Halaman

Minggu, 15 Juni 2008

Jeritan Petani Pinang dari Desa Ujung Timur Provinsi Jambi

Jelang Kunjungan Presiden SBY Ke Jambi 29 Juni 2008

Tanjabtim, Batak Pos
Ibarat rejeki ayam ditelan musang. Perumpamaan itu tampaknya terjadi di Desa Siau Dalam, Parit VII, Kecamatan Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Betapa tidak. Rejeki petani pinang di desa itu digerogoti olah tengkulak-tengkulak pinang berdasi. Harga Pinang kupas kering dibanting anjlok dari Rp 7500/kg, menjadi Rp 3500/kg ditingkat petani.

Posisi geografis menuju Desa Siau Dalam tidaklah mudah. Selain biaya tranportasi mahal, sarana tranportasi juga langka. Jarak desa itu dari Kota Jambi sekitar 120 km. Dapat ditempuh dengan jalan darat dan sungai. Kalau naik kenderaan mobil, harus singgah dulu di Pelabuhan Muarasabak Lama, Tanjabtim.

Kemudian menyeberang sungai dengan ketek (kapal kayu motor kecil) ke Muara Sabak Pasar ongkos Rp.2000/orang. Dari pasar Muarasabak menuju Desa Siau Dalam ditempuh dengan sarana ojek dengan ongkos Rp 10.000 dalam waktu 15 menit.

Kondisi jalan yang cukup bagus ditingkat kecamatan. Namun sarana mobilitas tak punya. Hanya menggunakan ojek. Ketika Batak Pos tiba di desa itu dalam suatu perjalanan menelusuri desa terpinggir di Kabupaten, Tanjung Jabung Timur, Sabtu (14/6).

Disepanjang jalan, tampak perkebunan tumpang sari, kelapa dalam, pinang dan kopi menghijau kiri kanan jalan. Pinang juga tampak dijemur warga disepanjang jalan menuju desa tersebut.

Tiba di Desa Siau Dalam, Batak Pos sempat berbincang dengan Bintang (23) pemuda desa setempat yang betah menjadi petani pinang dan kelapa membantu ibunya Hj.Tunreng (50).
Bintang yang mengaku anak paling tinggi sekolahnya (DI-Komputer) dari desa itu, mengungkapkan, hingga kini tengkulak masih meraja lela di desa tersebut. Para tengkulak sewenang-wenang untuk menentukan harga pinang.

" Bulan April lalu, harga pinang kulit kering berkutat pada Rp 7500/kg. Namun awal Mei-Juni harga anjlok menjadi Rp 3500/kg. Kondisi ini membuat petani terpukul. Banyak petani tak lagi memanen pinang akibat biaya operasional tak sebanding harga jual," ujar Bintang yang mengaku memiliki luah lahan pinang 6 hektar.

Kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Tanjung Jabung Timur dalam rangka Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 25, 29 Juni 2008 mendatang, diharapkan membawa dampak perubahan pada petani pinang di Desa Siau Dalam, Tanjabtim.

Menurut Bintang, pinang terpaksa di jual bulat mentah dengan harga Rp 500/kg. Hal itu dilakukan akibat biaya operasional yang tidak sebanding lagi dengan biaya panen. Kini hasil pertanian pinang di desa tersebut merana akibat ulah tengkulak yang semena-mena menentukan harga.

"Kami sejak tahun 1984 sudah menjadi petani pinang di desa ini. Dulu kami di Nipah Panjang, kemudian pindah ke desa ini. Bahkan ayah saya (Alm) Faroki merupakan kepala Parit pertama di Desa Siau Dalam. Dulu harga pinang mampu untuk mencukupi biaya hidup, namun sekarang sangat riskan untuk bertahan bertani pinang," katanya.

Sementara itu Tunreng juga mengakui hal yang sama. Menurutnya, perhatian pemerintah, khususnya Pemkab Tanjabtim untuk petani pinang masih minim. Padahal, kata Tunreng, pinang merupakan komuditi perkebunan dari Tanjabtim yang cukup menjanjikan.

Menyinggung harga lahan di Desa Siau Dalam, lanjut Tunreng, kini harga lahan dimonopoli tuan tuang tanah di desa itu yakni Zalil. "Tuan takur juga ada di desa ini. Dulu harga lahan cukup dengan Rp 2 juta per hektar, namun sekarang dipatok Rp 10 juta per hektar.

Menurut Tunreng, selain harga lahan yang sudah mencekek leher, bantuan pupuk dari pemerintah juga jarang sampai ketangan petani di desa itu."Tak usah lagi ada bantuan pupuk untuk petani. Sebab bantuan itu hanya sampai di kecamatan, kelurahan dan ketua Parit. Sementara untuk petani, hanya sebatas janji-janji," katanya.

Menurut mereka, dibandingkan kondisi jalan yang sudah mulus, seharusnya harga pinang lebih tinggi dari harga yang ada saat ini. Namun, kini malah sebaliknya, anjlok hingga Rp 3500 per kilogram. " Kami minta harga pinang kupas kering standar. Tak usah ada bantuan pupuk. Kalau harga pinang standar, kami akan mampu beli pupuk," kata Bintang dan Tunreng berharap. ruk

Teks Foto : Tak Bergairah : Masyarakat petani pinang di Desa Siau Dalam, Parit VII, Kecamatan Sabak Timur saat ini kurang bergairah karena harga pinang anjlok. Tampak seorang ibu tengah mengupas pinang mentah di desa itu, Sabtu (14/6). Masyarakat desa meminta kedatangan Presiden SBY ke daerah mereka membawa dampak positif bagi perkebunan pinang di Tanjabtim. Foto batak pos/rs manihuruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar