94 Kasus DBD, 1 Orang Meninggal Dunia
Fogging kali ini dilakukan oleh Puskesmas Kebun Handil, Kelurahan Kebun Handil dan Kecamatan Jelutung di RT 15 Kelurahan Kebun Handil, Jelutung Kota Jambi, Sabtu (25/1/2020).(Foto Asenk Lee Saragih) |
Jambipos, Jambi-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi melakukan pengasapan (fogging) massal di Kota Jambi menyusul semakin merebaknya wabah Deman Berdarah Dengue (DBD). Fogging kali ini dilakukan oleh Puskesmas Kebun Handil, Kelurahan Kebun Handil dan Kecamatan Jelutung di RT 15 Kelurahan Kebun Handil, Jelutung Kota Jambi, Sabtu (25/1/2020).
Data yang dihimpun Jambipos, setidaknya ada empat warga Kelurahan Kebun Handil positif DBD dan dirawat di rumah sakit. Kini wabah penyakit DBD di Jambi terus meluas menyusul cuaca ekstrem yang masih melanda daerah Jambi.
Selain melakukan fogging, petugas dari Puskesmas Kebun Handil juga memberikan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk dan juga pembagian bubuk abate.
Sementara Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jambi, Eva Susanti mengatakan, selama Januari 2020, angka kasus DBD di Provinsi Jambi mengalami peningkatan. Hingga tanggal 23 Januari 2020, tercatat sudah sebanyak 94 kasus ditemukan dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia.
Kasus DBD itu terjadi di Kota Jambi dengan 60 kasus termasuk 1 orang meninggal, dan di Kabupaten Batanghari sebanyak 34 kasus.
“Laporan sementara baru dua daerah itu yang melapor, karena biasanya kabupaten-kota melapor di akhir bulan dan paling lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya. Angka DBD memang selalu mengalami peningkatan setiap awal tahun. Bukan hanya di Jambi, namun hampir di semua daerah karena memasuki musim hujan. Akibatnya, banyak muncul genangan-genangan air tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD,” ujarnya.
Disebutkan, kasus DBD paling tinggi terdapat di Kota Jambi. Guna menekan kasus DBD ini, pihak Dinkes Provinsi Jambi sudah melakukan beberapa langkah, seperti penguatan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan 3M Plus yaitu menguras dan membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat-rapat penampungan air, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas.
“Juga menaburkan bubuk larvasida, menggunakan obat nyamuk, kelambu, dan lain-lain. Kita ingin hal ini dilakukan secara berkelanjutan, karena ini merupakan langkah terbaik untuk mencegah DBD,” kata Eva.
Sementara untuk kegiatan fogging, kata Eva, di awal tahun ini baru Kota Jambi yang mengajukan permintaan dan insektisida dari pusat segera distribusikan ke Kota Jambi.
Data Dinkes Provinsi Jambi mencatat, total jumlah penderita DBD yang terpantau di Kota Jambi, Kabupaten Tanjabar, Bungo dan Muarojambi selama Januari mencapai 254 orang dan tiga orang di antaranya meninggal dunia. Dua orang penderita meninggal di Tanjabbar dan satu orang di Kota Jambi. Sedangkan tahun lalu, jumlah penderita DBD di Provinsi Jambi mencapai 1.326 orang dan 12 orang di antaranya meninggal dunia.
Sementara itu Wakil Ketua DPRD Tanjungjabung Barat, SyafrilSimamora di Kualatungkal, Tanjungjabung Barat mengatakan, berdasarkan hasil peninjauan mereka ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KH Daud Arif Kualatungkal, akhir pekan lalu, penderita yang tercatat berobat ke rumah sakit tersebut selama Januari mencapai 106 orang dan dua penderita DBD tersebut meninggal dunia.
“Kasus DBD di Tanjabbar tahun lalu juga tinggi, mencapai 549 orang dan dua kasus meninggal dunia. Tingginya kasus DBD di Tanjabbar disebabkan penanganan yang kurang maksimal dan intensif. Hal itu disebabkan anggaran yang kurang,” katanya.
Dijelaskan, berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Tanjabtim, anggaran pencegahan dan penanggulangan DBD di dearah itu hanya Rp 90 juta setahun.
“Anggaran tersebut terlalu sedikit, sementara Kualatungkal, Tanjabtim termasuk daerah endemic nyamuk malaria dan DBD karena banyak terdapat rawa,”katanya.
Secara terpisah, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha mengatakan, fogging atau pengasapan kurang efektif membasmi nyamuk Aedes aegypti yang menularkan DBD di Kota Jambi. Masalahnya wilayah endemik nyamuk DBD di kota itu cukup luas, sementara obat pembasmi DBD terbatas. Kondisi demikian membuat fogging secara menyeluruh di kota itu sulit dilakukan.
“Salah satu cara efektif membasmi nyamuk DBD di kota ini, yaitu melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara massal dan menyeluruh. Fogging sifatnya hanya membantu. Kemudian fogging terlalu sering juga membuat nyamuk kebal dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat,”katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasa Penyakit (P3P) Dinas Kesehatan Muarojambi, Afifudin mengatakan, pihaknya telah membagikan sekitar 200 kilogram (Kg) serbuk abatie kepada warga masyarakat di daerah itu.
“Bubuk abatia yang dibakikan kepada warga masyarakat diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin memberantas sarang nyamuk. Bubukabatie itu diutamakan ditabur di dalam bak-bak mandi dan penampungan air,”katanya.
Dijelaskan, gerakan PSN di daerah yang ditemukan banyak rawan itu juga terus digalakkan melalu pembersihan bak – bak penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas dan membersihkan lingkungan rumah dari sarang nyamuk.
“Penyuluhan-penyuluhan mengenai gerakan PSN ini juga perlu diintensifkan di masayarakat agar nyamuk DBD tidak berkembang. Kemudian kami juga mengimbau warga yang terkena demam segera dibawa berobat agar tidak sampai terkena DBD,”katanya.
Kata Afifudin, selain Sekernan, Kecamatan Kumpeh juga terdata yang paling banyak. "Kalo Sekernan terdata itu ada 66 kasus, kemudian untuk Kumpeh itu ada 47 dan Kumpeh Ulu ada 31. Jadi memang yang paling banyak itu ada di Kecamatan Sekernan," sebutnya.
Sementara di Kecamatan Jambi Luar Kota (Jaluko) juga terbilang rawan terhadap penyebaran penyakit DBD. Data yang tercatat setidaknya ada 47 kasus DBD yang terjadi di Kecamatan Jaluko. Selain itu, untuk Kecamatan lain juga terdata masih ada yang rawan untuk penyebaran DBD.
"Sungai Gelam itu juga ada kasus, terdata ada sebanyak 9 kasus. Untuk Mestong juga ada sebanyak 7 orang dan Maro Sebo ada 7 kasus," sebutnya.
Lalu di Kecamatan Bahar Utara terdata ada 5 kasus, Sungai Bahar 14 kasus, kemudian bahar selatan ada 8 kasus.
Kemudian di Merangin, pada 2019 lalu ditemukan 173 kasus DBD. Sedangkan pada awal 2020 ini, sudah ada tiga kasus. Data ini terkumpul dari 27 Puskesmas yang ada di Merangin.
Zamroni, Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Merangin, mengatakan hal ini terjadi karena masih kurangnya kebersihan lingkungan di tengah Masyarakat, sehingga munculnya DBD.
"Guna mengatasi DBD lakukan kebersihan secara maksimal, jangan sampai terjadi penumpukan sampah, Air yang mengendap, lakukan 3M,” ujarnya.
Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jambi terus meluas menyusul cuaca ekstrem yang masih melanda daerah itu. Peningkatan jumlah kasus DBD di provinsi itu tidak lagi hanya terdapat di Kota Jambi, tetapi juga meluas ke beberapa kabupaten seperti Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar), Bungo, Merangin dan Muarojambi.(JP-Asenk Lee)