Jambi, BATAKPOS
Pasokan bahan baku air dari Sungai Batanghari untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang Kota Jambi kini sudah terganggu (menipis) akibat kemarau panjang sehingga menyebabkan debit Sungai Batanghari turun drastis.
Direktur PDAM Tirta Mayang, Firdaus, Senin (12/9) mengatakan, kalau dalam kondisi normal produksi air bisa mencapai 800 liter/detik, namun dengan kondisi saat ini sudah tidak sampai lagi.
“Produksi sudah berkurang sekitar 10 sampai 20 persen dari kondisi normal. Dalam kondisi normal, ketinggian pompa di atas 2 meter, namun sekarang karena musim kemarau saat ini ketinggiannya sudah di bawah 2 meter. Bila kondisi ini terus berlanjut, maka otomatis akan mengakibatkan terancamnya produksi PDAM. Sebulan terakhir rata-rata sudah di bawah 2 meter,”katanya.
Disebutkan, bila kondisinya sudah sampai 1 meter, produksi akan dihentikan. Ini karena sudah tidak mungkin lagi untuk memompa air dari Sungai Batanghari. Pasalnya jika ketinggiannya hanya 1 meter, kondisi itu menyebabkan pompa menjadi tergantung, sehingga bila dipaksakan dapat menyebabkan kerusakan mesin pompa.
Pihaknya menghimbau masyarakat untuk berhemat dalam menggunakan air, karena keperluan air saat ini sangat tinggi. Bukan hanya dari pelanggan PDAM namun juga masyarakat lainnya yang sedang kesulitan air.
Menurut Firdaus, permintaan air dari tangki PDAM saat ini mencapai 150 tangki/hari. Untuk memenuhi permintaan tersebut PDAM mengupayakan pelayanan pengantaran air hingga malam hari.
Pihaknya terus berupaya mengatur penyaluran air, dengan mengadakan piket bagi petugas, untuk mengatur penyaluran air di wilayah yang dimaksudnya. Dia juga mengharapkan masyarakat pelanggan untuk bisa memaklumi dengan kondisi saat ini.
Dikatakan, dengan kondisi saat ini dia mengatakan biaya produksi PDAM menjadi meningkat, dikarenakan jumlah pompa yang dioperasikan menjadi lebih banyak daripada ketika kondisi normal. Ini menyebakan terjadinya pembengkakan biaya rekening listrik PDAM. Biasa PDAM bayar listrik Rp 600 juta/bulan, saat ini bisa Rp 700 juta hingga Rp 800 juta per bulan. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar