Pembuatan Tempe usaha rumah tangga. Foto Net.
Jambi, BATAKPOS
Karena tingginya harga kedelai hingga Rp 8000 per kilogram membuat produsen pembuat tempe dan tahu di Jambi menjerit dan mengurangi produski hingga 50 persen. Sebelum harga naik, produksi bisa mencapai 1 ton setiap harinya, kini hanya 500 kilogram sehari.
Salah seorang produsen tahu dan tempe di Jambi, M Sodikin, Rabu (25/7/12) kepada wartawan mengaku harga kedelai kini tembus Rp 8000 per kilogram. Padahal pecan sebelumnya hanya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram.
“Saya terpaksa mengurangi setengah (50 persen) produksi tahu dan tempenya. Kalau di harga normal kami bisa memproduksi sampai 1 ton tempe, kini sudah tidak bisa lagi. Saya terpaksa memproduksi hanya sampai 500 kilogram saja. Kedelai yang kami pakai adalah yang dari Amerika. Kalau kedelai lokal hasilnya jadi jelek,”katanya.
Disebutkan, pasokan kedelai di Jambi ini disuplai dari Malaysia melalui Batam sehingga tidak setinggi daerah lainnya (Jawa). “Bila harga kedelai tetap meroket maka dia dan beberapa teman pengusaha tahu dan tempe lainnya akan ikut mogok untuk memproduksi tahu dan tempe seperti teman-teman lainnya di Pulau Jawa,”kata Sodikin.
Sebelum puasa dia menjual dengan harga Rp 3 ribu per tahu, saat ini terpaksa dinaikkan menjadi Rp 4 ribu. Malahan, khusus tempe ukurannya mereka disiasati dengan memperkecil ukurannya.
Sementara pengusaha tempe di Talang Bakung, Jambi Selatan, Aris, mengeluhkan harga kedelai saat ini. Menurut dia, kini pihaknya terpaksa mengecilkan ukuran tempe untuk menyiasati naiknya harga tersebut.
Selaku pedagang kecil pihaknya tidak bisa terlalu lama bertahan untuk tetap memproduksi tempe dengan kondisi saat ini. “Jika memang terus mengalami kenaikan, mau tak mau terpaksa produksi dihentikan untuk sementara waktu. Kalau sampai Rp 8.000 kami stop dululah produksi,”kata Aris.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Satria Gunawan mengatakan, sebenarnya produksi kedelai dari lokal Jambi sendiri cukup besar.
Sampai bulan ini saja produksi kedelai di Provinsi Jambi mencapai 3.440 ton. Di Provinsi Jambi sendiri, ada tiga daerah yang paling besar menyumbang produksi kedelai yaitu Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung timur, dan Tebo.
“Walaupun cukup banyak jumlah kedelai yang diproduksi, namun ternyata kedelai tersebut tidak bisa diserap di pasaran terutama para pedagang tempe dan tahu. Ini karena kualitas yang diharapkan para pedagang tidak sesuai dengan yang diproduksi,”katanya. RUK
Jambi, BATAKPOS
Karena tingginya harga kedelai hingga Rp 8000 per kilogram membuat produsen pembuat tempe dan tahu di Jambi menjerit dan mengurangi produski hingga 50 persen. Sebelum harga naik, produksi bisa mencapai 1 ton setiap harinya, kini hanya 500 kilogram sehari.
Salah seorang produsen tahu dan tempe di Jambi, M Sodikin, Rabu (25/7/12) kepada wartawan mengaku harga kedelai kini tembus Rp 8000 per kilogram. Padahal pecan sebelumnya hanya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram.
“Saya terpaksa mengurangi setengah (50 persen) produksi tahu dan tempenya. Kalau di harga normal kami bisa memproduksi sampai 1 ton tempe, kini sudah tidak bisa lagi. Saya terpaksa memproduksi hanya sampai 500 kilogram saja. Kedelai yang kami pakai adalah yang dari Amerika. Kalau kedelai lokal hasilnya jadi jelek,”katanya.
Disebutkan, pasokan kedelai di Jambi ini disuplai dari Malaysia melalui Batam sehingga tidak setinggi daerah lainnya (Jawa). “Bila harga kedelai tetap meroket maka dia dan beberapa teman pengusaha tahu dan tempe lainnya akan ikut mogok untuk memproduksi tahu dan tempe seperti teman-teman lainnya di Pulau Jawa,”kata Sodikin.
Sebelum puasa dia menjual dengan harga Rp 3 ribu per tahu, saat ini terpaksa dinaikkan menjadi Rp 4 ribu. Malahan, khusus tempe ukurannya mereka disiasati dengan memperkecil ukurannya.
Sementara pengusaha tempe di Talang Bakung, Jambi Selatan, Aris, mengeluhkan harga kedelai saat ini. Menurut dia, kini pihaknya terpaksa mengecilkan ukuran tempe untuk menyiasati naiknya harga tersebut.
Selaku pedagang kecil pihaknya tidak bisa terlalu lama bertahan untuk tetap memproduksi tempe dengan kondisi saat ini. “Jika memang terus mengalami kenaikan, mau tak mau terpaksa produksi dihentikan untuk sementara waktu. Kalau sampai Rp 8.000 kami stop dululah produksi,”kata Aris.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Satria Gunawan mengatakan, sebenarnya produksi kedelai dari lokal Jambi sendiri cukup besar.
Sampai bulan ini saja produksi kedelai di Provinsi Jambi mencapai 3.440 ton. Di Provinsi Jambi sendiri, ada tiga daerah yang paling besar menyumbang produksi kedelai yaitu Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung timur, dan Tebo.
“Walaupun cukup banyak jumlah kedelai yang diproduksi, namun ternyata kedelai tersebut tidak bisa diserap di pasaran terutama para pedagang tempe dan tahu. Ini karena kualitas yang diharapkan para pedagang tidak sesuai dengan yang diproduksi,”katanya. RUK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar