Rabu, 05 Desember 2012

Banjir Di Jambi Mulai Meluas



https://mail-attachment.googleusercontent.com/attachment/u/0/?ui=2&ik=1adc6f9a57&view=att&th=13b6548e78727eb1&attid=0.1&disp=inline&realattid=f_haatzhrd0&safe=1&zw&saduie=AG9B_P-JEyEMpjPX376Z2jdF-eJi&sadet=1354693547172&sads=0ZjZD1c2dRW9eynWc6VZ10yLuKQ
 Sebuah Rumah dibawah Jembatan Makalam Jambi terendam banjir.

Ketinggian Debit Sungai Batanghari Status Awas

Jambi, Simantab

Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah hulu Sungai Batanghari menyebabkan debit sungai Batanghari terus mengalami kenaikan hingga status awas. Ketinggian air di Stasiun Duga Air Automatik (AWLR) Sungai Batanghari milik Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Provinsi Jambi di Taman Tanggo Rajo, Kota Jambi, Selasa (4/12) pukul 15.00 wib, ketinggian luapan Sungai Batanghari mencapai 12, 90 meter.

Ketinggian luapan sungai tersebut naik drastis dari ketinggian normal permukaan Sungai Batanghari antara 9-10 meter. Ketinggian luapan Sungai Batanghari tersebut terpaut sekitar 1,17 cm dari status Siaga I. Pada kondisi Siaga I, ketinggian permukaan atau luapan Sungai Batanghari sekitar 13,83 meter.

Saharudin, petugas pencatat ketinggian air (AWLR) di Tanggo Rajo, Selasa (4/12) mengatakan, Senin ketinggian air sudah mencapai 12,95 meter, padahal pada pagi harinya ketinggian air hanya 12,90.

“Beberapa hari sebelumnya kondisi air sempat surut, hingga ke posisi 11,20 meter, namun belakangan air kembali naik. Dengan berkaca pada pengalaman yang sudah-sudah, dia menilai, kondisi saat ini patut diwaspadai,” kata Saharudin.

“Ini karena kenaikan air terus terjadi meski secara perlahan. Dengan kondisi seperti ini biasanya menyebabkan banjir, karena air terus mengalami kenaikan meskipun sedikit. Pengalaman saya, kalau air naiknya secara drastis atau cepat, maka cepat pula surutnya, tapi saat ini naiknya perlahan tapi terus. Ini patut diwaspadai karena bisa berpotensi terjadinya banjir,” ujarnya.

Sementara itu, guna mengantisipasi terjadinya banjir, pemerintah Kecamatan Telanaipura telah menyiapkan sejumlah daerah evakuasi. Camat Telanaipura, Syafrizal Badar, Selasa (4/12) mengatakan, untuk daerah Telanai, yang rawan itu seperti Legok, Buluran, dan Teluk Kenali.

Disebutkan, adapun daerah evakuasi yang telah disiapkan untuk daerah Legok adalah di salah satu madrasah yang ada di Legok, kemudian Teluk Kenali di salah satu eks bangunan milik pemerintah, sedangkan Penyengat Rendah di daerah Padang Lawas. Sedangkan untuk daerah Buluran, tempat evakuasi yang disiapkan adalah lapangan bola Buluran.

“Tanggal 6 Desember kita juga akan melakukan latihan evakuasi bersama BPBD Kota Jambi. Yang jelas kita berharap banjir tidak dating,”ujarnya.

Dampak dari ketinggian Sunai Batanghari, sejumlah desa di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, terendam banjir. Penyebabnya hujan turun beberapa hari terakhir dan Sungai Lebo yang melewati kecamatan ini meluap.

Menurut Kapolsek Air Hitam, Iptu Banjir ini selain merendam ratusan rumah, banjir juga menenggelamkan ratusan hektar lahan perkebunan dan pertanian. “Kantor Polsek Air Hitam juga tergenang,”ujarnya.

Banjir juga menyebabkan akses jalan jalan di Kecamatan Air Hitam menjadi terputus . Penyebabnya jembatan di Desa Jernih ambruk. Wilayah yang terendam banjir meliputi Desa Semurung, Jernih, Lubuk Jering, Bukit Suban, dan Mentawak.

Menurut Kapolsek Air Hitam Iptu Pujiarso, ketinggian air di Desa Semurung mencapai 60 cm dengan jumlah rumah terendam 25 unit, ketinggian air di Desa Jernih mencapai 50 cm dengan jumlah rumah terendam 100 termasuk kantor Polsek Air Hitam.

Ketinggian air di Desa Lubuk Jering mencapai 50 cm dengan jumlah rumah terendam kurang lebih 70 rumah, di Desa Bukit Suban ketinggian air mencapai 80 cm dan jumlah rumah terendam kurang lebih 150 unit

Desa-desa yang terendam banjir ini adalah desa yang berada di sepanjang Sungai Lebo yang berulu Taman Nasional Bukit Dua Belas. Berkurangnya hutan di daerah sekitar TNBD diperkirakan menyebabkan air hujan tidak terserap dengan baik dan menyebabkan banjir.

Hampir seluruh wilayah Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh  dilanda banjir, sejak November lalu. Banjir disebabkan curah hujan yang tinggi membuat debit air Sungai Bungkal meluap. Akibat banjir ini, 571 rumah di 13 desa tergenang air dan lumpur. Juga dilaporkan 302 hektar padi siap panen tenggelam, 779 ekor ayam dan 800 ekor itik hilang dan mati.

Bahkan satu bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri 028/11, Desa Tanjung, Kecamatan Hamparan Rawang, pun tidak luput terendam banjir. Akibatnya ratusan siswa terpaksa diliburkan.

Kepala SD Negeri 028/11, Rapulis. mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Dari hasil koordinasi itu, diputuskan untuk meliburkan kegiatan pembelajaran hingga air yang menggenangi lokal surut.

Hingga Selasa (4/12) ribuan warga enam desa, yakni Desa Pungut Hilir, Pungut Tengah, Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur, dan Pasir Jaya, Lubuk Tabun, dan Sungai Kuning, Kecamatan Sulak Mukai, masih terisolir.

 Soalnya, sejak amblasnya jalan yang menghubungkan kawasan itu dengan Desa Betung Kuning, Kecamatan Sitinjau Laut, akibat banjir bandang, belum dilakukan perbaikan. (Rosenman Saragih)

Tidak ada komentar: