Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas), tahun ini akan membangun rumah susun sederhana milik (rusunami) sebanyak 25 tower.FOTO IST |
JAKARTA-Wajah penghuni rusunami yang sering identik dengan
sederhana dan seadanya kini sudah berubah menjadi glamor dan modern. detikFinance
mencoba mengurai sisi lain rusunami yang sampai sekarang masih menggunakan
anggaran uang negara (subsidi) dan dinilai tidak tepat sasaran. Berikut
uraiannya.
Beribu pertanyaan menggantung, kok bisa Rumah Susun
Sederhana Hak Milik (Rusunami) yang seharusnya dihuni Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) justru banyak ditinggali orang kaya dan berduit. Ketua Asosiasi
Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Indonesia (Aperssi) Ibnu Tadji punya alasan
penyebab terjadinya fenomena ini.
Menurut Ibnu fenomena ini terjadi karena punya latar belakang. Rusunami
sebenarnya hanya diperuntukan untuk MBR. Namun ternyata developer (pengembang)
sulit memasarkan akibat MBR kesulitan mendapatkan akses kredit permodalan dari
perbankan. Hasilnya produk hunian rusunami yang mereka ciptakan tidak laku
dijual.
Sebenarnya menurut Ibnu, pemerintah bisa saja turun tangan dengan memberikan
fasilitas kemudahan kredit perbankan kepada MBR. Sayangnya cara tersebut tidak
dilakukan sehingga kemudian menjadi alasan pengembang melakukan lobi khusus
kepada pemerintah agar mereka tidak merugi dan bisa menjual hunian rusunami
kepada warga non MBR.
Faktor itulah yang menjadi pemicu masyarakat berpenghasilan tinggi menghuni
rusunami. Selain itu ada faktor lain yaitu pindah kepemilikan. Maksudnya adalah
masyarakat miskin yang sudah menempati rusunami menjual hunian mereka kepada
orang kaya dengan berbagai alasan. Tetapi untuk alasan ini presentasenya kecil.
Rusunami Dikuasai Spekulan
Tren perlakuan Rumah Susun Sederhana Hak Milik (Rusunami) di
Indonesia banyak yang dijadikan alat investasi. Salah satu alasannya adalah
kebanyakan rusunami yang dibangun khususnya di Jabodetabek berada di tempat
yang strategis. Sehingga nilai dari unit hunian terus merangkak naik sama
halnya seperti apartemen.
Selain itu, menurut Ibnu banyak rusunami yang ada saat ini dikuasai oleh para
spekulan. Hal ini sudah terjadi sejak tahun 2008 pasca kebijakan pembangunan
rusunami digagas oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) tahun 2007.
“Rusunami dikuasai spekulan sudah terjadi setelah dicanangkan kebijakan
rusunami tahun 2007. Di 2008 sudah banyak investor dan spekulan yang masuk
memiliki rusunami," imbuhnya.
Fenomena ini terjadi akibat peraturan yang tidak jelas serta koordinasi yang
tidak matang antara pemerintah khususnya Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) dan pengembang (Developer). Seharusnya pemerintah sudah memiliki
calon pembeli sehingga pengembang yang menjadi home builder tinggal membangun.
Yang terjadi sekarang adalah pengembang yang mencari
pembeli, akhirnya sebagian besar pembeli rusunami merupakan spekulan bukan
masyarakat yang membutuhkan rumah seperti Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR).(dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar