Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi (tengah) menari bersama jemaat GKPS Jambi dan Kumpulan Marga Purba Tambak Jambi. Foto Asenk Lee Saragih |
Pesta Olobolob GKPS Resort
Jambi
Jambi, MR-Lengkingan suara sang biduan
melantunkan tembang-tembang lawas dan anyer berirama khas Simalungun memecah
keheningan malam itu. Suara sopran sang biduan malam itu kian terasa syahdu tatkala
berpadu dengan iringan kolaborasi musik modern organ tunggal dengan perangkat
musik tradisional Batak Simalungun, seruling dan gonrang (gendang).
Itulah nuansa yang kental
terasa ketika menyaksikan pergelaran seni – budaya Simalungun pada malam kesenian
"Marsombuh Sihol (Melepas Rindu), Semalam di Simalungun" di lapangan
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Kotabaru, Kota Jambi, Sabtu (19/9)
malam.
Menikmati sajian lagu-lagu
Simalungun tempo dulu dan masa kini pada malam kesenian daerah tersebut,
perasaan pun seakan hanyut terbawa kenangan ke masa lalu di tanah Simalungun.
Kepiawaian artis idola Simalungun Intan Saragih dan grup musik kondang
Simalungun, Nisha Grup asal Pematangsiantar, Sumatera Utara menampilkan sajian
hiburan khas Simalungun malam itu juga membuat hadirin seakan terlupa suasana
pengap akibat asap yang masih menggelayut di seantero Kota Jambi.
Terhipnotis senandung
kenangan Simalungun lewat suara khas Intan Saragih, tepuk tangan hadirin pun
bergemuruh. Rasa rindu mereka terasa terpuaskan setelah menikmati lagu-lagu
berirama khas Simalungun, termasuk taur-taur (sinden) Simalungun.
Kemudian mereka juga menikmati sajian tarian khas Simalungun yang dibawakan
anak-anak warga GKPS kelahiran Jambi pada malam kesenian tersebut.
"Seperti berada di
kampung halaman saya rasakan malam ini. Nuansa Simalungun sangat terasa begitu
menikmati lantunan suara syahdu Intan Saragih membawakan lagu-lagu Simalungun.
Sudah lama saya tidak pernah menikmati pentas seni khas Simalungun seperti
ini," ujar Rosma Girsang (60), warga Simalungun Jambi kepada Media
Regional di sela-sela pentas hiburan Simalungun tersebut.
Tak Lekang
Pimpinan GKPS Resort Jambi,
Pdt Jadiman Purba (JP) Tamsar pada malam kesenian tersebut mengatakan, pihaknya
menggelar pentas kesenian Simalungun untuk memeriahkan
Pesta Olob-olob (Sukacita) memperingati 112 Tahun Pekabaran Injil di
daerah Simalungun tingkat GKPS Resort (Wilayah) Jambi.
PestaOlob-olob tersebut dihadiri Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS, Pendeta
(Pdt) Martin Rumanja Purba, MSi.
Menurut Pdt JP Tamsar,
selama ini sudah menjadi tradisi bagi segenap warga GKPS menggelar pentas
kesenian daerah Simalungun setiap perayaan Pesta Olob-olob Pekabaran
Injil medio September. Tradisi seperti itu juga tetap dilaksanakan di GKPS Jambi
karena kehidupan bergereja warga GKPS tak pernah lekang dari sentuhan –
sentuhan seni - budaya. GKPS juga tetap memanfaatkan gereja sebagai salah satu
pewarisan nilai-nilai budaya serta pelestarian seni – budaya Simalungun.
"Pentas kesenian
Simalungun selalu digelar setiap perayaan Pesta Olob-olob Pekabakaran
Injil di GKPS Jambi untuk mengobati rasa rindu warga GKPS dan Simalungun di
Jambi terhadap seni-budaya daerah mereka. Bahkan, untuk memuaskan rasa rindu
seni budaya daerah tersebut, kami pun selalu mengundang artis-artis dan seniman
Simalungun ke Jambi seperti malam ini," katanya.
Lebih Kental
Nostalgia terhadap tanah
Simalungun terasa lebih kental lagi pada Pesta Olob-olob Pekabaran
Injil di GKPS Jambi ketika dihelat tarian bersama seusai ibadah bersama di GKPS
Kotabaru Jambi, Minggu (20/9). Seakan belum puas menikmati sajian pentas seni
Simalungun pada "Marsombuh Sihol, Semalam di Simalungun," Sabtu
(19/9) malam, sekitar 600 orang warga GKPS Jambi beserta para undangan dari
marga-marga Simalungun di Jambi turun ke arena menyanyi dan menari bersama.
Mereka seolah tak
menghiraukan kepulan asap tebal kebakaran hutan dan lahan yang sebenarnya
mengganggu pernafasan serta menyengatnya udara panas dan gerah. Suasana pentas
musik dan tari tersebut semakin menghangat ketika Intan Br Saragih meladeni
permintaan hadirin melantunkan lagu-lagu rancak daerah lain, termasuk lagu
Flores yang saat ini popular di blantika musik pop Indonesia, "Gemu Fa Mi
Re" (Maumere).
Suasana hangat di tengah
hentakan musik khas Simalungun berirama rancak tersebut pun menggerakkan warga
jemaat, khususnya pemuda GKPS Resort Jambi yang mengajak Ephorus GKPS, Pdt
Martin Rumanja MSi bersama isteri, Lonita Silalahi turun ke arena menari
bersama.
Identitas GKPS
Mengapresiasi antusiasme
warga jemaat GKPS Jambi dan warga Simalungun di Jambi terhadap pentas seni –
budaya Simalungun tersebut, Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi mengatakan,
memang Pekabaran Injil di Simalungun sejak 112 tahun silam hingga kini tidak
terpisahkan dari seni – budaya Simalungun.
Bahkan, nilai-nilai luhur
seni - budaya Simalungun banyak diadopsi para misionaris dari Jerman untuk
mempercepat Injil diterima masyarakat Simalungun. Lagu-lagu daerah Simalungun
banyak dijadikan lagu rohani berbahasa Simalungun. Kemudian Alkitab juga
diterjemahkan dalam bahasa Simalungun.
Dan yang lebih terpenting
lagi, lanjut Martin Rumanja, nilai-nilai luhur adat Simalungun yang menonjolkan
kelemah-lembutan menjadi salah satu penopang utama keberhasilan misionaris
Jerman dan para penginjil pertama di Simalungun mengabarkan Injil ke seantero
daerah Simalungun.
Nenek moyang orang
Simalungun terkenal dengan turur sapa, bahasa yang lemah lembut. Melalui tutur
kata yang lemah – lembut tersebut, nenek moyang orang Simalungun mampu
menciptakan kebersamaan yang erat di tengah keluarga, gereja, dan masyarakat.
"Semangat
kebersamaan tersebut memampukan misionaris Jerman, August Thais menghadapi
aral rintangan dalam Pekabaran Injil di Simalungun sejak 2 September 1903.
Kebersamaan itu pula yang menjadi bekal utama pendeta dan penginjil di
Simalungun mampu mendirikan GKPS sejak 1963 ini," katanya.
|
Melihat besarnya peran seni
– budaya daerah dalam Pekabaran Injil di Simalungun lebih satu abad, Ephorus
GKPS, Pdt Martin Rumanja Purba MSi mengarahkan perhatian warga jemaat untuk
menerapkan kembali nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan keluarga, gereja,
dan masyarakat, terutama sikap lampei marsahap(berbicara lemah – lembut).
Melalui bahasa yang lemah – lembut, santun, kebersaman keluarga, gereja, dan masyarakat
pun dapat dijalin lebih baik untuk mengatasi berbagai pergumulan hidup.
"Melalui
kelemah-lembutan itu juga keluarga, gereja, dan masyarakat mampu mengubah
keadaan kehidupan yang tidak baik menjadi baik. Sikap lemah – lembut, sopan,
dan penuh tata krama tersebut juga perlu diwarisi segenap warga GKPS agar GKPS
bisa menjadi pilar pembangunan moralitas dan karakter bangsa," paparnya.
Orang Simalungun, termasuk
warga GKPS, lanjut Pdt Martin Rumanja, termasuk orang kecil di tengah kehidupan
berbangsa dan bernegara. Namun, orang Simalungun bisa memberikan kontribusi
besar dalam pembangunan masyarakat melalui pembelajaran mengenai tata – krama,
karakter, dan moralitas di tengah masyarakat.
"Sikap lampei atau
lemah lembut dalam bertutur kata dan sopan dalam berperilaku merupakan ciri
khasompung (nenek moyang) kita Simalungun sejak dahulu kala. Sifat seperti
itu tentunya masih tetap relefan kita laksanakan dalam kehidupan keluarga,
gereja, dan masyarakat agar Simalungun semakin dikenal dan bisa memberikan sumbangsih
bagi pembangunan bangsa kita," katanya. (Asenk Lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar