Lahan Gambut : Lahan gambut yang terbakar di Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, Sabtu (1/10). Foto batakpos/ rosenman manihuruk
Jambi, Batak Pos
Kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi tiga hari terakhir kini semakin memprihatinkan. Transportasi darat, sungai dan udara kini sudah mengalami gangguan. Seperti jadwal penerbangan dari dan Bandar Udara (Bandara) Sultan Thaha Jambi kini sudah terganggu.
Selain itu, pengguna transportasi sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari kini juga sudah mulai terganggu. Kemudian Warga Jambi juga banyak mengalami penyakit Inpeksi Saluran Pesnafasan Atas (ISPA).
Pengamatan BATAKPOS menunjukkan, kabut asap sudah menyebabkan mata perih dan napas sesak. Kabut asap tebal tampak pada pagi hari hingga siang, dan berkabut tebal pada sore hari. Warga juga kini sudah menggunakan masker jika keluar berkenderaan.
Jarak pandang juga terbatas hanya 300-an meter dan udara terasa berbau asap. Kondisi tersebut membuat warga Jambi resah. Warga Kota Jambi mengaku mengalami perih mata serta agak sedikit membuat nafas sesakn.
“Kabut kini sudah terasa berbau. Mata juga perih dan bernafas sudah mulai sesak. Kondisi ini sudah berbahaya bagi kesehatan. Kita meminta pemerintah untuk bersikap dengan membuat hujan buatan guna mengurangi kabut asap tersebut,”kata Bambang Suryo, warga Kebun Handil, Jelutung, Kota Jambi, Minggu (2/10).
Hal senada juga dikeluhkan Murmahmudi, nahkoda kapal kayu motor tujuan Angso Duo Jambi-Nipah Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Menurutnya, nahkoda kapal speedboat kini harus hati-hati karena jarak pandang cukup terbatas.
“Kabut asap bisa menyebabkan kecelakaan kapal. Namun hingga kini hal tersebut belum terjadi karena nahkoda selalu mengurangi kecepatan kapal. Namun akibat kabut asap tersebut, waktu tempuh terlambat karena pengurangan kecepatan,”katanya.
Pesawat Hujan Buatan Rusak
Sementara pesawat hujan buatan jenis Cassa CN 212-200 milik Kementerian Kehutanan (Kemenhut) yang dioperasikan di Jambi mengalami kerusakan. Rencana peminjaman pesawat serupa yang stand by di Palembang harus dilakukan guna pembuatan hujan buatan di Jambi.
Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jambi, Hasvia mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan BNPB Palembang untuk meminjam pesawat hujan buatan yang kini stand by di Palembang.
“Mereka mau meminjamkan pesawatnya. Pesawat akan langsung menabur garam di sekitaran Provinsi Jambi untuk proses pembuatan hujan buatan. Peminjaman ini dilakukan menjelang pesawat hujan yang di-stand by-kan di Jambi selesai diperbaiki. Saat ini, pesawat masih terbengkalai karena menunggu onderdil dari Jakarta. Pesawatnya masih dalam perbaikan,”katanya.
Sementara data titik api (hotspot) di Provinsi Jambi hingga Minggu (2/10) semakin meningkat. ni juga yang menyebabkan kabut asap semakin pekat. Menurut Hasvia, dari satelit terpantau 10 titik api pada hari Minggu, padahal sehari sebelumnya hanya terpantau 7 titik api saja.
Disebutkan, dari 10 titik tersebut, terbanyak berada di Kabupaten Tebo, jumlahnya mencapai 5 titik. Sementara di Sarolangun masih terdapat 2 titik, kemudian Merangin, Bungo dan Batanghari masing-masing 1 titik api.
Sedangkan titik api yang terpantau satelit terbanyak tetap ada pada Provinsi Sumatera Selatan, jumlahnya mencapai 106 titik api. Kemudian Kalimantan Barat 77 titik api, Kalimantan Tengah 67 titik, Riau 20 titik, Lampung 13 titik, Kalimantan Timur 8 titik, Kalimantan Tengah 5 titik dan Sumatera Utara 3 titik serta Sumatera Barat 1 titik.
Secara terpisah, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, titik api di Provinsi Jambi memang tidak begitu banyak. Namun, kabut asap dipengaruhi oleh titik api di sejumlah provinsi lain, seperti tetangga terdekat Sumatera Selatan.
“Meski kita sedikit, tapi provinsi lain cukup banyak, jadi asapnya terbawa sampai ke Jambi. Untuk mengatasi masalah ini, kita hanya bisa berharap pada petugas pembuat hujan buatan mengoperasikan pesawatnya. Namun karena pesawatnya rusak, kita akan berkoordinasi dengan Kemenhut secepatnya. Saya akan koordinasikan,”kata HBA.
HBA juga berharap kabut asap ini bisa diatasi sehingga tidak berbahaya terhadap masyarakat terutama anak-anak sekolah. “Sekarang saya belum buat kebijakan untuk meliburkan sekolah. Tapi kalau nantinya memang berbahaya, saya minta kepala sekolah berinisiatif meliburkan siswanya. Terutama untuk tingkat PAUD, TK dan SD,”katanya. ruk
Kebun Sawit : Perkebunan sawit milik warga di Desa Seponjen, Kabupaten Muarojambi yang mengalami kebakaran baru-baru ini. Foto batakpos/ rosenman manihuruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar