Halaman

Minggu, 14 Desember 2008

Pesta Budaya Rondang Bintang Simalungun Kurang Bergairah

Parapat, Batak Pos

Pesta budaya Simalungun “Pesta Rondang Bittang” (PRB) ke XXIII yang berlangsung sejak Kamis-Minggu (11-14/12) di Open Stage Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun tampak kurang bergairah. Pembukaan dan penutupan kegiatan budaya Simalungun tahunan itu dibuka dan ditutup Bupati Simalungun, Drs T Zulkarnain MM.

Pengamatan Batak Pos di lokasi pelaksanaan, Sabtu-Minggu (13-14/12) menunjukkan, jumlah pengunjung pada kegiatan budaya Simalungun itu tampak tak bergeming. Partisipasi warga Simalungun kurang tampak pada kegiatan yang menampilkan aneka seni budaya Simalungun tersebut.

Sejumlah kegiatan khas Simalungun yang dilaksanakan dalam even tahunan Kabupaten Simalungun itu seperti lomba, Taur-taur Simbandar, Marsulim, Tarian, Marsordam, Umpasa serta lomba lagu daerah Simalungun.

Penampilan sejumlah seni khas Simalungun itu kurang mampu menarik simpati pengunjung, khususnya wisatawan domestic yang berkunjung ke Kota Wisata Bahari Parapat. Tampak lokasi pertunjukan sepi pengunjung. Hanya tampak sejumlah peserta dari 31 kecamatan se Kabupaten Simalungun serta panitia.

PMS Tak Dilibatkan

Ketua Partuha Maujana Simalungun (PMS) Kabupaten Simalungun, Drs St Jomen Purba kepada Batak Pos, Sabtu (13/12) mengatakan, kegiatan PRB tersebut sudah diundur dua kali. Seharusnya pelaksanaan PRB setiap tahunnya bulan Agustus. Namun karena kesibukan Bupati Simalungun, agenda rutin budaya tersebut dimundurkan.

Disebutkan, konsep kegiatan budaya PRB yang memaknai panen raya di Simalungun itu, sebelumnya sudah dibuat oleh PMS Kabupaten Simalungun. Seperti pagelaran seni, budaya serta kerajinan Simalungun. Kemudian lomba bagi perupa Simalungun.

“Dari awalnya kita sudah konsep sedemikian rupa agar kegiatan PRB berjalan sukses dan mendapat simpatik masyarakat Simalungun serta wisatawan. Namun dalam hal ini PMS tidak dilibatkan dalam kepanitiaan. Seluruhnya diambil alih oleh Dinas Parawisata Simalungun. Inilah jadinya, kegiatan PRB kali ini mubajir dan terkesan hanya menghamburkan anggaran,”katanya.

Menurut Drs St Jomen Purba, seharusnya PMS Kabupaten Simalungun dapat lebih berperan dalam mensukseskan PRB yang merupakan warisan seni budaya Simalungun yang harus diabadikan. Namun, pelaksanaan PRB ke XXIII ini sungguh diluar dugaan dari isi acara serta daya tarik bagi pengunjung.

Disebutkan, minimnya pengunjung serta minusnya kegiatan yang dapat menyedot pengunjung, akibat panitia yang kurang professional serta terkesan hanya menghabiskan sisa anggaran APBD 2008. “PRB kali ini menjadi evaluasi bagi instansi terkait dalam penyeleanggaraan PRB dimasa mendatang,”ujarnya.

Hal senada juga disebutkan, Sekretaris Partuha Maujana Simalungun (PMS) Kabupaten Simalungun, Tuahman Saragih. Menurutnya, pelaksanaan PRB ke XXII tahun 2008 ini potret buruk bagi Bupati Simalungun dalam mengabadikan Seni, Budaya Simalungun.

“Semakin orang Simalungun jadi kepala daerah, semakin tidak menghargai budaya Simalungun. Lebih baik Bupati Simalungun bukan orang Simalungun, sehingga menghargai PMS dalam kegiatan Adat, Seni Budaya Simalungun. Inilah kelemahan putra Simalungun terhadap adat dan budayanya,”katanya.

Gaung PRB tahun 2008 tidak menyeluruh tersiar kepada masyarakat Simalungun secara keseluruhan. Seharusnya Pemerintah Kabupaten Simalungun melibatkan masyarakat langsung dalam even budaya tersebut.

“Publikasi kegiatan budaya Simalungun ini tidak meluas ke tanah Simalungun. Masyarakat juga tidak tahun apa kegiatan PRB tersebut. Ini menandakan kurang profesionalnya Panitia dalam hal publikasi. Kemudian partisipasi Camat di Simalungun juga masih minim dalam publikasi PRB,”katanya.

Kurang Dihargai

Pemerintah Kabupaten Simalungun dinilai kurang menghargai pekerja seni budaya Simalungun. Pekerja Seni Simalungun selalu dinomor sepatukan dalam penganggaran serta pembinaan seni, budaya Simalungun. Hal ini tampak dari kurangnya minat pelaku Seni Simalungun dalam kegiatan budaya yang dilaksanakan Kabupaten Simalungun.

Demikian dikemukakan dua putri pelaku seni Simalungun, Rosmaulina Saragih dan Rinta Saragih Garingging kepada Batak Pos disela-sela penilian lomba Taur-taur Simbandar, Marsulim, Tarian, Marsordam.

Menurut keduanya, pemerintah hingga kini kurang menghargai pekerja seni Simalungun. “Kita pekerja seni masih minim penghargaan, khususnya dalam anggaran pembinaan Seni, Budaya Simalungun. Namun demikian kita tetap peduli dan berkorban demi majunya Seni, Budaya Simalungun dinegeri sendiri,”ujar Rosmaulina.

Sementara itu, pengrajin ukiran khas Simalungun, Jamanson Sipayung kepada Batak Pos di lokasi pamerannya di Parapat mengatakan, pelaksanaan PRB kali ini identik dengan kegiatan di kecamatan saja.

“Tahun lalu kita pengrajin ukiran, pemahat Simalungun masih dilibatkan dalam kegiatan PRB ini. Namun kali ini tidak ada. Alasannya karena dana tidak ada. Ini adalah alas an yang mengada-ada. Panita PRB kali ini kurang peduli terhadap pelestarian Seni, Budaya, Adat Simalungun. Kegiatan PRB kali ini hanya seremoni Bupati Simalungun semata,”katanya. ruk

Lomba Taur-Taur : Sepasangan peserta Taur-Taur Simbandar tampak tengah mempertunjukkan kebolehannya pada Pesta Rondang Bintang di Open Stage Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sabtu (13/12). Pengkaderan Seni Budaya Simalungun kepada kenerasi muda masih minim di Simalungun. Foto batak pos/rosenman manihuruk.

Selasa, 09 Desember 2008

HKBP Memiliki Komitmen Dalam Pembangunan Provinsi Jambi

Jambi, Batak Pos

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Distrik XXV Jambi harus memiliki program jangka panjang dalam pembangunan Provinsi Jambi. Masyarakat Batak HKBP ditengah-tengah kemajemukan suku dan agama harus dapat membangun Provinsi Jambi.

Synode : Praeses HKBP Distrik XXV Jambi, Pdt David F Sibuea MTh saat memaparkan program HKBP Distrik XXV Jambi tahun depan dihadapan peserta Synode, Selasa (9/12). Dirinya meminta agar seluruh Pendeta, Penatua di HKBP Distrik XXV Jambi memiliki jaringan Komunikasi, Informasi dan Koordinasi dalam pelayanan. Foto batak pos/rosenman manihuruk.







Karena masyarakat Batak HKBP memiliki aset di Provinsi Jambi yang harus dijaga dan dikembangkan dalam pembangunan daerah Provinsi Jambi. Jemaat HKBP banyak memiliki orang sukses disegala bidang dalam pembangunan Provinsi Jambi.

HKBP Distrik XXV Jambi memiliki peran penting dalam memberdayakan warga Batak HKBP bagian dari peran serta HKBP dalam pembangunan Provinsi Jambi. Masyarakat Batak HKBP harus bisa hidup sejahtera sehingga dapat menjadi garam dan terang dunia dan hidup berdampingan dengan masyarakat lain.

Demikian dikatakan Praeses HKBP Distrik XXV Jambi, Pdt David F Sibuea MTh kepada Batak Pos disela-sela Rapat Majelis Pekerja Synode Distrik XXV Jambi di Jambi, Selasa (9/12). Rapat tersebut berlangsung Selasa-Rabu (9-10/12).

Rapat Synode ini diikuti puluhan peserta Penatua dan Pendeta dari 50 jemaat gereja HKBP yang tersebar di delapan resort se Distrik XXV Jambi (Korwil Resort Jambi, Resort Batanghari, Bungo, Wiratha Agung, Bangko, Tanjung Jabung Timur, Tebing Tinggi).

Menurut Pdt David F Hutapea MTh, dirinya memiliki motto “Jambi 3B” dalam pelayanan di HKBP wilayah Provinsi Jambi. Artinya Jambi Bersyukur, Jambi Berkat dan Jambi Bersedia menjadi sesama ditengah kemajemukan suku dan agama.

Disebutkan, masyarakat HKBP Distrik XXV Jambi harus mampu membangun keharmonisan dalam bermasyarakat yang berbeda suku dan agama. “Gereja HKBP kedepan harus membangun partisipasi sosial ekonomi terhadap jemaat HKBP dan warga sekitar,”katanya.

Menurut Pdt David F Sibuea MTh, hadirnya gereja ditengah masyarakat, harus membawa suka cita dan berkat ditengah masyarakat. Sehingga gereja dapat hidup berdampingan dengan masyarakat lain dalam membangun Provinsi Jambi.

“Gereja bukan menjadi dianggap musuh atau saingan. Sehingga masyarakat Jambi tidak takut dan mencurigai dengan hadirnya gereja . Sehingga bukan musuh namun menjadi sahabap bagi semua orang,”katanya. ruk

Senin, 01 Desember 2008

Pengurus PGI-Wilayah Jambi Dilantik

Jambi, Batak Pos
Lantik : Sekretaris Umum PGI Pusat Pdt Richard Daulay Mth saat melantik

Pengurus Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jambi Periode 2008-1013 di Gereja Methodis Jambi, Minggu (30/11) malam. Foto Asenk Lee Saragih Manihuruk.


Pengurus Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jambi Periode 2008-1013 dilantik oleh Sekretaris Umum PGI Pusat, Pdt Richard Daulay MTh di Gereja Methodis Jambi, Minggu (30/11) malam. Seremoni pelantikan dilakukan usai kebaktian singkat yang renungannya dibawakan Pdt Richard Daulay Mth.

Pengurus MPH PGIW Jambi yang dilantik antara lain, Ketua Umum Pdt Soni Petrus Sembiring STh (GBKP), Sekretaris Umum Pdt Junus Situmorang STh (GKPI), Wakil Sekretaris Umum Pdt Eduart P Pasaribu MTh (HKI).


Kemudian unsur ketua yakni Pdt Eddy Lumumba Hutagalung STh (GMI), Pdt Jhon Ricky Purba STh (GKPS), STM Sokhairi Daeli SE MSi (ONKP), Pdt David Sibuea (HKBP), Bendahara St D E Tambunan (HKBP), Anggota Pdt Widyarto (GSJ).

Sementara Badan Pengawas Keuangan (BPP) PGIW Jambi yakni Ketua/Anggota Ir Jhon Ranto (HKBP), Sekretaris/Anggota St Pantun Manullang (HKI).

Pdt Richard Daulay Mth dalam sambutannya mengatakan, PGIW Jambi diharapkan dapat mempersatukan dedominasi gereja di Provinsi Jambi dalam persekutuan. Disebutkan, PGI W Jambi harus mampu menjadikan gereja sebagai tempat persekutuan, bukan untuk kepentingan lainnya.

“PGI-Oikumene harus kembali ke dasar yakni persekutuan. Oikumene merupakan gerakan dalam persekutuan sehingga gereja tidak pecah akibat terjadinya konflik dalam gereja. PGI selaku induk organisasi gereja, harus mampu membentuk gereja yang besar di Indonesia,”katanya.



Disebutkan, PGIW Jambi bisa maju dan sukses apabila ada rasa saling mengampuni dan memiliki jiwa oikumene yang dapat menganyomi seluruh umat tanpa membedabedakan suku dan latar belakang. “Gereja harus bersatu, karena itu adalah Doa Tuhan,”katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelantikan Pengurus PGIW Jambi, Efron Purba SE mengatakan, PGIW Jambi harus bisa memajukan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) di Provinsi Jambi. Karena Pesparawi adalah persekutuan yang besar antar dedominasi gereja dalam memuji Tuhan.

Disebutkan, organisasi PGIW Jambi diharapkan dapat memberi warna pembangunan dan kerukunan umat beragama di Provinsi Jambi. Keberadaan PGIW Jambi merupakan lembaga gereja yang dapat menjembatani umat dengan Pemerintah khususnya dalam pembangunan rumah ibadah. ruk