidak mempunyai
keunggulan, bagai mana masyarakat berminat masuk ke sekolah swasta. Karena
hanya keunggulan dan kualitas sekolah yang dapat memancing siswa untuk berlomba-lomba
masuk ke sekolah tersebut.
“Jika sekolah berkualitas maka masyarakat akan berlomba-lomba
memasukkan anaknya ke sekolah berkualitas tersebut meski sekolah swasta,"
katanya.
Dilanjutkannya, penerapan dua shif yang dilakukan oleh pemerintah tidak perpengaruh kepada pendaftar ke Sekolah Xavarius 1. Karena 80 persen siswa yang masuk berasal dari SMP Xavaris dan 20 persen dari sekolah SMP sederajat lainnya.
Kerja sama antara lembaga SD, SMP, dan SMA sangat dibutuhkan
sehingga SMA Xavarius tidak kekurang siswa. “Di Xavarius ini 80 persen siswanya
berasal dari SMP Xavarius, begitupula dengan SMP-nya siswa barunya berasal dari
SD Xavarius jadi kita harus membatu SD delam perekrutan siswa baru agar sekolah
SMP dan SMA siswanya tidak berkurang," katanya.
Kata Paulus, jika hanya 2 sekolah SMA yang menerapkan sistem dua shif hal tersebut tidak berpengaruh pada pendaftar di sekolahnya. Namun jika semua sekolah Negeri menerapkan sistem dua shif maka pihaknya juga sangsi sekolahnya akan terpengaruh dengan hal itu.
Kata Paulus, jika hanya 2 sekolah SMA yang menerapkan sistem dua shif hal tersebut tidak berpengaruh pada pendaftar di sekolahnya. Namun jika semua sekolah Negeri menerapkan sistem dua shif maka pihaknya juga sangsi sekolahnya akan terpengaruh dengan hal itu.
“Bisa saja pendaftar akan berkurang dan bisa-bisa tutup
karena kekurangan siswa. Untuk sekarang penerapan dua shif belum perpengaruh
pada pendaftar di sekolah kita. Namun jika semua negeri membuka dua shif maka
kita akan mengalami kekurangan pendaftar,” katanya.
Pihaknya berharap agar penerapan sistem dua shif tersebut
harus dihentikan jika tidak hal tersebut akan perpengaruh kepada sekolah swasta
dan hal tersebut akan mengurangi kualitas dari pendidikam itu sendiri.
“Kalau bisa sistem dua shif segera dihentikan karena dua shif
ini berdampak pada kualitas pendidikan. Kita aja yang melakukan dua shif mau
menerapkan single shif, eh malah negeri buat dua shif," katanya.
Hal sama juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SMA Nusantara Kota Jambi, Jaya Sumantri. Menurutnya jika tidak segera disikapin sekolah yang menerapkan dabel shif tersebut akan menurunkan kualitas pendidikan.
Sebab proses pembelajaran yang dilakukan dengan kesan
dipaksakan akan menimbulkan efek negatif terhadap proses belajar megajar. “Penerapan
dua shif ini merupakan masalah yang besar. Jika tidak cepat disikapi akan
memperburuk citra pendidikan di Kota Jambi,” katanya. (KAHARUDDIN,/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar