Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan, Kota Jambi. Foto St R Saragih.
Jambi,GKPS News
Johniez
mengatakan, pihaknya optimistis GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi
bisa membangun rumah ibadah sederhana nantinya di lokasi yang baru itu
karena sekitar beberapa ratus meter dari lokasi lahan gereja kita sudah
berdiri gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Gereja HKBP
tersebut juga masih darurat dengan dinding setengah tembok tanpa
diplester.
Demi Anak-anak
Menurut Johniez, GKPS Tanah Kanaan Kota Jambi tetap akan mempertahankan persekutuan mereka setelah dimekarkan dari GKPS Kotabaru Jambi satu tahun lalu kendati izin membangun rumah ibadah di Kota Jambi masih sulit. Kehadiran GKPS di pinggiran Kota Jambi dinilai sangat penting karena penyebaran warga Kristen Simalungun di pinggiran Kota Jambi itu semakin banyak.
Saat ini jumlah warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan sebanyak 33 kepala keluarga dengan jumlah 200 jiwa. Sebagian besar warga jemaat berasal dari keluarga ekonomi lemah. Ada pemulung, ada tukang sol atau tambal sepatu, petani penggarap, pedagang kecil dan pekerja bengkel. Johniez Pane sendiri berusaha membuka bengkel mobil skala kecil.
Dikatakan, kondisi ekonomi yang sulit dan jarak permukiman warga yang jauh ke GKPS Kotabaru Jambi, yakni sekitar 12 Km sangat menyulitkan warga GKPS daerah pinggiran Kota Jambi itu setiap minggu. Alasan ekonomi dan kondisi ekonomi tersebut sering membuat warga jemaat GKPS di pinggiran kota ini tidak beribadah setiap minggu.
“Hal ini tidak bisa kita biarkan agar anak-anak GKPS di pinggiran Kota Jambi tidak sampai terabaikan dalam pembinaan agama dan moralitas. Kehadiran GKPS Persiapan Tanah Kanaan juga penting untuk mengatasi kesulitan pendidikan agama Kristen bagi anak-anak kita di sekolah-sekolah negeri pinggiran kota yang tidak ada guru agama Kristennya,”katanya.
Tetap Berjuang
Sementara itu anggota Synode Bolon (Sidang Raya) GKPS utusan Provinsi Jambi, St GM Saragih MSi mengatakan, pihaknya akan terus berjuang mendapatkan izin membangun gereja bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan agar jemaat tersebut tidak lagi melaksanakan ibadah di rumah-rumah secara berpindah-pindah. Pelaksanaan ibadah dari rumah ke rumah secara berpindah tersebut dinilai kurang baik secara psikologis bagi anak-anak, remaja dan pemuda.
“Beribadah secara berpidah-pindah dari rumah ke rumah ini bisa menumbuhkan rasa rendah diri bagi anak-anak, remaja dan pemuda kita menjadi warga GKPS. Akhirnya mereka bisa tidak mau ikut ibadah minggu bersama orang tua. Keadaan ini tidak baik bagi pendidikan agama dan moralitas anak-anak. Karena itu pembangunan gereja GKPS Persiapan Tanah Kanaan ini harus terus diperjuangkan,”katanya.
Dijelaskan, satu-satunya solusi terbaik untuk mendapatkan izin beribadah bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan di lokasi gereja yang ada sekarang hanya menggugah kearifan lokal masyarakat sekitar.
Kalau pembangunan gereja di Kota Jambi hanya mengacu pada peraturan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 mengenai pembangunan rumah ibadah sangat tidak mungkin.
Masalahnya tidak ada warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan yang bermukim sebanyak 90 orang di sekitar lokasi lahan gereja mereka yang baru. Kemudian mendapatkan tanda tangan 60 orang warga sekitar yang menyetujui pembangunan gereja juga sangat sulit.
Jadi, kata GM Saragih, satu-satunya cara untuk mendapatkan izin beribadah di pinggiran Kota Jambi melakukan pendekatan sosial dan budaya kepada masyarakat. Salah satu pendekatan itu melalui aksi-aksi kepedulian sosial kepada warga masyarakat kurang mampu di lingkungan lokasi gereja.
“Biarlah kita tak mendapatkan izin membangun gedung gereja asalkan kita bisa beribadah di satu lokasi dengan bangunan gereja sederhana,”katanya. (Sumbangan Tulisan dari St R Saragih-Sekretaris GKPS Kotabaru Jambi). TULISAN INI TELAH DIMUAT DI BULETIN AB GKPS EDISI AGUSTUS 2012.
Jambi,GKPS News
Panas terik matahari benar-benar
membakar kulit ketika mengikuti ibadah jemaat Gereja Kristen Protestan
Simalungun (GKPS) di tengah –tengah hutan karet daerah pinggiran Kota
Jambi, Minggu (17/6/12) siang.
Keringat pun tak terasa menetes dari kepala ke pipi. Namun sekitar 200 orang warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi yang beribadah di tenda darurat tetap tekun mengikuti prosesi ibadah mulai awal hingga akhir. Segenap warga jemaat tetap bersemangat melantunkan kidung pujian tanpa menghiraukan teriknya panas matahari.
Warga jemaat GKPS Tanah Kanaan yang terdiri dari anak-anak sekolah minggu, pemuda hingga dewasa tekun mengikuti ibadah di tengah panas terik karena baru pertama kali itu mereka mengadakan ibadah di gereja sendiri, kendati gerejanya masih terdiri dari tiang kayu, lantai tanah, atap plastik dan berdinding angin.
Selama dua tahun terakhir, warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan yang sebagian besar bermukim di pinggiran Kota Jambi itu melakukan ibadah di rumah-rumah warga jemaat. Ibadah berpindah-pindah dari rumah ke rumah itu terpaksa dilakukan karena warga jemaat tidak bisa membangun rumah ibadah di lahan yang telah mereka miliki di Lorong Banyumas, Aur Duri, Kota Jambi.
Mereka terpaksa kembali membeli lahan lokasi gereja baru di tengah kebun karet, Lorong Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru Jambi, sekitar 12 Km dari pusat Kota Jambi. Pada hari Minggu (12/6), warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi melakukan ibadah atau kebaktian perdana di lokasi gereja yang baru tersebut.
Ketua Majelis Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan, St Johnieez Pane Saragih Sidauruk kepada SP seusai kebaktian tersebut mengatakan, kebaktian perdana yang mereka lakukan secara sederhana di lokasi gereja yang baru tersebut masih agak dipaksakan. Masalahnya mereka belum mengantongi izin lingkungan atau masyarakat sekitar untuk membangun rumah ibadah dan beribadah di lokasi itu.
Dikatakan, GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi memberanikan diri membangun rumah ibadah darurat dan melaksanakan ibadah di lokasi gereja yang baru itu hanya karena adanya kearifan lokal masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Warga masyarakat sekitar tidak mengizinkan mereka membangun rumah ibadah di lokasi itu karena tak ada warga jemaat yang bermukim di sekitar lokasi bakal lahan gereja. Kemudian warga masyarakat sekitar pun tidak ada yang bersedia memberikan tanda tangan persetujuan pembangunan gereja di lokasi gereja tersebut.
“Kita hanya diizinkan warga masyarakat sekitar dan pemerintah setempat membangun rumah tinggal di lokasi lahan gereja ini. Namun kita diberikan kesempatan melaksanakan ibadah di lokasi ini. Ibadah di lokasi ini pun belum bisa dilaksanakan setiap minggu,”paparnya.
Keringat pun tak terasa menetes dari kepala ke pipi. Namun sekitar 200 orang warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi yang beribadah di tenda darurat tetap tekun mengikuti prosesi ibadah mulai awal hingga akhir. Segenap warga jemaat tetap bersemangat melantunkan kidung pujian tanpa menghiraukan teriknya panas matahari.
Warga jemaat GKPS Tanah Kanaan yang terdiri dari anak-anak sekolah minggu, pemuda hingga dewasa tekun mengikuti ibadah di tengah panas terik karena baru pertama kali itu mereka mengadakan ibadah di gereja sendiri, kendati gerejanya masih terdiri dari tiang kayu, lantai tanah, atap plastik dan berdinding angin.
Selama dua tahun terakhir, warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan yang sebagian besar bermukim di pinggiran Kota Jambi itu melakukan ibadah di rumah-rumah warga jemaat. Ibadah berpindah-pindah dari rumah ke rumah itu terpaksa dilakukan karena warga jemaat tidak bisa membangun rumah ibadah di lahan yang telah mereka miliki di Lorong Banyumas, Aur Duri, Kota Jambi.
Mereka terpaksa kembali membeli lahan lokasi gereja baru di tengah kebun karet, Lorong Penerangan, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru Jambi, sekitar 12 Km dari pusat Kota Jambi. Pada hari Minggu (12/6), warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi melakukan ibadah atau kebaktian perdana di lokasi gereja yang baru tersebut.
Ketua Majelis Jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan, St Johnieez Pane Saragih Sidauruk kepada SP seusai kebaktian tersebut mengatakan, kebaktian perdana yang mereka lakukan secara sederhana di lokasi gereja yang baru tersebut masih agak dipaksakan. Masalahnya mereka belum mengantongi izin lingkungan atau masyarakat sekitar untuk membangun rumah ibadah dan beribadah di lokasi itu.
Dikatakan, GKPS Persiapan Tanah Kanaan Kota Jambi memberanikan diri membangun rumah ibadah darurat dan melaksanakan ibadah di lokasi gereja yang baru itu hanya karena adanya kearifan lokal masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Warga masyarakat sekitar tidak mengizinkan mereka membangun rumah ibadah di lokasi itu karena tak ada warga jemaat yang bermukim di sekitar lokasi bakal lahan gereja. Kemudian warga masyarakat sekitar pun tidak ada yang bersedia memberikan tanda tangan persetujuan pembangunan gereja di lokasi gereja tersebut.
“Kita hanya diizinkan warga masyarakat sekitar dan pemerintah setempat membangun rumah tinggal di lokasi lahan gereja ini. Namun kita diberikan kesempatan melaksanakan ibadah di lokasi ini. Ibadah di lokasi ini pun belum bisa dilaksanakan setiap minggu,”paparnya.
St RK Purba (kiri) ikut beribadah Perdana di Lokasi Gereja GKPS Pers. Tanah Kanaan Res.Jambi |
Demi Anak-anak
Menurut Johniez, GKPS Tanah Kanaan Kota Jambi tetap akan mempertahankan persekutuan mereka setelah dimekarkan dari GKPS Kotabaru Jambi satu tahun lalu kendati izin membangun rumah ibadah di Kota Jambi masih sulit. Kehadiran GKPS di pinggiran Kota Jambi dinilai sangat penting karena penyebaran warga Kristen Simalungun di pinggiran Kota Jambi itu semakin banyak.
Saat ini jumlah warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan sebanyak 33 kepala keluarga dengan jumlah 200 jiwa. Sebagian besar warga jemaat berasal dari keluarga ekonomi lemah. Ada pemulung, ada tukang sol atau tambal sepatu, petani penggarap, pedagang kecil dan pekerja bengkel. Johniez Pane sendiri berusaha membuka bengkel mobil skala kecil.
Dikatakan, kondisi ekonomi yang sulit dan jarak permukiman warga yang jauh ke GKPS Kotabaru Jambi, yakni sekitar 12 Km sangat menyulitkan warga GKPS daerah pinggiran Kota Jambi itu setiap minggu. Alasan ekonomi dan kondisi ekonomi tersebut sering membuat warga jemaat GKPS di pinggiran kota ini tidak beribadah setiap minggu.
“Hal ini tidak bisa kita biarkan agar anak-anak GKPS di pinggiran Kota Jambi tidak sampai terabaikan dalam pembinaan agama dan moralitas. Kehadiran GKPS Persiapan Tanah Kanaan juga penting untuk mengatasi kesulitan pendidikan agama Kristen bagi anak-anak kita di sekolah-sekolah negeri pinggiran kota yang tidak ada guru agama Kristennya,”katanya.
Tetap Berjuang
Sementara itu anggota Synode Bolon (Sidang Raya) GKPS utusan Provinsi Jambi, St GM Saragih MSi mengatakan, pihaknya akan terus berjuang mendapatkan izin membangun gereja bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan agar jemaat tersebut tidak lagi melaksanakan ibadah di rumah-rumah secara berpindah-pindah. Pelaksanaan ibadah dari rumah ke rumah secara berpindah tersebut dinilai kurang baik secara psikologis bagi anak-anak, remaja dan pemuda.
“Beribadah secara berpidah-pindah dari rumah ke rumah ini bisa menumbuhkan rasa rendah diri bagi anak-anak, remaja dan pemuda kita menjadi warga GKPS. Akhirnya mereka bisa tidak mau ikut ibadah minggu bersama orang tua. Keadaan ini tidak baik bagi pendidikan agama dan moralitas anak-anak. Karena itu pembangunan gereja GKPS Persiapan Tanah Kanaan ini harus terus diperjuangkan,”katanya.
Dijelaskan, satu-satunya solusi terbaik untuk mendapatkan izin beribadah bagi GKPS Persiapan Tanah Kanaan di lokasi gereja yang ada sekarang hanya menggugah kearifan lokal masyarakat sekitar.
Kalau pembangunan gereja di Kota Jambi hanya mengacu pada peraturan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 mengenai pembangunan rumah ibadah sangat tidak mungkin.
Masalahnya tidak ada warga jemaat GKPS Persiapan Tanah Kanaan yang bermukim sebanyak 90 orang di sekitar lokasi lahan gereja mereka yang baru. Kemudian mendapatkan tanda tangan 60 orang warga sekitar yang menyetujui pembangunan gereja juga sangat sulit.
Jadi, kata GM Saragih, satu-satunya cara untuk mendapatkan izin beribadah di pinggiran Kota Jambi melakukan pendekatan sosial dan budaya kepada masyarakat. Salah satu pendekatan itu melalui aksi-aksi kepedulian sosial kepada warga masyarakat kurang mampu di lingkungan lokasi gereja.
“Biarlah kita tak mendapatkan izin membangun gedung gereja asalkan kita bisa beribadah di satu lokasi dengan bangunan gereja sederhana,”katanya. (Sumbangan Tulisan dari St R Saragih-Sekretaris GKPS Kotabaru Jambi). TULISAN INI TELAH DIMUAT DI BULETIN AB GKPS EDISI AGUSTUS 2012.
1 komentar:
Semoga Kemerdekaan Menganut Agama Dan Beribadah Sesuai Dengan Kepercayaanya Terwujud di Negara Tercinta NKRI.
Posting Komentar