Jambi, Batak Pos
Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai angka perbandingan antara indeks harga yang diterima dan dibayar petani kini sangat rendah akibat tingginya harga pupuk. Tingginya harga pupuk, khususnya jenis Urea dan TSP akibat adanya penyimpangan pupuk bersubsidi. NTP sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani, semakin tinggi NTP semakin sejahtera tingkat kehidupan para petani.
Demikian dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, Dyan Pramono Efendy didampingi Plh. Kepala Bidang Statistik Distribusi, Mainil Asni kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (8/5). Menurut Dia, bulan Februari 2008 lalu NTP di Provinsi Jambi tercatat 121,98 persen.
Angka itu relatif lebih rendah sebesar 0, 03 persen bila dibandingkan bulan Januari 2008 sebesar 122,02 persen. Hal tersebut terjadi akibat adanya kenaikan indeks yang diterima petani lebih kecil dari kenaikan indeks yang dibayar petani.
“Turunnya NTP di Povinsi Jambi disebabkan naiknya harga yang dikeluarkan petani untuk mendapat pupuk TSP dan urea sebesar 5,00 persen dan 2,96 persen per kilogram sekaligus upah mencangkul yang naik sebesar 4,00 persen. Kemudian akibat naiknya konsumsi rumah tangga, diantaranya naiknya harga ikan asin, beras giling cere, minyak goreng curah, terasi dan lainnya,” kata Dyan.
Menurut Dyan, indeks yang diterima petani (IT) naik sebesar 0,61 persen, terutama disebabkan naiknya dari kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,27 persen. Sedangkan kelompok tanaman bahan makanan mengalami penurunan sebesar 0,53 persen.
"Indeks yang dibayar petani (IB) justru naik lebih besar dari indeks yang diterima yaitu sebesar 0,64 persen. Kenaikan itu disebabkan naiknya indeks yang dibayar petani pada kelompok produksi dan penambahan barang modal sebesar 1,89 persen serta kelompok konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,13 persen,"katanya.
Disebutkan, sebagai perbandingan, dari delapan provinsi di Sumatera pada Februari 2008 lalu sebanyak dua provinsi mengalami penurunan indeks termasuk Provinsi Jambi. Sementara enam provinsi lainnya mengalami kenaikan indeks dan kenaikan indeks terbesar di Provinsi Bengkulu sebesar 1,71 persen dan terkecil terjadi di Provinsi Riau yakni 0,03 persen.
Menanggapi kelangkaan pupuk bersubsidi di Jambi, PT (Persero) Pusri Cabang Jambi menjamin persediaan pupuk urea bersubsidi dan penyaluran yang ditetapkan untuk Jambi pupuk urea bersubsidi pada 2008 sebanyak 41.483 ton.
Hal tersebut dikatakan Area Manajer PT Pusri Cabang Jambi, H Jurnal Ramsi kepada wartawan, Kamis (8/5). Menurutnya, stok pupuk sekarang hampir 2.500 ton pupuk urea bersubsidi di Jambi petani tidak perlu khawatir adanya kelangkaan. PT Pusri di Jambi tidak akan menjual di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp1.200 per kg.
"Kami sudah wanti-wanti kepada para distributor untuk tidak melakukan hal itu, Jika itu dilakukan maka akan dicabut izin distributornya dengan Pusri. Hal yang sama juga diberlakukan kepada para karyawan Pusri yang kedapatan menyelewengkan pupuk bersubsidi atau menjual ke perkebunan besar akan mendapat sanksi. Jatah pupuk urea bersubsidi untuk petani Jambi itu dialokasikan untuk tanaman pangan sebanyak 32.330 ton dan perkebunan rakyat 9.153 ton,"katanya. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar