|
Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih STh PHd. Foto-foto Dok Rosenman Manihuruk (Asenk Lee Saragih) |
(Suara
Pembaruan.com Sabtu, 8 September 2012).
Tanah Simalungun
termasuk daerah yang paling sulit ditembus pekabaran injil (PI) di tanah Batak,
Sumatera Utara. Hal tersebut ditandai dengan lambatnya PI masuk ke tanah Simalungun.
PI baru dimulai di tanah Simalungun, 2 September 1903 oleh Misionaris asal Jerman,
Pdt August Theis.
Sedangkan
di tanah Batak Toba (Tapanuli), PI yang dilakukan misionaris Jerman Pdt
Ilnommensen sudah dimulai 7 Oktober 1861 yang ditandai dengan berdirinya Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP).
PI di
tanah Karo dimulai tahun 1890 oleh misionaris Jerman, Pdt Hguiellaume atau tertinggal
sekitar 42 tahun dari PI di tanah Batak Toba dan 13 tahun dari PI di tanah
Karo. Lambatnya PI di tanah Simalungun dipengaruhi tradisi masyarakat Simalungun
yang masih banyak menganut animisme.
Kemudian
masyarakat Simalungun juga memiliki sifat yang tertutup terhadap dunia luar. Selain
itu daerah-daerah Simalungun tempo dulu rata-rata terisolasi dari dunia luar
dan sebagian daerah Simalungun sudah dimasuki agama Islam.
Berhala menurut
mantan Ephorus Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Pdt Jas Damanik STh dalam
sebuah tulisan-nya berjudul “Pengaruh GKPS di Simalungun serta arah kebijaksanaan
dan strategi pengem-bangannya”, sebelum injil ma-suk ke Tanah simalungun, masyarakat
Simalungun sebagian besar menganut kepercayaan animisme (menyembah berha-la).
Mereka
percaya adanya roh benda-benda seperti gunung, sungai kayu besar dan
sebagai-nya. Mereka sangat taat kepada adat-istiadat, sehingga sulit menerima
nilai-nilai maupun ajaran lain dari luar, termasuk injil.
Secara
geografis, sebagian besar desa (nagori) di tanah Simalungun termasuk sangat sulit
dijangkau. Kondisi demikian membuat masyarakat Simalungun sulit berhubungan dengan
dunia luar. Desadesa terisolasi yang masing-masing memiliki partuanon
(tuan-tuan kampung) di Simalungun kala itu juga sulit dimasuki orang lu-ar
akibat seringnya terjadi perang (permusuhan) antarkampung.
Kalau
pun ada daerah Simalungun yang mudah dijangkau dan aman dimasuki, seperti
daerah Bandar , Tanah Jawa, Perdagangan yang dekat dengan tanah Melayu,
masyarakat Simalungun di
daerah
itu sudah dimasuki agama islam.
Di
tengah ketertutupan Simalungun dari segi kepercayaan, sosial, budaya dan
geografis tersebut, injil tetap berhasil menembus tanah Simalungun. Para misionaris
Jerman menembus tembok-tembok ketertutupan tanah Simalungun melalui jalur
pantai Danau Toba wilayah Simalungun.
Untuk membangun
kantong-kantong PI di tanah Simalungun, para misionaris jerman yang bernaung di
bawah payung persekutuan gereja HKBP masuk melalui Desa Tigaras dan Desa Haraanggaol.
Kedua desa di tepian Danau Toba yang telah memiliki akses jalan bangunan Belanda
ke pusat tanah Simalungun, Pematangraya, atau ibukota Kabupaten Simalungun saat
ini.
Respons
cepat menyadari ketertinggalan mereka saudara-saudaranya, masyarakat Batak Toba
dan Karo dalam PI, pembangunan pendidikan dan kesehatan, masyarakat Simalungun
yang dulunya anti perubahan pun sangat cepat merespon kehadiaran PI injil di
daerah dan masyarakat mereka.
Setelah
Pdt August Theis berkiprah menyebarkan injil di tanah Simalungun selama 18
tahun (1903 – 1921), masyarakat Simalungun pun banyak yang meninggalkan
kepercayaan animisme dan masuk menjadi penganut Kristen.
Selain
itu warga masyarakat Simalungun pun berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka
ke sekolah-sekolah penginjilan (Zending) dan sekolah-sekolah umum setelah mereka
menerima PI.
Ketertarikan
masyarakat Simalungun mengikuti ajaran Injil, kata Pdt Jas Damanik STh, karena PI
di tanah Simalungun yang dilaku-kan Pdt August Theis berhasil membebaskan
masyarakat Simalungun dari perbudakan pemerintah kolonial Belanda.
Pdt Augut
Theis dan pemerintahan kolonial Belanda menyepakati pembebasan masyarakat Simalungun
dari perbudakan tahun 1910. Daya pikat lain Injil bagi masyarakat Simalungun
kala itu, yakni teratasinya masalah-masalah kesehatan masyarakat melalui pelayanan
kesehatan keliling dan pendirian rumah sakit yang dilakukan Misionaris Jerman
disertai pembangunan sekolah-sekolah umum.
Tingginya
animo masyarakat Simalungun menyambut PI tersebut berpengaruh cepat terhadap
berdirinya gereja Simalungun. Setelah PI di tanah Simalungun berjalan di bawah
payung HKBP sekitar 60 tahun (1903 – 1963), Gereja Simalungun bernama Gereja
Kristen Protestan Simalungun (GKPS) pun didirikan secara resmi, 1 September
1963.
Pendirian
GKPS sebagai suatu gereja yang menggunakan bahasa Simalungun di tanah Simalungun
sendiri, membuat PI di tanah Simalungun semakin menggeliat. GKPS pun dengan
leluasa mendirikan sekolah-sekolah umum tingkat sekolah dasar (SD) hingga
sekolah menengah atas (SMA), rumah sakit, lembaga pendidikan dan pelatihan
pertanian serta lembaga pelestarian senibudaya Simalungun.
Tingginya
perhatian GKPS dalam pembangunan masyarakat dan daerah Simalungun tersebut
membuat GKPS pun bisa menjadi “Tuan Rumah” di daerah sendiri dalam PI dan
pembangunan masyara-kat. Sejak tahun 1963, ketika perhatian pemerintah masih
rendah terhadap pembangunan daerah dan masyarakat Simalungun belum maksimal, GKPS
sudah melakukan berbagai terobosan dalam pembangunan daerah dan masyarakat Simalungun.
Selain
mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit (RS) Bethesda di Seribudolok, Kecamatan
Silimakuta, GKPS juga membangun jalan ke desa-desa terisolir. GKPS juga membangun
sarana air minum di desa-desa krisis air bersih, khusus-nya di daerah-daerah pegunungan.
Alhasil,
saat ini, ketika injil genap 109 tahun ditaburkan di Tanah Simalungun, GKPS sudah
mampu menjadi salah satu tulang panggung pembangunan daerah dan masyarakat Simalungun.
Hal itu
bisa dilihat dari banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan melalui
badan-badan pendidikan GKPS. Daerah-daerah di Simalungun juga sudah tidak ada
lagi yang masuk kategori terisolasi dengan masyarakat terbelakang.
Kehadiran
GKPS telah mampu membuat hampir 100 % masyarakat Simalungun mengecap pendidikan
dasar dan menengah serta menikmati pelayanan dasar kesehatan.
Terus Berjuang
Ephorus
(pimpinan tertinggi) GKPS, Pdt Jaharianson Saragih STh PHd pada pemekaran GKPS
Resort Jambi dengan GKPS Resort Muarabungo, Jambi baru-baru ini menjelaskan,
pihaknya terus berjuang meningkatkan partisipasi dalam pembangunan masyarakat
daerah dan masyarakat
Simalungun
sebagai wujud nyata misi PI di tanah Simalungun, serta memajukan pembangunan
bangsa Indonesia.
Komitmen
GKPS terhadap pembangunan pendidikan tersebut, lanjut Jaharianson ditandai
dengan semakin banyaknya jumlah lembaga pendidikan di Simalungun yang didirikan
dan dikelola GKPS. Saat ini GKPS telah memiliki sekolah dasar (SD) sebanyak 21
unit, sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 8 unit, sekolah mene-ngah atas (SMA)
2 unit dan sekolah menengah kejuruan (SMK) 4 unit.
Selain
itu, GKPS juga kini memiliki sekolah taman kanak-kanak sebanyak 2 unit. Sedangkan
untuk pendidikan tinggi, GKPS bersama gereja-gereja di Sumatera utara sudah
lama mendirikan Sekolah Tinggi Theologia di Medan, Sumatera Utara.
Kemudian
GKPS juga menjadi salah satu pendukung utama pendirian perguruan tinggi
(PT) Universitas Simalungun di Kotamadya
Pematangsiantar, Simalungun. Dikatakan, salah satu yang kini mendapat perhatian
serius GKPS ialah pembangunan karakter masyarakat Simalungun.
Pembangunan
karakter itu penting di tengah derasnya gempuran demoralisasi zaman sekarang
ini. Untuk mencapai itu GKPS memiliki SDM yang cukup berkualitas dalam
pelayanan kerohanian dan sosial.
“Saat
ini GKPS kini memiliki sekitar 286 pendeta, 86 orang penginjil dan 14.000 diaken
(pelayan). Mereka melayani sekitar 210.141 jiwa warga GKPS yang tersebar di 634
gereja di Simalungun dan berbagai daerah di Indonesia yang terbagi dalam VII
Distrik Wilayah Pelayanan,” kata Pdt Jaharianson Saragih STh PHd. [sp/radesman
saragih]. (Dikutip dari database SP.com). (Asenk Lee Saragih-HP 0812 7477587)
|
Ephorus GKPS bersama Inang saat melantunkan lagu "Monang Do Au" Cipt Pdt Dharma Sitopu STh di GKPS Sei Panas Batam Mei 2011. |
|
|
Rekam Jejak Gereja-Gereja GKPS di Simalungun & Indonesia Oleh Sy Rosenman Manihuruk (Asenk Lee Saragih-HP 0812 7477587)
|
GKPS Bangun Jaya, Resort Panei Tongah |
|
GKPS Batu Dua Puluh Resort Panei Tongah |
|
GKPS Bulu Raya Pasar-Raya |
|
GKPS Bangko Resort Muarabungo |
|
GKPS Efrata Resort Siantar II |
|
GKPS Efrata Resort Siantar II |
|
GKPS Efrata Resort Siantar II |
|
GKPS Embong Resort Panei Tongah |
|
GKPS Hinalang-Resort Hinalang |
|
GKPS Hutabayu Pane |
|
GKPS Hutabayu Panei |
|
GKPS Hutaimbaru-Resort Tongging |
|
GKPS Hutaimbaru-Resort Tongging |
|
GKPS Jalan Sudirman Siantar |
|
GKPS Jalan Sudirman Siantar |
|
GKPS Muarabungo-Resort Muarabungo |
|
GKPS Muarabungo-Resort Muarabungo |
|
GKPS Pekanbaru Induk Distrik VII. Dok Pesparawi Sei Bapa Se Distrik VII Tahun 2002 |
|
GKPS Purba Tongah |
|
GKPS Sinasih |
|
GKPS Sipoldas Resort Panei Tongah |
|
GKPS Sipoldas Resort Panei Tongah |
|
GKPS Sipoldas Resort Panei Tongah |
|
GKPS Sirpang Sigodang |
|
GKPS Sei Panas Batam-Resort Batam |
|
GKPS Soping Resort Tongging |
|
GKPS Sukamakmur Resort Muarabungo |
|
GKPS Persiapan Tanah Kanaan Jambi-Resort Jambi |
|
Lahan Kantor Bupati Simalungun Yang Baru |
|
Lahan Kantor Bupati Simalungun Yang Baru |
|
Tugu Adipura Kota Siantar |
|
Tugu Perjuangan Tiga Ras. Foto-foto Asenk Lee Saragih. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar