Halaman

Rabu, 19 Mei 2010

Nelayan Pesisir Danau Toba di Simalungun dan Karo Terancam Kelaparan

Tengkulak Tolak Hasil Tangkapan

Simalungun, BATAKPOS

Para nelayan di pesisir Danau Toba, Kabupaten Simalungun dan Karo kini terancam kelaparan menyusul ditolaknya hasil tangkapan ikan “Haporas” (sejenis ikan bandeng kecil) oleh tengkulak. Tengkulak menolak ikan para nelayan dengan alasan tidak diterima agen ikan di Medan. Namun alasan penolakan agen ikan tersebut karena banjirnya ikan laut.

Kini para nelayan yang ditolak ikan tangkapan itu yakni dari Desa Nagori, Sihalpe, Binangara, Gaol, Nagori Purba Kecamatan Horisan Haranggaol, Desa Hutaimbaru, Soping, Soping Sabah, Baluhut dan Desa Bage Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. Kemudian Desa Sibolangit, Desa Tongging, Hodonhodon, Paropo, Kecamatan Merak, Kabupaten Karo.

J Simarmata, nelayan Desa Sibolangit kepada BATAKPOS, Sabtu (8/5) mengatakan, tengkulak sudah sebulan tidak menampung ikan haporas tangkapan nelayan. Alasan penolakan tengkulak itu karen agen ikan di Medan tak menampung lagi ikan asal Karo dan Simalungun Yng ditangkap melalui “daoton” (jala-red).

“Ikan haporas ini adalah mata pencaharian sehari-hari. Sebulan ini sudah tidak menangkap ikan karena tidak laku dijual. Warga desa pesisir danau yang 80 persen mata pencahariannya nelayan kini terancam kelaparan. Untuk membeli beras raskin juga kini sudah sulit,”kata J Simarmata.

Hal senada juga dikatakan, Periman Sinurat (43) nelayan Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pematang Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Menurutnya, para nelayan haporas tak lagi menangkap ikan. Jaring ikan kini sudah letakkan di rumah.

“Nelayan sangat terpukul. Kalau harga turun maklum saja. Namun kini sama sekali ikan tangkapan tak laku dijual. Padahal sudah dua tahun menggantungkan hidup ke;uarga dengan ikan haporas ini. Pemerintah kini diam saja. Ribuan warga dipesisir Danau Toba, Simalungun dan Karo kini terancam kelaparan,”katanya.

Disebutkan, warga pesisir Danau Toba sudah tiga tahun menekuni profesi nelayan karena pertanian tanaman bawang yang dulunya menjanjikan, kini sudah terpuruk. Hampir seluruh warga desa menjadi nelayan karena desakan ekonomi rumah tangga.

Saritua Haloho, nelayan Desa Hutaimbaru menambahkan, harga ikan "Haporas" selama ini hanya ditentukan para tengkulak. Harga terakhir hanya dipatok Rp 1300 per kilogram.

Seorang tengkulak ikan 'Haporas" di Desa Tongging, Jhon Naibaho mengatakan, harga Rp 1300 per kilo gram harga standar. Produksi ikan "Haporas" Danau Toba saat ini berlimpah, sehingga penampung dari Medan menjatuhkan harga.

"Ikan haporas yang dulu kami kumpulkan dari para nelayan, kini terpaksa tak lagi ditampung. Karena agen ikan di Medan menolak ikan haporas dari tengkulak di Tongging. Sudah sebulan lebih agen ikan dari Medan tak lagi datang ke Tongging. Alasan agen karena ikan laut kini banjir,”ujarnya.

Menurut Jhon Naibaho, sebenarnya pemasaran ikan "haporas" kini sudah meluas hingga ke Jambi, Pekan Baru. Permintaan paling banyak ke Medan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak ikan dan ayam. Namun kini sudah stop, sehingga para nelayan menganggur.

Pengamatan BATAKPOS di perairan Desa Tongging hingga Desa Haranggaol, aktifitas nelayan tidak tampak lagi. Bahkan tanda-tanda jala (tuho dalam bahas setempat) yang berjejer di danau kini tak lagi dikunjungi para nelayan. ruk

Menjala : Seorang warga pendatang asal Berastagi menjala ikan “haporas” di Muara Sungai Sipiso-piso Desa Tongging, Sabtu (8/5). Warga pendatang memanfaatkan muara sungai menjala ikan haporas untuk dijual eceran di Berastagi. foto batakpos/rosenman manihuruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar